Yayasan Pendidikan Kader Bangsa Indonesia (YPKBI), melalui Akademi Guru Kader Bangsa (AGKB), menggelar Leaders & Educators Gathering di Brawijaya VIII, Jakarta Selatan.

Acara ini menghadirkan lebih dari 60 calon guru unggulan, baik secara langsung maupun virtual dari berbagai penjuru Indonesia.

Dengan menghadirkan para pemikir dan praktisi pendidikan seperti Dirgayuza Setiawan, Miftah Sabri, Fitri Tanjung, Dwi Yuliantoro, Djodi Hardi, Ferro Ferizka, dan Achmad Adhitya, acara ini menjadi momentum penting dalam gerakan kebangkitan pendidikan Indonesia di abad ke-21.

Membangun Kembali Tradisi Sekolah Unggulan di Indonesia

"Sejarah telah membuktikan bahwa Indonesia pernah memiliki sekolah unggulan sejak tahun 1860, dengan standar pengajaran internasional dan tenaga pengajar berkualifikasi tinggi, termasuk doktor dari luar negeri. Para siswa di sekolah ini diwajibkan menguasai empat bahasa: Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis. Dari lingkungan akademik inilah, lahir para intelektual yang kelak menjadi pemimpin bangsa," ujar Miftah Sabri, Pembina YPKBI dalam keterangannya, Sabtu.

"Kini, kami di AGKB mengajak putra-putri terbaik bangsa untuk ikut serta dalam gerakan kebangkitan pendidikan Indonesia kedua. Dengan mendirikan dan mengelola Sekolah IB Diploma Berasrama, kami membangun kembali tradisi sekolah unggulan yang melahirkan generasi pemimpin."

Menghadapi Krisis Pendidikan dengan Sekolah IB Diploma Berasrama

Krisis pendidikan di Indonesia tergambar jelas dari hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang terus mengalami penurunan. Dirgayuza Setiawan, Pendiri YPKBI, menegaskan bahwa Sekolah IB Diploma Berasrama hadir sebagai salah satu solusi.

"Sekolah IB bukan hanya tempat belajar, tetapi model sekolah unggulan yang akan menjadi standar baru pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai keunggulan, sebuah sekolah harus memiliki nilai, murid, guru, fasilitas, serta kurikulum yang unggul. Kami ingin membuktikan bahwa Indonesia mampu membangun ekosistem pendidikan yang melahirkan generasi terbaiknya."

Mengapa Indonesia Harus Lebih Banyak Sekolah IB?

Sekolah-sekolah IB di berbagai negara telah terbukti mencetak para pemimpin dunia, mulai dari presiden hingga perdana menteri. Namun, saat ini, Indonesia yang berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa hanya memiliki 50 sekolah IB, atau hanya 0,2 persen dari total populasi.
Sebagai perbandingan:
●      Singapura memiliki 30 sekolah IB (12,7 persen dari populasi).
●      Thailand memiliki 28 sekolah IB (0,9 persen dari populasi).
●      Malaysia memiliki 17 sekolah IB (0,7% dari populasi).

"Angka ini menunjukkan betapa tertinggalnya Indonesia dalam pendidikan berkualitas internasional. Itulah sebabnya kami berikhtiar mendirikan lebih banyak Sekolah IB Diploma Berasrama untuk membuka akses pendidikan unggul bagi generasi bangsa," tambah Dirgayuza, yang juga editor 10 buku Presiden Prabowo Subianto.

Menjadikan Profesi Guru Sebagai Pilihan Karier Prestisius

Salah satu terobosan terbesar Akademi Guru Kader Bangsa adalah memastikan kesejahteraan guru setara dengan profesional di sektor lain. Dirgayuza Setiawan, lulusan Melbourne dan Oxford University ini, menegaskan bahwa di sekolah IB Diploma Berasrama, kesejahteraan guru menjadi prioritas utama.

"Kami ingin menghapus stigma bahwa menjadi guru berarti harus berkorban kesejahteraan. Justru sebaliknya, di Akademi Guru Kader Bangsa, kami memastikan bahwa guru-guru yang bergabung memiliki pendapatan yang layak, mencapai hingga Rp 35 juta per bulan. Pendidikan berkualitas hanya bisa dihasilkan oleh guru-guru yang tidak perlu lagi mengkhawatirkan kesejahteraan hidupnya."
"Kami ingin menarik para profesional terbaik untuk mengajar, dan kesejahteraan yang baik adalah salah satu cara kami memastikan hal itu terjadi."
 
Menjadi Guru di Akademi Guru Kader Bangsa: Perjalanan Penuh Makna

Selain menghadirkan perspektif strategis, acara ini juga membagikan pengalaman nyata dari Fitri Tanjung dan Dwi Yuliantoro, para pendidik yang telah lama berkiprah di sekolah unggulan.

"Menjadi guru di sekolah unggulan bukan hanya soal mengajar, tetapi juga membentuk karakter pemimpin masa depan. Ini bukan jalan yang mudah, tetapi dengan dedikasi, kesabaran, dan keikhlasan, kita bisa melahirkan kader-kader unggul bangsa," ujar Fitri Tanjung.

Sementara itu, Djodi Hardi memberikan gambaran mengenai proses seleksi dan perjalanan menjadi guru di jaringan Akademi Kader Bangsa (AKB).

"Kami mencari pendidik yang bukan sekadar mengajar, tetapi yang siap menjadi bagian dari sebuah gerakan besar—menciptakan sekolah unggulan yang setara dengan sekolah-sekolah terbaik dunia."

Panggilan bagi Generasi Unggul: Siap Mengubah Pendidikan Indonesia

Yang membuat pertemuan ini semakin istimewa adalah keragaman latar belakang para peserta. Mereka adalah para profesional dari perusahaan nasional dan global, konsultan multinasional, teknokrat, hingga akademisi yang siap mengabdikan diri, sebagai guru SMA.

"Mereka datang dengan satu keyakinan: YPKBI bukan hanya sekadar organisasi pendidikan, tetapi ekosistem yang nyata bagi siapa saja yang ingin mewariskan masa depan unggul bagi generasi berikutnya," ujar Devie Rahmawati, Wakil Ketua YPKBI, menutup pertemuan dengan penuh optimisme.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025