Begitulah pola pikir yang seharusnya dipahami oleh masyarakat Indonesia. Sehat bukan berarti menyembuhkan dari penyakit, sehat adalah menjaga tubuh yang sehat supaya tidak sakit.
Hidup sehat menjadi suatu hal yang saat ini menjadi urgen untuk dilakukan, lantaran saat ini Indonesia berada pada peringkat kedua dengan kasus TB terbanyak di dunia, peringkat kelima dengan kasus diabetes terbanyak di dunia, serta peringkat kelima dengan kasus stunting terbanyak di dunia.
Belum lagi, ditambah dengan adanya 70 juta masyarakat Indonesia yang mengonsumsi tembakau, dengan 68,9 juta di antaranya yang merupakan perokok aktif. Kebiasaan merokok di kalangan masyarakat bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 membuktikan bahwa prevalensi perokok pada usia 10 hingga 18 tahun berjumlah 7,2 persen. Angka tersebut meningkat menjadi 9,1 persen pada 2018.
Selain itu, tidak kurang dari Rp113,47 triliun dana telah digelontorkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sepanjang 2022.
Sejumlah capaian tersebut bukanlah sebuah prestasi yang ideal dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Sebab, Indonesia Emas 2045 sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang akan memperjuangkan nasib bangsa pada bonus demografi Indonesia, yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada 2030-2040.
Integrasi Layanan Kesehatan Primer yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 31 Agustus 2023 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Integrasi Layanan Kesehatan Primer merupakan salah satu upaya pemerintah dalam melakukan transformasi kesehatan.
Setidaknya, ada tiga hal yang menjadi fokus Integrasi Layanan Kesehatan Primer. Pertama, penerapan siklus hidup sebagai fokus integrasi pelayanan kesehatan.
Kedua, mendekatkan pelayanan kesehatan melalui jejaring hingga tingkat desa dan dusun, termasuk untuk memperkuat promosi dan pencegahan, yaitu melalui deteksi dan skrining penyakit. Ketiga, memperkuat pemantauan wilayah melalui digitalisasi dan pemantauan melalui dashboard situasi kesehatan pedesaan.
Penerapan siklus hidup bermaksud untuk memberikan layanan kesehatan yang adil dan setara sehingga, layanan kesehatan tidak ditujukan hanya satu kalangan tertentu, namun untuk seluruh kalangan sesuai usianya.
Baca juga: Dokter anjurkan periksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin sedari dini
Baca juga: Dokter anjurkan periksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin sedari dini
Sebagai contoh, Pemerintah memberikan layanan skrining kesehatan, yang dimulai saat siklus bayi masih berada di dalam kandungan sang ibu. Saat mengandung, ibu hamil mendapatkan sejumlah layanan skrining kesehatan seperti skrining tripel eliminasi hepatitis B, HIV, serta sifilis untuk memastikan persalinan dapat dilakukan secara lancar.
Kemudian saat anak dilahirkan, maka akan dilanjutkan dengan skrining hipotiroid kongenital, untuk memisahkan antara bayi yang menderita hipotiroid kongenital dan tidak sehingga bayi mendapatkan penanganan secara cepat dan tidak akan memberikan dampak yang cukup serius terhadap tumbuh kembang bayi.
Sebagian paket skrining tersebut merupakan bagian dari paket penapisan yang disediakan untuk berbagai kelompok usia yang dimulai sejak bayi dan balita, anak dan remaja, hingga kelompok usia produktif dan lansia.
Untuk memperoleh layanan kesehatan tersebut, masyarakat dapat mengunjungi fasyankes terdekat. Posyandu, misalnya, yang sebelumnya dikenal sebagai tempat untuk melakukan layanan kesehatan pada bayi dan balita, kini juga dapat dikunjungi oleh orang dewasa bahkan lansia untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Hal tersebut juga merupakan upaya dalam memperkuat jejaring puskesmas dan puskesmas pembantu di tempat yang berada jauh dari fasyankes sehingga masyarakat yang berada di tempat terpencil tidak perlu jauh-jauh menjangkau rumah sakit untuk mendapatkan layanan kesehatan dasar.
Integrasi Layanan Kesehatan Primer diwujudkan dengan memperkuat sekitar 10.000 puskesmas yang berada di lingkup kecamatan, sekitar 85.000 puskesmas pembantu yang berada di kelurahan, serta sekitar 300.000 posyandu yang berada di lingkup desa dengan pelayanan yang sesuai standar.
Integrasi Layanan Kesehatan Primer juga menandakan keseriusan Indonesia dalam menjalankan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Khususnya pada SDGs poin ketiga yakni ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages (menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang di segala usia).
Integrasi Layanan Kesehatan Primer merupakan salah satu bagian penting dari berbagai macam upaya yang dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan kesehatan harus dibangun sejak dini agar kelak ketika dewasa dapat menjadi SDM yang produktif demi mewujudkan Indonesia keluar dari ancaman middle income trap (jebakan negara berpendapatan menengah).
SDM produktif pada era tersebut harus menjadi amunisi terbaik Indonesia untuk dapat mendongkrak Pendapatan Domestik Bruto (PDB) supaya mampu menembus kelompok high income country (negara berpenghasilan tinggi), kata Menkes.
Oleh karena itu, kerja sama yang solid antara masyarakat selaku warga negara dan Pemerintah selaku pemangku kebijakan dibutuhkan demi mewujudkan SDM yang berkualitas dalam menatap Indonesia Emas 2045.