Bogor (Antaranews Megapolitan) - Persoalan sampah terus menjadi momok menakutkan di berbagai daerah. Hidup indah, bersih dan sehat belum menjadi kebutuhan dasar bagi bangsa Indonesia. Faktanya, hal yang sederhana dan elementer seperti masalah sampah belum dapat diatasi.

Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Lani, Dian Utami, Triyogo Alexandria, Nur Darojatin Hiddayah, dan Primanisa Hadiningtyas membuat Rumah Kardus yang diterapkan di Desa Cilubang Mekar, Bogor, Jawa Barat.

Di bawah bimbingan Sutoyo, S.TP, M.Si, mereka menciptakan rumah karya desaku sekarang atau Rumah Kardus. Karya ini berhasil lolos pada Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) yang berjudul Rumah Kardus sebagai SDG’s (Sustainable Development Goals) melalui program 3R (Reuse, reduce, dan recycle). Desa Cilubang termasuk desa yang asri. Tetapi desa tersebut tidak punya Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

“Masyarakat membuang sampahnya ke sungai atau dibakar atau dibuang di lahan-lahan kosong. Perilaku ini mencemari lingkungan. Berawal dari situ, kita mengajak masyarakat untuk membuat tempat pengelolaan sampah terpadu,” kata Ahmad Lani.

Rumah Kardus adalah singkatan dari rumah karya desaku sekarang. Tujuan dibuatnya Rumah Kardus adalah untuk menghasilkan karya dari sampah. Sasaran dari program Rumah Kardus adalah ibu-ibu di desa Cilubang Mekar.

“Kita ajak ibu-ibu untuk mengatasi permasalahan sampah dengan menghasilkan karya. Kita coba mendirikan bank sampah yang dinamakan Rumah Kardus yang ke depannya diharapkan dapat menghasilkan karya,” ujarnya.

Target pencapaian dari SDG’s Rumah Kardus diantaranya ada tiga yaitu sosial, ekonomi, dan produksi berkelanjutan di rumah tangga. Dari segi sosial bertujuan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Dari segi ekonomi akan diadakan pelatihan-pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi kerajinan dan organik menjadi pupuk kompos, serta di bentuk suatu kelompok yang akan menjadi pengurus dari Rumah Kardus. Selain itu juga akan diajarkan tentang pengurusan administratif.

“Manfaat yang nantinya akan diperoleh dari Rumah Kardus ini tidak hanya kerajinan, melainkan juga mendatangkan pemasukan dari sisi ekonomi. Nah, nantinya uang kas dari Rumah Kardus ini dapat digunakan untuk membuat taman, baik itu taman tanaman obat keluarga ataupun taman bermain untuk anak-anak,” terangnya.

Program pertama dari pembangunan Rumah Kardus telah dilaksanakan oleh lima mahasiswa IPB ini. Matoa (Motivasi untuk Masyarakat) merupakan program pembuka dari serangkaian program pembangunan Rumah Kardus.

“Kita menjelaskan bahwa lingkungan itu mempengaruhi generasi-generasi ke depan. Kita percaya bahwa lingkungan yang stress dan banyak sampahnya akan menghasilkan generasi-generasi yang stress pula. Tapi kalau lingkungannya kreatif, edukatif, generasi-generasi yang akan dihasilkan pun akan sama yaitu generasi yang kreatif dan edukatif,” katanya.

Rencana ke depan jika program Rumah Kardus ini berhasil, pembangunan Rumah Kardus ini tidak hanya dilakukan di satu tempat, melainkan akan dikembangkan di berbagai desa yang mengalami kasus serupa. Selain itu, tim ini akan mengajak berbagai pihak untuk menjadi mitra agar program Rumah Kardus dapat terwujud.(Ath/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Ahmad Lani dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018