Guru Besar Tetap bidang Ilmu Manajemen Transportasi Jalan Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI) Prof. Ir. R. Jachrizal Sumabrata, M.Sc. (Eng), Ph.D merekomendasikan tiga strategi manajemen jalan sebagai bagian dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
"Ketiga strategi tersebut adalah inovasi infrastruktur berupa desain fisik (pavement), pengelolaan berdasarkan regulasi, serta kepastian keselamatan dan kelayakan fungsi," kata Prof. Ir. R. Jachrizal Sumabrata di Depok, Kamis.
Ia mengatakan manajemen jalan yang berkelanjutan mengutamakan konektivitas, keselamatan dan kelestarian lingkungan perlu diterapkan karena jalan bukan hanya sarana transportasi, melainkan juga tulang punggung pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.
Dengan memanfaatkan teknologi dan material ramah lingkungan, serta berfokus pada transisi menuju infrastruktur hijau dan kendaraan listrik, Indonesia akan mampu menciptakan jaringan jalan yang tangguh, inklusif dan berkelanjutan.
Perkerasan jalan (pavement) adalah aspek kritis dalam manajemen jalan. Manajemen jalan yang baik akan memperhatikan kondisi perkerasan secara berkala untuk mencegah kerusakan jalan.
Baca juga: Guru besar FTUI raih penghargaan ASEAN-Japan Cybersecurity Community
Penelitian Prof. Jachrizal menemukan bahwa pemanfaatan aspal buton sebagai material jalan terbukti mampu mengurangi ketergantungan pada aspal minyak. Penggunaan nano crumb rubber meningkatkan daya tahan aspal, memberikan perlindungan deformasi rutting, dan memperpanjang umur perkerasan.
Solusi ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan untuk mendukung infrastruktur yang lebih ramah lingkungan dan tangguh.
Selain infrastruktur, keselamatan jalan merupakan tujuan utama dalam manajemen jalan. Hal ini karena Indonesia memiliki rasio kecelakaan 57,84 per 100.000 penduduk berdasarkan data dalam buku Potret Keselamatan Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia 2023.
Sebanyak 12 provinsi memiliki rasio kecelakaan di atas rata-rata nasional, sehingga perlu penanganan lebih intensif.
Untuk itu, manajemen keselamatan jalan harus memastikan desain dan pemeliharaan jalan yang baik, serta menyediakan fasilitas bagi semua pengguna, termasuk pejalan kaki dan pengguna sepeda.
Baca juga: UI kukuhkan sebanyak 93 guru besar selama tahun 2023
Tak kalah penting, Prof. Jachrizal menilai evaluasi kelaikan fungsi jalan perlu diperhatikan dalam manajemen jalan. Jalan harus menjadi prasarana transportasi yang aman, nyaman dan lancar. Pemeliharaan rutin dan audit secara berkala dapat memastikan jalan dalam kondisi baik.
Dengan implementasi teknologi modern dalam pemantauan dan pemeliharaan jalan, efisiensi dan efektivitas evaluasi kelaikan fungsi jalan dapat ditingkatkan.
Selain itu, manajemen jalan perlu memfasilitasi transisi dari sistem kendaraan konvensional (CVs) ke sistem yang sepenuhnya otomatis dan terhubung (CAVs).
Kendaraan listrik menawarkan solusi untuk polusi dan efisiensi transportasi, namun infrastruktur jalan harus mendukung pengisian daya dari sumber energi terbarukan.
Dalam hal ini, diperlukan kebijakan yang mampu mengakomodasi kebutuhan teknologi, seperti radar dan lidar untuk operasional kendaraan otonom. Sinergi antara kesiapan infrastruktur dan teknologi diharapkan dapat mendorong sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan.
“Kita perlu mengingat bahwa jalan bukan hanya sarana transportasi, tetapi juga ruang publik yang memiliki peran multifungsi. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan sekaligus ruang ekonomi, sosial, dan budaya. Karena itu, penting bagi kita untuk mendesain jalan sebagai ruang publik yang inklusif," ujarnya.
Baca juga: Guru Besar FT UI telaah antisipasi kecelakaan teknologi pada industri berisiko tinggi
"Melalui pendekatan yang tepat, kita dapat menciptakan keseimbangan antara kepentingan publik, meningkatkan kualitas interaksi sosial, serta menjadikan jalan sebagai ruang yang ramah bagi semua kalangan,” ujar Prof. Jachrizal.
Ia menambahkan bahwa untuk mencapai manajemen jalan berkelanjutan yang efektif, penilaian jalan lestari sangatlah penting. Hal ini mencakup evaluasi dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dari jalan yang ada.
Dengan demikian, perbaikan dan pengembangan yang diperlukan dapat dilakukan agar jalan yang dikelola tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Ketiga strategi tersebut adalah inovasi infrastruktur berupa desain fisik (pavement), pengelolaan berdasarkan regulasi, serta kepastian keselamatan dan kelayakan fungsi," kata Prof. Ir. R. Jachrizal Sumabrata di Depok, Kamis.
Ia mengatakan manajemen jalan yang berkelanjutan mengutamakan konektivitas, keselamatan dan kelestarian lingkungan perlu diterapkan karena jalan bukan hanya sarana transportasi, melainkan juga tulang punggung pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.
Dengan memanfaatkan teknologi dan material ramah lingkungan, serta berfokus pada transisi menuju infrastruktur hijau dan kendaraan listrik, Indonesia akan mampu menciptakan jaringan jalan yang tangguh, inklusif dan berkelanjutan.
Perkerasan jalan (pavement) adalah aspek kritis dalam manajemen jalan. Manajemen jalan yang baik akan memperhatikan kondisi perkerasan secara berkala untuk mencegah kerusakan jalan.
Baca juga: Guru besar FTUI raih penghargaan ASEAN-Japan Cybersecurity Community
Penelitian Prof. Jachrizal menemukan bahwa pemanfaatan aspal buton sebagai material jalan terbukti mampu mengurangi ketergantungan pada aspal minyak. Penggunaan nano crumb rubber meningkatkan daya tahan aspal, memberikan perlindungan deformasi rutting, dan memperpanjang umur perkerasan.
Solusi ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan untuk mendukung infrastruktur yang lebih ramah lingkungan dan tangguh.
Selain infrastruktur, keselamatan jalan merupakan tujuan utama dalam manajemen jalan. Hal ini karena Indonesia memiliki rasio kecelakaan 57,84 per 100.000 penduduk berdasarkan data dalam buku Potret Keselamatan Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia 2023.
Sebanyak 12 provinsi memiliki rasio kecelakaan di atas rata-rata nasional, sehingga perlu penanganan lebih intensif.
Untuk itu, manajemen keselamatan jalan harus memastikan desain dan pemeliharaan jalan yang baik, serta menyediakan fasilitas bagi semua pengguna, termasuk pejalan kaki dan pengguna sepeda.
Baca juga: UI kukuhkan sebanyak 93 guru besar selama tahun 2023
Tak kalah penting, Prof. Jachrizal menilai evaluasi kelaikan fungsi jalan perlu diperhatikan dalam manajemen jalan. Jalan harus menjadi prasarana transportasi yang aman, nyaman dan lancar. Pemeliharaan rutin dan audit secara berkala dapat memastikan jalan dalam kondisi baik.
Dengan implementasi teknologi modern dalam pemantauan dan pemeliharaan jalan, efisiensi dan efektivitas evaluasi kelaikan fungsi jalan dapat ditingkatkan.
Selain itu, manajemen jalan perlu memfasilitasi transisi dari sistem kendaraan konvensional (CVs) ke sistem yang sepenuhnya otomatis dan terhubung (CAVs).
Kendaraan listrik menawarkan solusi untuk polusi dan efisiensi transportasi, namun infrastruktur jalan harus mendukung pengisian daya dari sumber energi terbarukan.
Dalam hal ini, diperlukan kebijakan yang mampu mengakomodasi kebutuhan teknologi, seperti radar dan lidar untuk operasional kendaraan otonom. Sinergi antara kesiapan infrastruktur dan teknologi diharapkan dapat mendorong sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan.
“Kita perlu mengingat bahwa jalan bukan hanya sarana transportasi, tetapi juga ruang publik yang memiliki peran multifungsi. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan sekaligus ruang ekonomi, sosial, dan budaya. Karena itu, penting bagi kita untuk mendesain jalan sebagai ruang publik yang inklusif," ujarnya.
Baca juga: Guru Besar FT UI telaah antisipasi kecelakaan teknologi pada industri berisiko tinggi
"Melalui pendekatan yang tepat, kita dapat menciptakan keseimbangan antara kepentingan publik, meningkatkan kualitas interaksi sosial, serta menjadikan jalan sebagai ruang yang ramah bagi semua kalangan,” ujar Prof. Jachrizal.
Ia menambahkan bahwa untuk mencapai manajemen jalan berkelanjutan yang efektif, penilaian jalan lestari sangatlah penting. Hal ini mencakup evaluasi dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dari jalan yang ada.
Dengan demikian, perbaikan dan pengembangan yang diperlukan dapat dilakukan agar jalan yang dikelola tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024