Bogor, (Antaranews Bogor) - Lembaga konservasi internasional Rare Indonesia merayakan keberhasilan kampanye Pride dalam mendorong perubahan perilaku nelayan bagi perikanan berkelanjutan di Indonesia yang memfokuskan pada Zona larangan tangkap ikan.

"Kami menitipkan pencapaian masyarakat dalam mendukung penerapan zona larang tangkap untuk memastikan ketersediaan ikan secara berkelanjutan ini kepada calon pemimpin Indonesia mendatang," kata Wakil Presiden Rare Indonesia Taufiq Alimi dalam siaran pers yang dikirimkan kepada Antara di Bogor, Kamis.

Taufiq mencontohkan keberhasilan kampanye Pride yang dilakukan mitra Rare Indonesia di dua zona larang tangkap, Marimabuk dan Tolandono, di Pulau Tomia Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara.

"Kini tidak ada nelayan yang memancing di zona larang tangkap dari yang semula dijumpai enam kapal nelayan perhari," ujar Taufiq.

Keberhasilan kampanye zona larang tangkap juga terlihat pada jumlah ikan kakap merah (Lutjanus gibbus) juga mengalami peningkatan sebanyak 52 persen.

Demikian pula di Yaan, Kawasan Konservasi Perairan Daerah Misool, Raja Ampat, Papua Barat. Kepatuhan nelayan telah meningkatkan biomassa ikan di zona larang tangkap sebanyak 100 persen.

Taufiq menjelaskan, program Pride angkatan kelima ini dilakukan di 12 kawasan konservasi perairan, 11 kawasan berada di wilayah Indonesia, dan satu lainnya di wilayah Malaysia.

Sasaran program ini adalah masyarakat pengakses sumber daya perikanan yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Mendorong masyarakat untuk merubah perilaku agar lebih berperan aktif dalam pengelolaan daerah larang tangkap.

Sebanyak 38 daerah sasaran seluas 110.276 hektardari total kawasan seluas 2.511.752 hektar telah dipromosikan dalam program tersebut.

"Dari pendataan pasca kampanye, rata-rata peningkatan perubahan perilaku nelayan di keduabelas lokasi kampanye meningkat 34 poin persentase, atau naik dari 31 persen menjadi 65 persen," ujar Taufiq.

Menurut Taufiq, melayan sudah berubah perilakunya, mematuhi Zona Larang Tangkap dan terlibat aktif menjaganya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, penerapan Zona Larang Tangkap adalah langkah penting untuk menjaga ketersediaan ikan. Berdasarkan hasil penelitian, tiga milyar orang di dunia bergantung pada ikan sebagai sumber protein utama.

Sayangnya 64 persen cadangan ikan di seluruh dunia ditangkap secara berlebihan. Isu ini mengalami peningkatan di daerah pesisir yang belum mengelola penangkapan ikan dengan baik.

"Kampanye Pride turut membantu meningkatkan kualitas pengelolaan kawasan konservasi perairan dengan cara memperkuat dukungan nelayan terhadap konservasi kawasan, menjadikan nelayan sebagai subyek perubahan," kata Taufiq.

Diungkapkannya, pemasangan tanda batas, fasilitasi pembentukan peraturan kampung, pembentukan koperasi kredit dan mengoptimalkan fungsi kelompok masyarakat pengawas dilakukan untuk menghilangkan halangan bagi nelayan untuk merubah perilaku.

"Perilaku nelayan yang berubah ini berimplikasi pada menurunnya kerusakan sumberdaya laut dan perikanan, dan meningkatkan jumlah biomassa ikan dan keutuhan terumbu karang," ujarnya.

Taufiq menambahkan, mengatakan kampanye Pride perlu dilakukan terus-menerus dengan dukungan berbagai pihak, terutama pembuat kebijakan di tingkat nasional dan daerah, untuk menciptakan dampak konservasi yang besar.

Rare Indonesia, sebuah lembaga konservasi internasional yang bekerja di Indonesia, merayakan keberhasilan kampanye Pride. Program Pride telah berlangsung hingga lima angkatan.

Angkatan kelima program ini memfokuskan pada promosi Zona Larang Tangkap. Program Pride telah dilakukan sejak 2001 oleh Rare Indonesia dan mitranya.

Untuk isu perikanan berkelanjutan, Rare sudah bekerja bersama mitra di enam kawasan Taman Nasional, satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional, dan sembilan Kawasan Konservasi Perairan Daerah. Program ini berupaya memperkuat dukungan masyarakat terhadap konservasi kawasan perairan di Indonesia, seperti penerapan Zona Larang Tangkap.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014