Bogor (Antaranews Megapolitan) - Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor menyelenggarakan seminar nasional Agroindustri 2018 dalam rangka publikasi inovasi agroindustri menghadapi era industri 4.0 di Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Kepala Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB Prof Suprihatin menyebutkan agroindustri dapat menjadi wahana proses pembentukan nilai tambah hasil pertanian dan berperan sebagai penghubung kegiatan produksi serta pemasaran produk pertanian di Indonesia.
"Artinya pengembangan agroindustri di Indonesia perlu diarahkan untuk memadukan aspek hulu dan hilir dalam sistem secara berkesinambungan," katanya.
Ia menyebutkan agroindustri selain sebagai sumber devisa negara, secara tidak langsung, membentuk sumber dana pembangunan daerah sehingga menjadi subsektor sebagai salah satu ujung tombak pembangunan ekonomi daerah.
Agroindustri, lanjutnya, mampu menghasilkan produk ramah lingkungan, mensubsitusi bahan dan energi tak terbarukan, menghindari atau meminimumkan penggunaan bahan kimia toksik, serta meminimumkan emisi.
"Potensi ruang penerapan inovasi dan komersialisasi teknologi sangat besar, mencakup teknologi bahan baru, energi baru atau terbarukan, teknologi proses dan sistem, serta teknologi pemanfaatan," kata Suprihatin.
Seminar nasional dihadiri oleh Kepala Badan Litbang Industri Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara. Pada kesempatan itu, ia menyebutkan agroindustri salah satu sektor yang didorong oleh pemerintah untuk menghadapi era industri 4.0.
Menurut dia, sektor tersebut sudah siap, baik secara infrastruktur, komoditi, maupun outomatisasi.
"Kita terus sosialsiasikan membangun sumber daya inovasi dan ekosistem inovasi, salah satunya melalui kegiatan Inovasi 2018," katanya.
Ngakan mengingatkan pentingnya keberadaan sumber daya manusia yang mumpuni dalam menghadapi era industri 4.0 sehingga perlu ditambah jumlahnya dan ditingkatkan kemampuannya.
"Untuk menghasilkan SDM ini kita sarankan perlu ada mata pelajaran wajib tentang era industri 4.0," katanya.
Salah satu pendiri Asosiasi Agroindustri Indonesia Prof (emeritus) Irawadi Djamanra mengingatkan penting kemauan yang sungguh-sungguh untuk menjadikan sektor pertanian kuat menghadapi era industri 4.0.
"Era industri 4.0 ini mempermudah interaksi hulu dan hilir, pembenahan sektor pertanian harus dilakukan, dan petani harus kuat," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Kepala Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB Prof Suprihatin menyebutkan agroindustri dapat menjadi wahana proses pembentukan nilai tambah hasil pertanian dan berperan sebagai penghubung kegiatan produksi serta pemasaran produk pertanian di Indonesia.
"Artinya pengembangan agroindustri di Indonesia perlu diarahkan untuk memadukan aspek hulu dan hilir dalam sistem secara berkesinambungan," katanya.
Ia menyebutkan agroindustri selain sebagai sumber devisa negara, secara tidak langsung, membentuk sumber dana pembangunan daerah sehingga menjadi subsektor sebagai salah satu ujung tombak pembangunan ekonomi daerah.
Agroindustri, lanjutnya, mampu menghasilkan produk ramah lingkungan, mensubsitusi bahan dan energi tak terbarukan, menghindari atau meminimumkan penggunaan bahan kimia toksik, serta meminimumkan emisi.
"Potensi ruang penerapan inovasi dan komersialisasi teknologi sangat besar, mencakup teknologi bahan baru, energi baru atau terbarukan, teknologi proses dan sistem, serta teknologi pemanfaatan," kata Suprihatin.
Seminar nasional dihadiri oleh Kepala Badan Litbang Industri Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara. Pada kesempatan itu, ia menyebutkan agroindustri salah satu sektor yang didorong oleh pemerintah untuk menghadapi era industri 4.0.
Menurut dia, sektor tersebut sudah siap, baik secara infrastruktur, komoditi, maupun outomatisasi.
"Kita terus sosialsiasikan membangun sumber daya inovasi dan ekosistem inovasi, salah satunya melalui kegiatan Inovasi 2018," katanya.
Ngakan mengingatkan pentingnya keberadaan sumber daya manusia yang mumpuni dalam menghadapi era industri 4.0 sehingga perlu ditambah jumlahnya dan ditingkatkan kemampuannya.
"Untuk menghasilkan SDM ini kita sarankan perlu ada mata pelajaran wajib tentang era industri 4.0," katanya.
Salah satu pendiri Asosiasi Agroindustri Indonesia Prof (emeritus) Irawadi Djamanra mengingatkan penting kemauan yang sungguh-sungguh untuk menjadikan sektor pertanian kuat menghadapi era industri 4.0.
"Era industri 4.0 ini mempermudah interaksi hulu dan hilir, pembenahan sektor pertanian harus dilakukan, dan petani harus kuat," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018