Bogor (Antara Megapolitan) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto tidak ingin tergesa-gesar menjalankan program rerouting angkot atau perubahan trayek, dan meminta semua pihak melakukan sosialisasi lebih maksimal ke masyarakat dan para supir termasuk pemilik angkot.
"Kita fokus ke sosialisasi dulu, sampai maksimal," kata Bima saat dihubungi di Bogor, Jumat.
Menurut Bima, dilihat dari kesiapan konsep, landasan hukum dan progres sosialisasi, optimistis program reouting akan segera dilakukan dalam waktu dekat yang telah disepakati bersama pertengahan bulan Februari.
"Pertengahan Februari sudah akan dimulai rerouting ini," kata pengamat komunikasi politik ini.
Ia menjelaskan, rerouting akan menambah lima rute baru, kemudian ada beberapa penyesuaian semacam merger angkot, dan memperluas jangkauan layanan angkot yang tadinya baru 59 kelurahan menjadi 68 kelurahan.
"Jadi tujuan rerouting ini untuk melayani warga Bogor secara maksimal, rutenya menjangkau semua kelurahan, dan ini bagian dari proses konversi angkot menuju bus Transpakuan," kata politisi PAN tersebut.
Akhir program penataan transportasi terpadu di Kota Bogor dimulai dari kebijakan Sistem Satu Arah (SSA) dilanjutkan dengan rerouting dan konversi angkot, adalah menuju Zero Angkot di Kota Bogor.
"Zero angkot itu lama prosesnya, mungkin 10 sampai 15 tahun lagi, dan tidak tahu siapa wali kotanya. Sama seperti bemo dan becak sudah tidak ada lagi, demikian pula angkot akan diganti dengan transportasi bus," katanya.
Untuk memulai itu, lanjut Bima, tahap awal dimulai di koridor utama yakni koridor II dan III. Dan angkot akan menjadi pengisi (feeder) dari koridor utama yang diisi oleh Transpakuan.
"Angkot akan tinggal sejarah, karena semua akan jadi moda transportasi bus," katanya.
Ia mengatakan, sebelum direrouting ada 2.381 angkot yang berputar di pusat kota, setelah direroting akan berkurang 700 angkot, sisanya didistribusikan ke pinggiran sebagai `feeder`.
Bima menambahkan, pihaknya juga telah mengantisipasi kepadatan yang mungkin akan terjadi di wilayah pinggiran setelah rerouting diberlakukan, salah satunya di Jl Raya Tajur, karena pendistribusian angkot dari jalur utama.
"Sudah dibahas, ada potensi penambahan volume angkot di Tajur dengan penambahan petugas, serta pengawasan di titik-titik pangkal atau tempat perputaran kendaraan, akan ada petugas pengatur arus," katanya.
Untuk memaksimalkan sosialisasi, Bima menginstruksi aparat wilayah seperti lurah, camat untuk menyosialisasikan kepada masyarakat, begitu juga dengan semua organisasi perangkat daerah (OPD) sesuai tupoksinya.
Bima Minta Sosialisasi Rerouting Angkot Lebih Maksimal
Jumat, 3 Februari 2017 22:13 WIB
Angkot akan tinggal sejarah, karena semua akan jadi moda transportasi bus.