Bogor, 18/10 (ANTARA) - Rumah Sakit Sehat Terpadu Dompet Duafa di Jalan Raya Kemang Parung, Kebupaten Bogor, Jawa Barat, terus mengembangkan fasilitas untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu.

"Saat ini kita sedang mengusahakan ruang ICU, ruang penguapan dan ruang operasi. Setahap demi setahap kita meningkatkan kapasitas rumah sakit sehat terpadu agar dapat melayani seluruh jenis kesehatan masyarakat," kata?Direktur Rumah Sakit Terpadu Dompet Duafa, Yahmin Setiawan, di Bogor, Kamis.

Operasional Rumah Sakit Sehat Terpadu Dompet Duafa diresmikan oleh Wakil Bupati Bogor, Karyawan Faturachman pada 4?Juli 2012 lalu.

Rumah Sakit ini tak berbayar alias gratis bagi masyarakat miskin. ?Berdiri?di atas lahan seluas 7.803 meter persegi ini di?tahun pertamanya, menargetkan untuk menerima 54 ribu pasien miskin.

Rumah sakit yang dibangun dari dana umat lewat lembaga amil zakat yang dikelola Dompet Duafa memiliki fasilitas 11 poli diantaranya, poli herbal, gigi, mata, anak dan kebidanan, kadungan, umum, bedah, gizi, luka, jantung, penyakit dalam, dan rehabilitasi medik untuk anak keterbelakangan mental.

"Kita sudah memiliki ruang operasi tapi belum optimal, tahun ini dioptimalkan layanan untuk ruang operasi, ICU dan cuci darah," katanya.

Lebih lanjut, Yahmin mengatakan, RS Sehat Terpadu Dompet Duafa dilengkapi rawat jalan dan ruang rawat inap sebanyak sembilan ruangan dengan kapasitas 53 tempat tidur.

Di tahun pertama operasional RS Sehat Terpadu Dompet Duafa telah memiliki peserta atau pasien miskin sebanyak 20.000 kepala keluarga yang berasal dari wilayah Jabodetabek.

"Rata-rata perhari kami merawat 80 pasien rawat jalan. Sedangkan untuk rawan inap, masih ?60 persen seperti pada bulan September lalu ada 14 pasien rawat inap," ujar Yahmin.

Yahmin mengatakan,?RST dibangun dengan dana wakaf dan infak atau sedekah, sementara operasionalnya menggunakan zakat. RST memiliki 11 gedung dan bagian. Gedung untuk pelayanan antara lain bangunan utama, gedung rawat anak, High Care Unit dan bersalin, gedung rawat orang dewasa, gedung operasi, dapur gizi, power house, groud water tank, koridor, pos satpam, mushala, dan bangunan pendukung.

Pelayanan yang tersedia meliputi unit gawat darurat, poli umum, klinik spesialias, perawatan gigi, konseling rohani dan jiwa, rehabilitasi medik, serta herbal dan acupuncture.?

Rawat inap diperbesar dan memisahkan tiga kategori pasien yaitu anak-anak, perempuan, dan laki-laki. Di kawasan ini juga dibangunkan pusat keperawatan dan taman untuk pemulihan psikis.

Yahmin menyebutkan,?Dompet Dhuafa masih menanti uluran tangan para dermawan dan donatur untuk melengkapi alat kesehatan yang dibutuhkan oleh rumah sakit ini.?Juga untuk operasional rumah sakit ini ke depannya.?

Saat?ini lanjut Yahmin, pihaknya mencoba menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Melalui kunjungan Gubernur Jawa Barat ke RST Dompet Duafa, Rabu (17/10) kemarin,?diharapkan dapat mendorong pengembangan rumah sakit agar lebih beroperasi optimal.

"Kita mengharapkan dukungan dari Gubernur agar perizinan Rumah Sakit Terpadu ini bisa tetap. Karena hingga kini kita masih mengantongi izin sementara," katanya.

Selain itu juga, lanjut Yasmin, melalui kerjasama ini pihaknya ingin menawarkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan layanan kesehatan seperti Jamkesmas dan penyuluhan di masyarakat.

"Kami saat ini sedang mengusahakan pengadaan ruang operasi, ruang ICU dan ruang penguapan. Kedepan kerjasama dengan pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat mendorong perwujudan pelaksanaan kegiatan di Rumah Sakit Terpadu Dompet Duafa," katanya.

Ia menambahkan, berdirinya RS Sehat Terpadu Dompet Duafa bukti dari "the power of wakaf and zakat".

Hanah (25) salah satu pasien RS Sehat Terpadu Dompet Duafa asal Parung, mengaku senang dengan keberadaan rumah sakit gratis untuk masyarakat miskin. Menurutnya, kehadiran RST telah membantu masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma.

"Sangat terasa manfaatnya, terutama kami ini kalangan tidak mampu mendapat layanan kesehatan gratis. Karena, kalau di rumah sakit yan lain bayar. Dan biaya pengobatan itu mahal," katanya.


Laily R

Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012