Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi Prof. Dr. dr. Nicolaas C. Budhiparama Sp.OT(K) FICS mengatakan pembedahan operasi lutut dengan teknologi terbaru seperti robotik harus dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan harus melakukan pelatihan terlebih dahulu agar bisa menggunakan alat dengan baik.
“Yang paling penting alat boleh terbaru, teknologi baru, yang paling penting dokternya pelatihan dulu,” kata kata Nicolaas dalam talk show tentang Lutut Sehat Tanpa Batas Usia bersama RS Medistra di Jakarta, Kamis.
Nicolaas mengatakan teknologi paling baru juga akan menambah pengalaman dokter dalam bidang pembedahan lutut. Maka itu diperlukan pelatihan dan pengalaman operasi konvensional dengan ‘jam terbang’ yang tinggi sebelumnya. Ia mengatakan jika tidak ada pelatihan maka teknologi secanggih apapun tidak akan bisa digunakan dengan baik.
Dokter yang juga dosen tamu di Program studi Fisioterapi Universitas Airlangga ini mengatakan, penggunaan teknologi terbaru dengan robot sebagai alat untuk membantu operasi lutut dapat menjadi keuntungan bagi pengalaman dokter dan memberi kenyamanan lebih kepada pasien.
“Kita selalu ambil teknologi tercanggih dan terbaru, sekarang alat lebih kecil, feature lebih bagus, lebih simpel tapi featurenya lebih baik, untuk pasien lebih nyaman dan untuk dokter lebih hebat,” kata Nicolaas.
Meskipun teknologi operasi dengan robot sangat membantu dalam proses tindakannya, namun Nicolaas mengatakan pengalaman dokter dalam operasi konvensional masih sangat dibutuhkan ketika menerjemahkan tindakannya dalam bentuk digital dan mengantisipasi kesalahan penggunaan pada alat pembantu.
Ia juga selalu mengatakan kepada pasiennya bahwa sebelum melakukan operasi, pasien harus teredukasi terlebih dahulu mengenai tindakan operasi yang akan dijalankan. Ia selalu menyarankan pasien mencari tahu apa yang akan dialaminya sebelum dan sesudah operasi dan keuntungan apa saja yang bisa di dapat jika melakukan operasi terutama jika menggunakan teknologi robot.
“Tantangannya dengan robot misalnya seperti GPS menunjukkan jalan yang salah ini yang kita butuhkan sebagai surgeon memakai pengalamannya tetap berpengaruh untuk tahu dasarnya, kalau robot bilang suatu yang lain bisa saja gagal karena bisa salah kalau dokternya nggak ngerti dasarnya,” kata Nicolaas.
Operasi lutut juga harus berdasarkan tingkatan dan keparahan. Jika sudah mengganggu kualitas hidup, tidak harus menunggu tua pasien sudah bisa menjalankan operasi untuk memperpanjang masa kualitas hidupnya.
Saat ini, RS Medistra telah melakukan dua tindakan operasi sendi lutut dengan Velys kepada pasien berusia 60 dan 65 tahun dengan hasil yang lebih baik dan pemulihan yang lebih cepat.
Operasi dengan teknologi robotik sudah diterapkan di beberapa negara Eropa, Amerika dan Asia seperti Singapura dan Thailand. Di RS Medistra menjadi tempat pertama di Indonesia yang mengadopsi teknik robotik bernama Velys untuk membantu operasi pergantian lutut atau knee replacement.
Nicolaas berharap dengan adanya tambahan teknologi baru ini masyarakat Indonesia tidak perlu takut dan menunda untuk melakukan operasi lutut jika sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Operasi lutut dengan teknologi robot perlu pelatihan