Bogor (ANTARA News Megapolitan) - Institut Pertanian Bogor siap mengawal pengembangan kopi Indonesia dan berkolaborasi dengan Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian untuk penanganan hulu hingga hilirnya.
"Kopi sebuah komoditas yang perlu difikirkan aspek hulu dan hilirnya," kata Rektor IPB Dr Arif Satria saat membuka Sarasehan Kopi Nasional di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Arif mengatakan, aspek hulu yang harus dipikirkan adalah teknologi yang dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi Indonesia.
Menurutnya kopi harus dikemas secara 4.0 dengan mempersiapkan cara pembenihan yang, pemanenannya, dan pengemasannya.
"Kita harus punya konsep yang bisa diimplementasikan di lapangan," katanya.
Tren kopi saat ini semakin meningkat, lanjutnya, profesi barista kini semakin digemari setara dengan chef. Banyak sarjana yang mau menjadi barista. "IPB leading dalam kopi," katanya.
IPB lanjutnya, telah mengawali membuka kelas kopi sekitar satu bulan yang lalu. Yakni memberi beasiswa kepada para mahasiswa yang memiliki minat di bidang kopi.
"Kini IPB menggelar sarasehan kopi nasional ini. Tahun 2019 nanti kita buat program studi pengembangan kopi di sekolah vokasi IPB," kata Arif.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Bambang mengatakan, perlu komitmen untuk mengawal kopi Indonesia berkembang lebih baik.
Ia mengatakan, secara produktivitas kopi Indonesia masih rendah dibanding Vietnam tetapi dari segi harga, kopi Indonesia jauh lebih tinggi dibanding Vietnam.
"Vietnam produktivitas mereka tinggal, tapi harga kopinya rendah. Kopi Indonesia produktivitas rendah tapi harga tinggi," katanya.
Bambang menyebutkan, jika semua pihak baik itu akademisi, generasi muda, pelaku usaha, mau berkomitmen maka mengembangkan kopi Indonesia bukanlah hal yang sulit.
Luas kebun kopi Indonesia 1,2 juta hektare, dengan potensi produksi 674 ribu ton per tahun. Ekspor tahun 2017 sebesar 467 ribu ton.
Nilai eksport kopi Indonesia pada tahun tahun 2016 sebesar Rp13,6 triliun, tahun 2017 sebesar Rp16,1 triliun, dan di pertengahan 2018 mencapai Rp10,2 triliun.
"Kopi Indonesia walau produktivitasnya rendah memberikan kontribusi ekspor yang luar biasa," kata Bambang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Kopi sebuah komoditas yang perlu difikirkan aspek hulu dan hilirnya," kata Rektor IPB Dr Arif Satria saat membuka Sarasehan Kopi Nasional di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Arif mengatakan, aspek hulu yang harus dipikirkan adalah teknologi yang dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi Indonesia.
Menurutnya kopi harus dikemas secara 4.0 dengan mempersiapkan cara pembenihan yang, pemanenannya, dan pengemasannya.
"Kita harus punya konsep yang bisa diimplementasikan di lapangan," katanya.
Tren kopi saat ini semakin meningkat, lanjutnya, profesi barista kini semakin digemari setara dengan chef. Banyak sarjana yang mau menjadi barista. "IPB leading dalam kopi," katanya.
IPB lanjutnya, telah mengawali membuka kelas kopi sekitar satu bulan yang lalu. Yakni memberi beasiswa kepada para mahasiswa yang memiliki minat di bidang kopi.
"Kini IPB menggelar sarasehan kopi nasional ini. Tahun 2019 nanti kita buat program studi pengembangan kopi di sekolah vokasi IPB," kata Arif.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Bambang mengatakan, perlu komitmen untuk mengawal kopi Indonesia berkembang lebih baik.
Ia mengatakan, secara produktivitas kopi Indonesia masih rendah dibanding Vietnam tetapi dari segi harga, kopi Indonesia jauh lebih tinggi dibanding Vietnam.
"Vietnam produktivitas mereka tinggal, tapi harga kopinya rendah. Kopi Indonesia produktivitas rendah tapi harga tinggi," katanya.
Bambang menyebutkan, jika semua pihak baik itu akademisi, generasi muda, pelaku usaha, mau berkomitmen maka mengembangkan kopi Indonesia bukanlah hal yang sulit.
Luas kebun kopi Indonesia 1,2 juta hektare, dengan potensi produksi 674 ribu ton per tahun. Ekspor tahun 2017 sebesar 467 ribu ton.
Nilai eksport kopi Indonesia pada tahun tahun 2016 sebesar Rp13,6 triliun, tahun 2017 sebesar Rp16,1 triliun, dan di pertengahan 2018 mencapai Rp10,2 triliun.
"Kopi Indonesia walau produktivitasnya rendah memberikan kontribusi ekspor yang luar biasa," kata Bambang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018