Cikarang, Bekasi (Antaranews Megapolitan) - Memasuki bulan Ramadhan omzet petani timun suri di Kampung Gabus Desa Srijaya Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengalami kenaikan yang signifikan.
"Sampai puasa hari ke tujuh ini alhamdulilah hampir tembus Rp7 juta," kata petani timun suri setempat Ijin Kumis di Cikarang, Rabu.
Kumis mengatakan setiap tahun saat memasuki bulan ramadhan dirinya mampu mendapat omzet mencapai Rp1 juta setiap hari.
"Kalau di luar ramadhan untuk memperoleh Rp50.000 saja setiap harinya sudah bagus," katanya.
Kumis menjual timun suri hasil panennya senilai Rp7.000 perkilogram dan Rp5.000 perkilo jika dibeli secara borongan.
"Biasanya pembeli dari luar kota paling sedikit beli 5 kuintal, ada juga yang sampai 1 ton," katanya.
Kumis menjelaskan harga tersebut diprediksi mengalami penurunan saat ramadhan memasuki minggu ketiga dan kembali naik setelah lebaran nanti.
"Tahun-tahun sebelumnya seperti itu, nanti bisa turun sampai Rp3.000 rupiah tiap kilonya, penjualan juga mulai sepi pas minggu ketiga," katanya.
Dirinya mengaku bertani timun suri juga tak selamanya menuai keberhasilan, salah satu faktor penyebab kegagalan adalah hama oteng-oteng yang memakan daun dari pohon timun suri sehingga berpengaruh ke hasil panen.
"Tahun kemarin saya merugi tapi alhamdulillah puasa sekarang termasuk berhasil, saya punya garapan satu setengah hektare dan hasilnya diprediksi mampu menembus Rp10 juta dengan modal tanam hanya Rp1,5 juta," katanya.
Salah satu pemborong timun suri Sita (40) mengatakan dirinya memilih membeli timun suri langsung dari kebunnya karena harganya lebih murah.
"Kalau ke kebun harganya cuma Rp3.500 dan saya jual kembali dengan harga Rp7.000. Saya beli ke sini (Kampung Gabus) karena timun surinya bagus dan harganya lebih murah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Sampai puasa hari ke tujuh ini alhamdulilah hampir tembus Rp7 juta," kata petani timun suri setempat Ijin Kumis di Cikarang, Rabu.
Kumis mengatakan setiap tahun saat memasuki bulan ramadhan dirinya mampu mendapat omzet mencapai Rp1 juta setiap hari.
"Kalau di luar ramadhan untuk memperoleh Rp50.000 saja setiap harinya sudah bagus," katanya.
Kumis menjual timun suri hasil panennya senilai Rp7.000 perkilogram dan Rp5.000 perkilo jika dibeli secara borongan.
"Biasanya pembeli dari luar kota paling sedikit beli 5 kuintal, ada juga yang sampai 1 ton," katanya.
Kumis menjelaskan harga tersebut diprediksi mengalami penurunan saat ramadhan memasuki minggu ketiga dan kembali naik setelah lebaran nanti.
"Tahun-tahun sebelumnya seperti itu, nanti bisa turun sampai Rp3.000 rupiah tiap kilonya, penjualan juga mulai sepi pas minggu ketiga," katanya.
Dirinya mengaku bertani timun suri juga tak selamanya menuai keberhasilan, salah satu faktor penyebab kegagalan adalah hama oteng-oteng yang memakan daun dari pohon timun suri sehingga berpengaruh ke hasil panen.
"Tahun kemarin saya merugi tapi alhamdulillah puasa sekarang termasuk berhasil, saya punya garapan satu setengah hektare dan hasilnya diprediksi mampu menembus Rp10 juta dengan modal tanam hanya Rp1,5 juta," katanya.
Salah satu pemborong timun suri Sita (40) mengatakan dirinya memilih membeli timun suri langsung dari kebunnya karena harganya lebih murah.
"Kalau ke kebun harganya cuma Rp3.500 dan saya jual kembali dengan harga Rp7.000. Saya beli ke sini (Kampung Gabus) karena timun surinya bagus dan harganya lebih murah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018