Bogor, 29/4 (Antara) - Duta Badan Zakat Nasional Anggito Abimanyu mengatakan pembayaran zakat harus lebih praktis dan mudah dijangkau oleh masyarakat sehingga pengumpulan zakat bisa lebih optimal.
"Saya melihat pembayaran zakat itu kurang praktis, mungkin karena itu orang-orang menjadi malas untuk mengurus karena harus mengisi formulir terlebih dahulu," ujar Anggito saat ditemui usai menjadi pembicara dalam workshop internasional tentang zakat di Bogor, Senin.
Saat ditanya kecilnya jumlah pengumpulan zakat dibanding potensi zakat yang ada menurut Anggito salah satunya karena belum praktisnya mekanisme pemabayaran zakat.
"Tercatat memang jumlah zakat yang terserap baru kecil, tapi kita tidak tahu yang tidak tercatat berapa. Kendala utama kenapa daya serap zakat rendah saya tidak tahu persis tapi saya melihat itu tadi pembayaran zakat belum praktis," katanya.
Menurut Anggito sudah saatnya pembayaran zakat lebih praktis sehingga memudahkan masyarakat untuk membayar zakat tanpa dibebani oleh urusan lainnya.
Dengan adanya foam pembayaran pajak dan zakat menjadikan pembayaran zakat lebih praktis. Namun masih banyak masyarakat yang belum memahaminya.
"Dengan adanya trobosan ini jadi lebih praktis. Pembayaran juga kalo bisa online biasanya orang kalau mau bayar zakat disuruh ngisi foam itu tidak mau. Harusnya pembayaran zakat sudah bisa lewat atm, lebih memudahkan lagi," katanya.
Anggito mengatakan untuk memudahkan pembayaran zakat bisa dilakukan melalui kantor-kantor, setelah gaji keluar bisa dipotong langsung 2,5 persen dari pendapatan.
"Seperti di Kementerian Agama juga begitu setelah penghasilan keluar langsung dipotong 2,5 persen, jadi tidak repot-repot bayar zakat," katanya.
Selain tidak praktis administrasi zakar juga belum rapi, banyak terjadi masyarakat membayar zakat tapi datanya tidak ada.
Anggito ditunjuk sebagai Duta Baznas sejak awal April lalu. Bagi pria asal Jogja ini menjadi duta memiliki kesan tersendiri.
Sebagai duta Baznas Anggito mulai mengkampanyekan gerakan membayar zakat baik di kalangan perusahaan ataupun masyarakat.
Anggito mengaku tidak ada kampanye khusus karena dirinya bisa berkampanye bisa terstruktur dan tidak terstruktur.
"Kemarin dalam pembayaran pajak saya berkampanye berkaitan dengan menggambungkan antara pajak dan zakat itu paling mudah. Tidak ada beban administrasi, satu formulir sudah bisa digunakan untuk kewajiban sebagai umat Islam dan kewajiban kepada negara," ujarnya.
Anggito juga mulai rajin berkampanye ke perusahaan-perusahaan yang disinggahinya dalam urusan kerjaan.
"Saya selalu mengajak perusahaan-perusahaan untuk mengurangi labanya 2,5 persen untuk zakat. Bahkan agen-agen perjalanan juga suka saya ingatkan bayar sakatnya," katanya.
Selama menjadi duta Baznas Anggito menemukan kejadian-kejadian unik, diantaranya ia melihat ada fenomena di kalangan masyarakat yang takut untuk mengisi zakat karena bisa dihitung besar pendapatanya dan besaran zakatnya.
"Kalau bayar zakatkan tidak bisa dimanipulasi jumlah kekayaannyam beda ama pajak yang masih bisa ditutup-tutupi. Itulah uniknya kalau bayar zakat tidak bisa," katanya.
Anggito menambahkan ia menikmati dirinya sebagai Duta Baznas, karena bila zakat dikelola dengan baik dan optimal dalam menjadi sebuah gerakan ekonomi yang memberdayakan umat.
"Sinergitas antara pajak dan zakat sangat luar biasa, kekuatannya lebih beda selain sebagai kewajiban umat Islam juga pertanggungjawaban kepada Allah, karena zakat wajib hukumnya bagi yang mampu," katanya.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013
"Saya melihat pembayaran zakat itu kurang praktis, mungkin karena itu orang-orang menjadi malas untuk mengurus karena harus mengisi formulir terlebih dahulu," ujar Anggito saat ditemui usai menjadi pembicara dalam workshop internasional tentang zakat di Bogor, Senin.
Saat ditanya kecilnya jumlah pengumpulan zakat dibanding potensi zakat yang ada menurut Anggito salah satunya karena belum praktisnya mekanisme pemabayaran zakat.
"Tercatat memang jumlah zakat yang terserap baru kecil, tapi kita tidak tahu yang tidak tercatat berapa. Kendala utama kenapa daya serap zakat rendah saya tidak tahu persis tapi saya melihat itu tadi pembayaran zakat belum praktis," katanya.
Menurut Anggito sudah saatnya pembayaran zakat lebih praktis sehingga memudahkan masyarakat untuk membayar zakat tanpa dibebani oleh urusan lainnya.
Dengan adanya foam pembayaran pajak dan zakat menjadikan pembayaran zakat lebih praktis. Namun masih banyak masyarakat yang belum memahaminya.
"Dengan adanya trobosan ini jadi lebih praktis. Pembayaran juga kalo bisa online biasanya orang kalau mau bayar zakat disuruh ngisi foam itu tidak mau. Harusnya pembayaran zakat sudah bisa lewat atm, lebih memudahkan lagi," katanya.
Anggito mengatakan untuk memudahkan pembayaran zakat bisa dilakukan melalui kantor-kantor, setelah gaji keluar bisa dipotong langsung 2,5 persen dari pendapatan.
"Seperti di Kementerian Agama juga begitu setelah penghasilan keluar langsung dipotong 2,5 persen, jadi tidak repot-repot bayar zakat," katanya.
Selain tidak praktis administrasi zakar juga belum rapi, banyak terjadi masyarakat membayar zakat tapi datanya tidak ada.
Anggito ditunjuk sebagai Duta Baznas sejak awal April lalu. Bagi pria asal Jogja ini menjadi duta memiliki kesan tersendiri.
Sebagai duta Baznas Anggito mulai mengkampanyekan gerakan membayar zakat baik di kalangan perusahaan ataupun masyarakat.
Anggito mengaku tidak ada kampanye khusus karena dirinya bisa berkampanye bisa terstruktur dan tidak terstruktur.
"Kemarin dalam pembayaran pajak saya berkampanye berkaitan dengan menggambungkan antara pajak dan zakat itu paling mudah. Tidak ada beban administrasi, satu formulir sudah bisa digunakan untuk kewajiban sebagai umat Islam dan kewajiban kepada negara," ujarnya.
Anggito juga mulai rajin berkampanye ke perusahaan-perusahaan yang disinggahinya dalam urusan kerjaan.
"Saya selalu mengajak perusahaan-perusahaan untuk mengurangi labanya 2,5 persen untuk zakat. Bahkan agen-agen perjalanan juga suka saya ingatkan bayar sakatnya," katanya.
Selama menjadi duta Baznas Anggito menemukan kejadian-kejadian unik, diantaranya ia melihat ada fenomena di kalangan masyarakat yang takut untuk mengisi zakat karena bisa dihitung besar pendapatanya dan besaran zakatnya.
"Kalau bayar zakatkan tidak bisa dimanipulasi jumlah kekayaannyam beda ama pajak yang masih bisa ditutup-tutupi. Itulah uniknya kalau bayar zakat tidak bisa," katanya.
Anggito menambahkan ia menikmati dirinya sebagai Duta Baznas, karena bila zakat dikelola dengan baik dan optimal dalam menjadi sebuah gerakan ekonomi yang memberdayakan umat.
"Sinergitas antara pajak dan zakat sangat luar biasa, kekuatannya lebih beda selain sebagai kewajiban umat Islam juga pertanggungjawaban kepada Allah, karena zakat wajib hukumnya bagi yang mampu," katanya.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013