Sebatik, Nunukan, 23/12 (Antara) - Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan program pembangunan Desa Broadband Terpadu untuk mengembangkan potensi desa melalui pemanfaatan teknologi infomasi dan komunikasi.
Desa Broadband Terpadu merupakan desa yang disediakan akses internet, perangkat akhir pengguna dan aplikasi yang sesuai dengan karakteristik penduduk setempat untuk memberdayakan potensi desa.
Program Desa Broadband Terpadu ini merupakan program penyediaan akses internet secara komunal yang pada tahun 2015 akan dibangun sebanyak 50 desa dan akan terus dikembangkan pada tahun-tahun mendatang.
Tiga Desa ditunjuk sebagai proyek percontohan di tanah air yaitu Desa Balansiku, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, Desa Rawa Biru Kabupaten Merauke di Papua dan Desa Silawan Kabupaten Belu di Nusa Tenggara Timur.
Desa Balansiku, sebagai Desa Broadband di Indonesia merasakan sekali manfaat internet bagi kehidupan warganya yang bertambah ilmu pengetahuannya maupun meningkatkan perekonomiannya.
"Banyak sekali manfaat yang didapat dari internet, mulai dari pelayanan publik yang cepat juga peningkatan ekonomi warga," kata Kepala Desa Balansiku Firman Haji Latif.
Ia mengatakan pelayanan publik seperti pembuatan KTP ataupun juga Kartu Keluarga secara manual bisa mencapai 1 sampai 2 jam tetapi dengan pemakaian internet hanya beberapa menit saja.
"Tinggal klik empat kali bisa selesai buat KTP, jadi hanya hitungan menit saja," ujarnya.
Selain itu, katanya, warga Balansiku juga dengan mudah mengetahui harga-harga produk-produk unggulan, seperti harga ebi, rumput laut dan sawit, sehingga tidak lagi tertipu oleh permainan harga oleh para tengkulak.
"Para petani dan nelayan bisa mengetahui harga-harga dari produk mereka yang akan dijual dari internet," ujarnya.
Selain itu juga para warga di desa yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini dapat mengetahui nilai tukar mata uang Ringgit dengan Rupiah yang berlaku saat itu melalui internet.
"Disini kan ada dua mata uang yang berlaku. Jadi dengan adanya internet warga dapat mengetahui nilai tukar rupiah dengan ringgit," ujarnya.
Begitu juga dengan para pelajar mereka juga dapat mengerjakan tugas dari sekolah dengan memanfaatkan internet. "Ya mereka dapat browsing-browsing mencari jawaban untuk menyelesaikan tugasnya," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan dengan bantuan dari Kominfo berupa 3 unit komputer dan juga dua unit televisi.
"Setiap hari warga bisa menggunakan internet secara gratis di Balai desa," ujarnya.
Ia mengatakan dari tiga desa yang menjadi percontohan Desa Broadband di Indonesia, wilayahnya mendapat penilaian yang aktif penggunaan internet tersebut oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).
"Saya pernah dipanggil sampai ke Jakarta untuk menceritakan pengalaman saya, bagaimana agar warga aktif memanfaatkan internet," katanya.
Warganya kata dia sering memanfaatkan akses internet tersebut untuk berbagai keperluan dari mulai mengerjakan tugas sekolah hingga mencari informasi bagaimana bercocok tanam yang benar, hingga memanfaatkan prakiraan cuaca bagi para nelayan sebelum pergi melaut.
Yuslan, salah seorang trainer warga Desa tersebut mengatakan sangat senang dengan adanya Desa Broadband ini. Kami sudah mendapat manfaat dari Desa broadband yang sudah diterapkan di Desa Balansiku, dan salah satunya bisa memperkenalkan Desa dan Potensi yang ada di Desa.
"Kami bisa mempromosikan hasil Perikanan dan Perkebunan yang merupakan hasil unggulan Desa kami," ujarnya.
Dengan adanya internet diharapkan bisa mendobrak perekonomian masyarakat desa dan program ini dapat menjembatani kegiatan-kegiatan yang dilakukan di desa.
Manfaat yang banyak dirasakan oleh warga Desa Balansiku membuat para warga banyak mendatangi Balai Desa untuk dapat mengakses internet secara gratis tersebut yang disediakan oleh pemerintah tersebut.
Sejumlah warga mengharapkan agar adanya penambahan titik-titik "hotspot wifi" gratis agar lebih mempermudah akses internet di wilayah tersebut.
"Ya kalau bisa ada penambahan titik 'hotspot' yang gratis lagi, sehingga kita bisa mudah mengakses internet," kata warga Balansiku, Siti Sahruni.
Pelajar kelas 2 SMP 2 Balansiku tersebut mengatakan selama ini memang hanya ada di Balai Desa sehingga pada waktu tertentu banyak warga yang memakai 'wifi' untuk mengakses internet.
"Kalau sudah banyak orang pakai maka biasanya susah online-nya," katanya.
Hal senada juga dikatakan oleh pelajar lainnya, Andi Hermawan mengatakan keberadaan internet sangat berarti bagi pelajar di Desa Broadband percontohan di Indonesia ini.
"Membantu sekali internet untuk disini untuk memudahkan menyelesaikan PR dari sekolah," ujarnya.
Untuk itu kata dia perlu ada penambahan titik-titik wifi untuk mengakses internet agar lebih mudah lagi.
"Penambahan titik wifi ini untuk menjadi perhatian pemerintah," katanya.
Sejarah Balansiku
Desa Balansiku merupakan salah satu dari ribuan desa di Indonesia yang terpencil yang berada di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia yaitu tepatnya di Provinsi kalimantan utara, Kabupaten Nunukan, Kecamatan Sebatik. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat desa Balansiku adalah nelayan tetapi disamping itu juga banyak para pekebun.
Desa ini mulai dibangun pada 1970 dimana ada 7 orang yang berlayar yang di pimpin oleh saudara Kambolong (Bugis Pinrang, Sulawesi) yang berasal dari Bidu-Bidu kabupaten Berau, mendatangi suatu tempat yang mana tempat itu masih Hutan Belukar yang tidak di huni satu orang pun dan pada waktu itu sepakatlah ketujuh orang itu untuk bertempat tinggal dan membuka lahan Pertanian dan Perkebunan.
Hari demi hari mereka tinggali perkampungan yang tak punya nama, akhirnya ke tujuh orang yang di pimpin oleh saudara Kambolong memberikan nama Balansiku dalam Bahasa Pinrang yang Berarti Sungai Berliku. Pada 1973 Oleh Bapak Sidiek sebagai Kepala Desa Setabu Balansiku menjadi satu RT.
Seiring waktu berjalan Desa Balansiku semakin berkembang, pada 2006 di adakanlah Pemekaran RT dan Dusun, akhirnya Balansiku menjadi 2 Dusun dan 6 RT, dan pada Tahun 2007 Terjalin Aspirasi di mana Masyrakat Balansiku menginginkan Pemekaran untuk menjadi Desa tersendiri, akhirnya Aspirasi Masyarakat Balansiku mendapat Respon yang Positif dari Pemerintah Kabupaten Nunukan.
Dan akhirnya pada 8 Maret 2010 Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 Balansiku menjadi sebuah Desa dari Hasil Pemekaran Desa Tanjung Karang yang di pimpin oleh Pejabat Sementara Firman H. Latif.
Sesuai dengan Hasil Rapat Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Balansiku akan mengadakan Pemilihan Desa, akhirnya pada 23 Oktober 2010 di adakan Pemilihan Kepala Desa Balansiku di mana pada waktu itu yang terpilih menjadi Kepala Desa Balansiku adalah Firman H. Latif yang di lantik pada 1 November 2010.
Desa Balansiku mempunyai luas wilayah 2.358 Hektare yang sebagian wilayahnya digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, dengan beberapa produk unggulan baik dalam produk Perikanan,Pertanian maupun Perkebunan.
Untuk komodotitas unggulan dalam perkebunan salah satunya yakni Sunkist Borneo dan saat ini Desa Balansiku menjadi pusat penghasil Sunkist Borneo di Pulau Sebatik yang sudah banyak dipasarkan ke Negara tetangga yakni Tawau-Malaysia.