Jakarta (ANTARA) - Menjelang pertandingan Indonesia melawan Vietnam dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026, sejumlah pihak dalam timnas Vietnam melancarkan perang urat syaraf yang berpangkal kepada penggunaan pemain naturalisasi oleh Indonesia.
Salah satu sinisme Vietnam adalah mereka merasa tidak sedang menghadapi timnas Indonesia, melainkan melawan timnas Belanda. Kebanyakan pemain naturalisasi Indonesia memang berasal dari Belanda.
Ada lagi pandangan mereka yang berusaha mengusik kepaduan tim Merah Putih dengan mengatakan timnas Indonesia kini bermain tidak sesemangat ketika masih belum banyak diperkuat pemain naturalisasi.
Sebagian pandangan Vietnam itu ada benarnya, tapi jika dilihat lebih jauh lagi dan konteksnya, pandangan mereka melukiskan kekhawatiran terhadap kinerja timnas Indonesia belakangan tahun ini.
Vietnam bisa jadi khawatir terhadap beberapa fakta bahwa timnas Indonesia berhasil mengatasi kutukan, dengan merebut medali emas sepak bola SEA Games 2023 yang merupakan emas sepak bola pertama dalam kurun 32 tahun terakhir dan saat mencapai babak knockout Piala Asia 2023 yang untuk pertama kalinya dilakukan Indonesia.
Kebetulan, dalam perjalanan mencapai dua kemajuan itu, Indonesia melakukannya setelah terlebih dahulu mengalahkan timnas Vietnam.
Padahal, kedua keberhasilan Indonesia tidak semuanya karena penggunaan pemain naturalisasi. Saat mengalahkan Vietnam 3-2 dalam semifinal SEA Games, timnas Indonesia, tepatnya timnas U-23, tak diperkuat pemain naturalisasi.
Baru saat mengalahkan Vietnam pada fase grup Piala Asia 2023, Indonesia menurunkan sejumlah pemain naturalisasi.
Dua kemenangan atas Vietnam itu terjadi dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Kemenangan Indonesia atas Vietnam dalam SEA Games terjadi pada 13 Mei 2023, sedangkan kemenangan dalam Piala Asia tercipta pada 14 Januari 2024.
Vietnam mungkin sebenarnya tak begitu mengkhawatirkan pemain naturalisasi dalam skuad Indonesia. Mereka mungkin lebih mengkhawatirkan kemajuan yang dicapai tim asuhan Shin Tea-yong itu.
Mengapa mereka khawatir? Karena grafik kinerja Indonesia belakangan tahun ini telah menaikkan peringkat FIFA ketika saat bersamaan peringkat Vietnam turun.
Lihat saja daftar peringkat yang terakhir kali diperbarui FIFA pada 15 Februari 2024. Di sini ada fakta yang kontras antara Indonesia dan Vietnam.
Jika Indonesia naik 4 peringkat menjadi 142, maka Vietnam melorot 11 peringkat menjadi 105.
Memang tetap jauh di atas Indonesia, tetapi jika Asnawi Mangkualam cs mengulangi apa yang mereka lakukan dalam Piala Asia 2023, maka kesenjangan peringkat antara Vietnam dan Indonesia akan semakin disempitkan.
Poin peringkat FIFA
FIFA memiliki formula menghitung poin yang didapatkan sebuah timnas dari sebuah pertandingan, dengan mempertimbangkan empat hal.
Keempat faktor itu adalah apakah laga itu berakhir kemenangan atau seri, seberapa penting pertandingan itu, seberapa kuat lawan yang dihadapi sebuah tim, dan dari konfederasi mana sebuah tim berasal.
Poin untuk kemenangan adalah 3, sedangkan seri mendapatkan 1 poin. Tapi itu semua tak masuk perhitungan jika pertandingan tidak masuk kalender FIFA.
FIFA hanya menghitung poin untuk pertandingan persahabatan yang diatur FIFA, pertandingan kualifikasi Piala Dunia atau turnamen konfederasi regional, pertandingan putaran final turnamen konfederasi dan piala konfederasi, dan terakhir, pertandingan putaran final Piala Dunia.
Bobot untuk semua faktor ini lain-lain. Pertandingan persahabatan FIFA memiliki bobot 1 poin, sementara pertandingan kualifikasi Piala Dunia atau level konfederasi (termasuk Piala Asia), dihargai 2,5 poin.
Untuk laga putaran final konfederasi seperti Piala Asia 2023 di Qatar lalu mendapatkan bobot 3, sedangkan pertandingan putaran final Piala Dunia memiliki bobot 4 poin.
Poin yang didapatkan sebuah tim akan lebih besar lagi jika tim yang dikalahkan atau ditahan seri memiliki peringkat lebih tinggi.
Masih ada bobot konfederasi di mana pertandingan level AFC (Asia) memiliki bobot 0,85, sama dengan Afrika, Oseania, dan Concacaf (Amerika Utara, Tengah, dan Karibia). Tertinggi dalam klasifikasi ini adalah Conmebol, yakni 1,00 poin, sedangkan Eropa (UEFA) memiliki bobot 0,99 poin.
Berpatokan pada perhitungan poin FIFA ini, Vietnam yang kalah dalam semua dari tiga pertandingan fase grup Piala Asia 2023, kehilangan poin cukup besar setelah Piala Asia 2023.
Jumlah poin mereka turun 41 poin menjadi 1.194,58 poin sehingga peringkat melorot dari 94 menjadi 105.
Sebaliknya, Indonesia yang tak seperti Vietnam dan Thailand harus memulai kualifikasi Piala Dunia 2026 dari putaran pertama, mendapatkan tambahan 8,65 poin, sehingga peringkat naik dari 146 menjadi 142.
Indonesia mencatat satu kemenangan dalam Piala Asia 2023. Sebelum itu, Indonesia mengalahkan Brunei dalam dua pertandingan putaran pertama kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 12 dan 17 Oktober 2023.
Sementara itu, Thailand yang menahan seri dua tim berperingkat di atas mereka, yakni Arab Saudi dan Oman, serta mengalahkan Kirgistan, semuanya dalam fase grup Piala Asia 2023. mendapatkan kenaikan 29,27 poin. Jumlah poin Thailand kini adalah 1.206,72 poin dan ini melesatkan peringkat mereka dari 113 menjadi 101.
Tak ada yang tak mungkin
Vietnam sendiri sudah mencatat satu kemenangan dalam babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2026, yang memiliki bobot nilai kemenangan 2,5. Indonesia sendiri baru mengumpulkan satu poin.
Tapi, bayangkan jika Vietnam kalah dalam dua pertandingan melawan Indonesia nanti. Bayangkan pula jika Indonesia bisa membalas kekalahan dari Irak dan mempecundangi Filipina dalam dua pertandingan kandang berikutnya dalam kompetisi ini.
Jika itu terjadi, peringkat Vietnam bisa semakin didekati Indonesia. Maka,wajar jika Vietnam cemas. Mereka juga khawatir Indonesia mempertahankan tren kemenangan atas mereka.
Di satu sisi, hal itu bisa menggerus poin dan peringkat FIFA mereka. Di sisi lain, bisa menghilangkan peluang mereka dalam mencapai putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026.
Untuk itu, mereka perlu merusak konsentrasi dan kepaduan skuad Indonesia dengan melancarkan perang urat syarat.
Tetapi memang ada bagian dari sentilan Vietnam yang perlu dipertimbangkan Indonesia, khususnya mengenai pentingnya merawat dan melindungi bakat negeri sendiri yang dibiakkan oleh kompetisi dan pembinaan lokal.
Meski begitu, penggunaan pemain naturalisasi sudah umum digunakan, termasuk oleh tim-tim mapan Asia seperti Arab Saudi dan Jepang sekalipun. Bahkan raksasa-raksasa sepak bola dunia seperti Spanyol pun pernah melakukannya.
Sepanjang bisa mendorong naiknya performa tim, mengapa tidak? Lagi pula, dalam konteks Indonesia, seperti ditegaskan oleh Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali, penglibatan pemain naturalisasi adalah program jangka pendek
Dengan semua pandangan itu, skuad Indonesia tak boleh guncang oleh perang urat syaraf Vietnam. Sebaliknya, mari bungkam Vietnam dengan mengalahkan lagi mereka Kamis malam nanti.
Lalu, kita ulangi lagi pekan depan di Hanoi. Setelah itu, bersiap membalas Irak dan menaklukkan Filipina dalam dua pertandingan kandang pada Juni dan Juli nanti.
Jika semua itu bisa dilakukan, bukan saja peringkat yang naik, tapi yang lebih penting lagi Indonesia mencapai babak ketiga, atau bahkan bisa mencapai putaran elite kualifikasi Piala Dunia 2023, yakni babak keempat.
Ini mungkin mimpi tapi tak ada yang tak mungkin dalam sepak bola, sepanjang semua pihak berkepentingan mencurahkan 100 persen perhatian untuk timnas.
Mari tundukkan Vietnam
Oleh Jafar M Sidik Kamis, 21 Maret 2024 11:05 WIB