Depok (ANTARA) - Debat seharusnya dimaknai bukan forum gimmick dan pencitraan, bukan pula forum yang perlu dihindari atau bukan juga panggung kampanye yang dapat berisikan apapun dari para pasangan calon.
Hal tersebut dikatakan Dosen Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Aditya Perdana di kampus UI Depok, Senin.
Menurut dia debat Pilpres merupakan forum untuk tukar gagasan ide dalam menjalankan pemerintahan ke depan. Debat juga mempersilahkan para kontestan dalam mendukung atau menyanggah konsep dan implementasinye ke depan.
Baca juga: Pengamat: Nominasi Gibran sebagai Cawapres picu diskusi sengit politik
Aditya mengatakan debat menjadi penting bagi pemilih, alasannya sederhana karena publik saat ini menginginkan dan membutuhkan tawaran program kerja, kebijakan yang berpihak kepada pemilih dan visi yang jelas dalam pembangunan ke depan.
Selain soal figur atau ketokohan adalah elemen penting yang diperhatikan pemilih, namun soal program kerja juga adalah serius diperhatikan pemilih.
"Perhatian publik ini sebesar kisaran 35 persen tercermin dari beberapa kali hasil survei nasional Algoritma pada bulan Desember 2022 dan Juni 2023," kata Aditya yang juga menjabat sebagai Direktur Algoritma Research and Consulting.
Baca juga: Pengamat UI: Penetapan Ganjar sebagai capres PDIP ubah pemetaan politik dalam Pilpres
Apalagi relatif pilihan yang masih bimbang terhadap capres juga relatif masih tinggi kisaran 45 persen. Sehingga, debat menjadi penting.
Topik debat pertama Pilpres pada tanggal 12 Desember 2023 adalah menyangkut isi-isu aktual dalam penegakan hukum, korupsi, tata pemerintahan dan penguatan demokrasi.
Pengamat UI: Debat bukan forum 'gimmick' dan pencitraan serta tidak perlu dihindari
Senin, 11 Desember 2023 20:11 WIB