Setiap tanggal 22 Desember, kita memperingati hari ibu dan selalu menyadari bahwa ibu adalah tiang negara yang mempunyai peranan sangat penting dan strategis dalam pendidikan keluarga dan pembangunan naaional.
Sejarah bangsa ini juga mencatat jika peranan perempuan dalam era perjuangan kemerdekaan juga sangat penting. Nama-nama seperti RA Kartini, Pocut Baren di Aceh, Dewi Sartika di tanah Pasundan, Malahayati di Aceh, dan lain lain sangat disegani kawan dan sangat ditakuti lawan. Mereka benar benar jago sehingga NICA dan sekutu dibuat keok.
Sekarang ini, peran dan tantangan kaum perempuan tidaklah mudah untuk ditaklukan. Di era ekonomi equity crowd funding dan gig economy ini, ternyata bangsa ini menghadapi tantangan sulit seperti anak yang kecanduan main game online, merebaknya Narkoba bahkan sudah menyasar anak anak kecil, siaran TV masih banyak yang kurang edukatif karena menyiarkan hedonisme, balas dendam dll, merebaknya prostitusi online, meluasnya LGBT sampai ancaman menipisnya toleransi dan menguatnya komunisme serta kelompok Islamophobia di Indonesia.
Adanya ancaman ancaman diatas jelas memerlukan keterlibatan perempuan dalam penyelesaiannya, setidaknya meminimalisirnya. Seandainya saja di tiap keluarga, ibu ibu dapat menjalankan ilmu, mendidik agama dan budaya kepada anak anaknya, maka ancaman-ancaman diatas setidaknya tidak masuk dalam keluarga tersebut. Tapi faktanya tidak semudah itu, karena anasir-anasir bangsa ada disetiap level kehidupan berbangsa dan mereka cepat bermetamorfosis atau menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, sehingga ancaman-ancaman di atas selalu eksis seiring perkembangan zaman, menjadikan tantangan orang tua khususnya ibu semakin berat.
Namun, penulis yakin semua ibu akan berperan dengan baik jika ada niat kearah tersebut. Pemerintah juga harus hadir dan tegas menindak anasir anasir perusak bangsa melalui kebijakan yang kuat dan tidak bisa ditawar tawar.
Hari ini hari ibu, sudahkah pembaca mendoakan ibunya masing-masing, berbincang atau menelpon beliau, menyatakan terima kasih yang tulus? Jika belum, segera lakukan. Minta ridhonya, semoga hidupmu menjadi indah. Selamat hari ibu. (56/*).
*) Penulis adalah alumnus Udayana, Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Sejarah bangsa ini juga mencatat jika peranan perempuan dalam era perjuangan kemerdekaan juga sangat penting. Nama-nama seperti RA Kartini, Pocut Baren di Aceh, Dewi Sartika di tanah Pasundan, Malahayati di Aceh, dan lain lain sangat disegani kawan dan sangat ditakuti lawan. Mereka benar benar jago sehingga NICA dan sekutu dibuat keok.
Sekarang ini, peran dan tantangan kaum perempuan tidaklah mudah untuk ditaklukan. Di era ekonomi equity crowd funding dan gig economy ini, ternyata bangsa ini menghadapi tantangan sulit seperti anak yang kecanduan main game online, merebaknya Narkoba bahkan sudah menyasar anak anak kecil, siaran TV masih banyak yang kurang edukatif karena menyiarkan hedonisme, balas dendam dll, merebaknya prostitusi online, meluasnya LGBT sampai ancaman menipisnya toleransi dan menguatnya komunisme serta kelompok Islamophobia di Indonesia.
Adanya ancaman ancaman diatas jelas memerlukan keterlibatan perempuan dalam penyelesaiannya, setidaknya meminimalisirnya. Seandainya saja di tiap keluarga, ibu ibu dapat menjalankan ilmu, mendidik agama dan budaya kepada anak anaknya, maka ancaman-ancaman diatas setidaknya tidak masuk dalam keluarga tersebut. Tapi faktanya tidak semudah itu, karena anasir-anasir bangsa ada disetiap level kehidupan berbangsa dan mereka cepat bermetamorfosis atau menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, sehingga ancaman-ancaman di atas selalu eksis seiring perkembangan zaman, menjadikan tantangan orang tua khususnya ibu semakin berat.
Namun, penulis yakin semua ibu akan berperan dengan baik jika ada niat kearah tersebut. Pemerintah juga harus hadir dan tegas menindak anasir anasir perusak bangsa melalui kebijakan yang kuat dan tidak bisa ditawar tawar.
Hari ini hari ibu, sudahkah pembaca mendoakan ibunya masing-masing, berbincang atau menelpon beliau, menyatakan terima kasih yang tulus? Jika belum, segera lakukan. Minta ridhonya, semoga hidupmu menjadi indah. Selamat hari ibu. (56/*).
*) Penulis adalah alumnus Udayana, Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019