Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat mengintensifkan edukasi masyarakat akan bahaya buang air besar (BAB) sembarangan, sehingga tumbuh kesadaran malu dan berani menegur di lingkungannya masing-masing.

"Edukasinya menumbuhkan budaya malu kalau ada yang BAB sembarangan, mengajak masyarakat berani untuk menegur," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kota Bogor, Lindawati, Senin.

Linda menjelaskan edukasi merupakan langkah pencegahan yang dilakukan oleh Dinkes Kota Bogor dalam rangka mewujudkan Bogor terbebas dari BAB sembarangan atau "open defecation free" (ODF).

Data dari Dinas Kesehatan tercatat 84 persen RW di enam kecamatan Kota Bogor masih BAB sembarangan.

Akhir tahun 2017 telah dicanangkan RW ODF yang targetnya tahun 2018 ini terbentuk 21 RW ODF se Kota Bogor.

Menurut Linda jumlah tersebut masih terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jumlah total RW di Kota Bogor sekitar 780 RW.

"Dinkes tidak dapat membangun fisik, yang bisa kita lakukan adalah pencegahan dan terapi ke masyarakat," katanya.

Ada banyak faktor penyebab masyarakat masih ODF, selain karena faktor ekonomi, lahan yang terbatas, juga karena budaya masyarakat yang terbiasa BAB di kali.

Melalui edukasi tersebut, masyarakat dikenalkan bahayanya BAB sembarangan. Karena dapat menularkan berbagai penyakit seperti penyakit kuli, hepatitis, dan diare.

"Karena masih ada yang BAB di sungai, sementara di sungai itu ada juga yang cuci beras, dan sikat gigi," katanya.

Linda menegaskan, buang air besar sembarangan sangat berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu masyarakat diimbau untuk tidak BAB sembarangan.

"Melalui promkes kita tumbuhkan kesadaran masyarakat, bukan hanya rasa malu. Tapi ada kepedulian, dan gelisah melihat yang BAB sembarangan sehingga berani menegur, tidak cuek lagi dengan lingkungannya," kata Linda.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018