Bogor (Antaranews Megapolitan) - Kuliah Umum yang digelar Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA IPB), 21/9 kali ini dipenuhi oleh para mahasiswa dan dosen. Pasalnya, kuliah yang berjudul “Kemaslahatan dan Kemudharatan Makhluk Biogaib” ini memicu rasa penasaran akibat judulnya yang terkesan out of the box.
Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha menjelaskan bahwa apa yang dia maksud dengan biogaib adalah mahkluk yang tidak terlihat oleh mata telanjang, seperti mikroba dan fungi mikroskopis. “Saya tidak akan mengajar tentang jin dan malaikat,” kata Prof. I Nyoman yang diiringi gelak tawa mahasiswa.
"Kuliah Umum yang digelar di Kampus IPB Dramaga ini merupakan hasil kerjasama dengan World Class Professor Program Scheme A Trop BRC – IPB,” kata Dr. Yulin Lestari selaku Master of Ceremony acara ini.
Keberadaan mahkluk biogaib bisa ditelusuri sampai ke hydrothermal vent (ventilasi hidrotermal) yang ditemukan 2.000 meter di bawah permukaan laut. “Di sekitar tempat ini, sangat banyak kehidupannya,” jelas Prof Nyoman yang merupakan Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Tercatat, jumlah spesies moluska saja mencapai 6.000 lebih. Semua ini didukung oleh pembentukan senyawa organik oleh prokariot yang hidup di sana.
Biogaib tertua yang terdeteksi adalah sianobakteri. Fosilnya tercatat berumur lebih dari 3,5 milyar tahun yang lalu. “Itu adalah fosil tertua,” jelas Prof. Nyoman.
Ketiadaan mahkluk biogaib di dunia ini akan merusak keseimbangan lingkungan, bahkan dunia. Prof. Nyoman memberi contoh tentang pembuatan Biosphere-2 yang gagal di Amerika. “Salah satu dugaan kegagalan adalah kita tidak bisa memprediksi tentang kehidupan mahkluk hidup biogaib,” terangnya.
Mahkluk hidup biogaib dapat ditemukan di mana-mana. Mereka hadir dalam tempat yang memiliki kondisi ekstrem, mulai dari tempat terdingin di Antartika sampai lingkungan panas bersuhu 122 derajat celcius. Kehadiran mereka juga terdapat bersama mahkluk hidup lain, bahkan di manusia.
“Ada lebih dari seribu spesies mikroba di kulit kita,” jelas Prof.I. Nyoman yang diiringi oleh decak kagum para mahasiswa.
Lebih lanjut Prof. Nyoman mengurai keberadaan biogaib ini membawa keuntungan bagi dunia. Tumbuhan, misalnya, bekerja sama dengan bakteri mikoriza untuk mengikat nitrogen yang berguna dalam pembentukan asam amino. Manusia juga mendapat manfaat dari mahkluk biogaib, seperti membantu pencernaan makanan. “Di lambung saja ada 25 spesies,” kata Prof. Nyoman.
Namun kata Prof. Nyoman, makhluk biogaib juga membawa kabar buruk bagi kehidupan mahkluk lain. Beberapa penyakit seperti tobacco mozaic virus dapat merusak panen dan menyebabkan kelaparan massal. Beberapa yang lainnya bahkan bisa membunuh manusia, seperti tuberculosis. Parahnya lagi, beberapa diantara mereka bisa menyebarkan penyakit dengan mudah.
“Karena itulah karantina menjadi ketat,” jelasnya.
Kehadiran makhluk hidup biogaib membuat kita belajar untuk menggunakannya dalan kehidupan sehari-hari. Berbagai macam penyakit dicegah akibat penggunaan obat dengan bahan metabolit sekunder mikroba. “Bahkan bisa juga menjadi bahan baku masakan masa depan.”
Prof. Nyoman pun berpesan bahwa manusia harus menghargai setiap mahkluk hidup, karena mereka semua diciptakan baik adanya. “Tidak ada mahkluk ciptaan-Nya yang dibuat dengan sia-sia,” pesannya kepada peserta sebelum menutup kuliahnya. (PR/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha menjelaskan bahwa apa yang dia maksud dengan biogaib adalah mahkluk yang tidak terlihat oleh mata telanjang, seperti mikroba dan fungi mikroskopis. “Saya tidak akan mengajar tentang jin dan malaikat,” kata Prof. I Nyoman yang diiringi gelak tawa mahasiswa.
"Kuliah Umum yang digelar di Kampus IPB Dramaga ini merupakan hasil kerjasama dengan World Class Professor Program Scheme A Trop BRC – IPB,” kata Dr. Yulin Lestari selaku Master of Ceremony acara ini.
Keberadaan mahkluk biogaib bisa ditelusuri sampai ke hydrothermal vent (ventilasi hidrotermal) yang ditemukan 2.000 meter di bawah permukaan laut. “Di sekitar tempat ini, sangat banyak kehidupannya,” jelas Prof Nyoman yang merupakan Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Tercatat, jumlah spesies moluska saja mencapai 6.000 lebih. Semua ini didukung oleh pembentukan senyawa organik oleh prokariot yang hidup di sana.
Biogaib tertua yang terdeteksi adalah sianobakteri. Fosilnya tercatat berumur lebih dari 3,5 milyar tahun yang lalu. “Itu adalah fosil tertua,” jelas Prof. Nyoman.
Ketiadaan mahkluk biogaib di dunia ini akan merusak keseimbangan lingkungan, bahkan dunia. Prof. Nyoman memberi contoh tentang pembuatan Biosphere-2 yang gagal di Amerika. “Salah satu dugaan kegagalan adalah kita tidak bisa memprediksi tentang kehidupan mahkluk hidup biogaib,” terangnya.
Mahkluk hidup biogaib dapat ditemukan di mana-mana. Mereka hadir dalam tempat yang memiliki kondisi ekstrem, mulai dari tempat terdingin di Antartika sampai lingkungan panas bersuhu 122 derajat celcius. Kehadiran mereka juga terdapat bersama mahkluk hidup lain, bahkan di manusia.
“Ada lebih dari seribu spesies mikroba di kulit kita,” jelas Prof.I. Nyoman yang diiringi oleh decak kagum para mahasiswa.
Lebih lanjut Prof. Nyoman mengurai keberadaan biogaib ini membawa keuntungan bagi dunia. Tumbuhan, misalnya, bekerja sama dengan bakteri mikoriza untuk mengikat nitrogen yang berguna dalam pembentukan asam amino. Manusia juga mendapat manfaat dari mahkluk biogaib, seperti membantu pencernaan makanan. “Di lambung saja ada 25 spesies,” kata Prof. Nyoman.
Namun kata Prof. Nyoman, makhluk biogaib juga membawa kabar buruk bagi kehidupan mahkluk lain. Beberapa penyakit seperti tobacco mozaic virus dapat merusak panen dan menyebabkan kelaparan massal. Beberapa yang lainnya bahkan bisa membunuh manusia, seperti tuberculosis. Parahnya lagi, beberapa diantara mereka bisa menyebarkan penyakit dengan mudah.
“Karena itulah karantina menjadi ketat,” jelasnya.
Kehadiran makhluk hidup biogaib membuat kita belajar untuk menggunakannya dalan kehidupan sehari-hari. Berbagai macam penyakit dicegah akibat penggunaan obat dengan bahan metabolit sekunder mikroba. “Bahkan bisa juga menjadi bahan baku masakan masa depan.”
Prof. Nyoman pun berpesan bahwa manusia harus menghargai setiap mahkluk hidup, karena mereka semua diciptakan baik adanya. “Tidak ada mahkluk ciptaan-Nya yang dibuat dengan sia-sia,” pesannya kepada peserta sebelum menutup kuliahnya. (PR/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018