Bogor (Antaranews Megapolitan) - Program Studi Magister (S2) Biofisika Institut Pertanian Bogor (IPB) mengacu pada kompetensi dalam statuta merumuskan kurikulum 2019 dengan menggunakan tiga kata kunci yaitu molecular biophysics, biobased advanced materials, serta complexity and sustainability. Berdasarkan tiga kata kunci tersebut, kurikulum S2 Biofisika IPB memiliki ciri khas yang sesuai dengan visi dan misi IPB dengan profil lulusan yang adaptif dalam mengantisipasi perkembangan keilmuan yang mengarah pada keilmuan interdisiplin.

Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB, Prof. Husin Alatas dalam Lolakarya Pemutakhiran Kurikulum Program Studi S2 Biofisika, Departemen Fisika FMIPA IPB di Bumi Katulampa Hotel Bogor, (27/8). Kegiatan ini digelar dalam rangka re-orientasi kurikulum IPB menuju era 4.0.

Narasumber yang hadir dalam acara ini adalah Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Laksana Tri Handoko, Peneliti Ahli Utama BPPT & Tim Ahli Kementerian Kesehatan RI Bidang Pascapanen Tanaman Obat, Dr. Lamhot Parulian Manulu, Kepala Program Studi S2 dan S3 Ilmu Bahan, Departemen Fisika, FMIPA Universitas Indonesia, Dr. Vivi Fauzia.

Menurut Dr. Laksana, biofisika merupakan rohnya fisika di IPB. Salah satu keberhasilan Departemen Fisika FMIPA IPB yaitu kemampuan diferensiasi. Pemilihan biofisika sebagai program studi yang dikelola, menjadikan Departemen Fisika FMIPA IPB memiliki ciri tersendiri dibandingkan Departemen Fisika yang dikelola oleh beberapa perguruan tinggi lainnya.

“Regulasi baru yang mengharuskan peneliti berpendidikan minimal S2 atau magister menjadi kesempatan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan magister. Hal ini disebabkan, baru sepertiga saja peneliti LIPI yang berpendidikan minimal S2. Oleh sebab itu, kemiripan kurikulum yang ditawarkan Program Studi S2 Biofisika Departemen Fisika FMIPA IPB dengan aktivitas beberapa  pusat penelitian LIPI menjadi kesempatan bagi Program Studi S2 Biofisika Departemen Fisika FMIPA IPB untuk mendapatkan calon mahasiswa baru dari LIPI. Kesempatan semakin terbuka jika saja ditawarkan program S2 by research,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Dr. Lamhot P. Manalu, selama ini belum ada alumni S2 Biofisika Departemen Fisika, FMIPA IPB yang bekerja sebagai perekayasa ataupun peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Padahal, jika dilihat dari beberapa pusat penelitian dibawah BPPT, banyak yang sangat terkait.

“Semisal, Pusat Teknologi Pertanian Sumber Daya Alam, Pusat Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Pusat Teknologi Informasi, Energi, dan Material, serta Pusat Teknologi Industri Rancang Bangun. Lebih jauh lagi, jika dilihat dari Peka LIPI No. 1 Tahun 2016, biofisika sebenarnya sudah termasuk dalam kluster ilmu fisika. Hal ini berarti, dengan adanya sosialisasi yang intensif ke stakeholders, maka diharapkan serapan alumni S2 Biofisika Departemen Fisika FMIPA IPB semakin tinggi. Draft kurikulum yang diusulkan sudah menggambarkan kurikulum yang dapat memenuhi kebutuhan stakeholders,” terangnya.

Senada dengan Dr. Lamhot, Dr. Vivi mengatakan bahwa draft kurikulum yang disusun Program S2 Biofisika Departemen Fisika FMIPA IPB sudah  mengarah pada pemenuhan kebutuhan stakeholders. Namun demikian, Dr. Vivi menyarankan agar tetap mempertimbangkan adanya keragaman latar belakang pendidikan calon mahasiswa. (**/Zul)

Pewarta: Oleh Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018