Bogor (Antaranews Megapolitan) - Sejak 2011 Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, terus menambah jumlah tempat pengelolaan sampah (TPS) berbasis 3R dan saat ini telah terbentuk 26 TPS-3R di 10 wilayah yang berkontribusi mengurangi lima ton sampah per hari dari total sampah yang diangkut ke TPAS Galuga.

"Total sudah ada 26 TPS 3R yang terbentuk, hanya saja baru 24 TPS 3R yang aktif, sisanya dua lagi tidak aktif," kata Kepala Seksi Pengemgangan Teknologi Penanggulangan Sampah, Dinas Lingkungan Hidup, Kota Bogor, Lusi Nurbaiti Badri, di Bogor, Sabtu.

Ia mengatakan total jumlah sampah yang diangkut ke TPAS Galuga mencapai 700 ton per hari. Dari jumlah tersebut 24 TPS 3R yang tersebar di 10 wilayah Kota Bogor mampu mengurangi 5,15 ton per hari yang diangkut ke TPAS Galuga.

Menurut dia, jumlah TPS 3R di Kota Bogor telah melebihi target dari Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor tahun 2019 yang mengamanatkan hanya 19 unit. Sampah menjadi salah satu program prioritas Pemkot Bogor yang ditangani secara serius.

"Jadi tahun ini tidak ada penambahan TPS 3R baru lagi, karena sudah terealisasi dan adanya rasionalisasi anggaran," katanya.

Dengan adanya rasionalisasi anggaran, lanjut Lusi, pihaknya memutuskan untuk meningkatkan saran prasaran dari TPS 3R yang sudah berdiri. Untuk itu dilakukan monitoring dan evaluasi setiap hari dengan cara inspeksi mendadak ke sejumlah TPS.

Juga dilakukan pertemuan antarkelompok swadaya masyarakat (KSM) yang mengelola TPS 3R setiap bulan dengan aparatur wilayah seperti lurah, sebagai bentuk sinergi antara DLH, KSM dan aparatur wilayah.

"Tujuannya untuk memberikan solusi dari setiap kendala yang dihadapi masing-masing TPS 3R untuk berkembang aktif," katanya.

Dari hasil pertemuan dengan KSM beberapa kendala yang dihadapi yakni pemilahan sampah rumah tangga yang belum aktif. Sampah yang belum terpilah menambah beban tugas KSM yang harusnya fokus pada pengolahan sampah.

Padahal, lanjut Lusi, memilah sampah dari rumah tangga cukup memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Tak ayal, pihaknya pun mengganti strategi sosialisasi yang awalnya dilakukan secara massal dengan datang langsung di kegiatan warga seperti pengajian, arisan, kumpul warga dan lainnya. Tak jarang adapula ketua RT/RW yang inisiatif mengundang DLH untuk sosialisasi ke warganya.

Lusi menambahkan pemilahan sampah harus dimulai dari rumah tangga. Pemilihan yang dilakukan masyarakat dari rumah bisa mengurangi sampah dari sumbernya 4,4 persen.

"Kami harapkan masyarakat mau memilah sampahnya sebelum membuangnya ke TPS," kata Lusi.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018