Mendengar kata Kagasata pasti identik dengan Bahasa Jepang. Namun, ternyata Kagasata ini merupakan Bahasa Kaili, Sulawesi Tengah yang artinya kebersihan kita bersama.

Kata Kagasata ini pun digunakan untuk nama produk sanitas hasil karya relawan Palang Merah indonesia (PMI) Kota Palu yakni closet. Ide digunakannya kata daerah ini muncul dan ide dari salah seorang relawan PMI setempat yakni Moh Imron.

Akhirnya dipilihlah kata tersebut untuk nama produk closet hasil tangan kreatif para relawan kemanusiaan ini. Ide awal pembuatan closet ini berasal dari Ketua PMI Kota Palu Syamsul Saifudin yang menginginkan setelah selesai menjalankan misi kemanusiaan di Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu pascabencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi relawannya mempunyai aktivitas yang bisa menghasilkan pendapatan.

Baca juga: PMI-BSM Turki distribusikan alat tangkap ikan untuk nelayan korban tsunami Palu

Apalagi bencana yang meluluhlantahkan Sulteng tersebut kebutuhan akan closet tinggi. Bahkan, untuk melatih membuat Closet Kagasata ini PMI Kota Palu sengaja mendatangkan relawan PMI Nusa Tenggara Barat (NTB) yang sudah ahli memproduksi alat sanitasi ini.

Tidak butuh lama, Imron dan kawan-kawan ternyata mampu memproduksi closet ini meskipun di tengah kesibukannya untuk memberikan pelayanan kepada warga terdampak bencana di berbagai pengungsian di Kota Palu.

Untuk membuat satu buat closet tidak membutuhkan waktu lama hanya dua sampai tiga hari tegantung cuaca. Karena, untuk mengeringkan adonan (bahan baku) menggunakan sinar matahari.

Meskipun hanya menggunakan alat seadanya, ternyata closet ini di desain ramah anak. Sehingga, anak-anak tidak kesulitan menggunakannya.

Selain itu, Closet Kagasata ini sudah mulai diminati sejumlah kalangan karena kalayakan dan kualitasnya yang tidak kalah dari produk serupa yang dibuat oleh perusahaan besar.

Baca juga: Ada PMI, kitong bisa kembali taklukan laut

Untuk harganya pun relatif terjangkau dan saat ini sudah digunakan disejumlah sarana mandi cuci kloset (MCK) umum di pengungsian.  

Walaupun belum diproduksi secara massal, tetapi ada pelajaran yang didapat para relawan PMI dengan membuat closet ini seperti bisa dikembangkan untuk dijadikan ladang bisnis usaha kecil menengah.

"Kami sengaja memberikan pelatihan membuat closet kepada sejumlah relawan agar setelah masa pemulihan tuntas, mereka bisa mempunyai kesibukan dan mempunyai pendapatan," kata Syaiful.

Ia pun terus mempromosikan Closet Kagasata ini ke sejumlah pihak baik sektor pemerintahan maupun swasta dan optimis jika digarap secara maksimal akan banyak peminatnya.


Hadiah Pernikahan

Karya tangan para relawan PMI Kota Palu ini ternyata menjadi maskot karena, produk Closet Kagasata ini sudah mulai bergaung khususnya sesama relawan lembaga kemanusiaan tersebut.

Namun, ada cerita unik sekaligus lucu di balik produk kerajinan tangan ini. Di mana saat itu ada relawan PMI Kabupaten Sigi yang menikah, tapi karena keterbatasan akhirnya relawan PMI Kota Palu memilih closet ini sebagai hadiah untuk mempelai pria dan wanita.

Baca juga: PMI latih petugas tanggap bencana dari 10 perwakilan negara ASEAN

Awalnya mempelai pria mengira hadiah yang dibungkus rapih tersebut merupakan pajangan atau peralatan rumah tangga ternyata setelau dibuka isinya adalah closet berwarna pink.

Salah seorang relawan Kota Palu Moh Imron mengatakan closet ini tidak hanya sebatas ladang bisnis saja, tetapi merupakan  bentuk kepedulian para relawan terhadap korban bencana alam di Sulteng.

Pastinya barang seperti ini harganya cukup mahal ditambah pascabencana perekonomian warga masih morat marit. Sehingga, untuk membeli kloset akan merasa keberatan.

Maka dari itu, closet ini dijual dengan harga yang relatif terjangkau, bahkan pihaknya juga menyumbangkan karyanya itu di sejumlah MCK umum.

Tidak hanya itu, warga yang membeli Closet Kagasata juga diajarkan bagaimana cara memasangnya agar sanitasinya berjalan dengan lancar.

"Tujuan kami membuat closet ini tidak hanya untuk usaha apalagi kami berdiri di PMI yang merupakan lembaga kemanusian, untuk itu dibuat untuk menjaga kesehatan warga sekaligus mempromosikan kesehatan. Agar warga tidak lagi buang air besar di sembarang tempat seperti di kebun, sungai atau bukan tempat sanitasi.
   
 

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020