Palang Merah Indonesia (PMI) meningkatkan kolaborasi dengan semua pihak untuk meningkatkan layanan yang lebih martabat mulai pra-bencana, respon, hingga pemulihan pasca-bencana.
"Kolaborasi multi-pihak ini sangat penting untuk menyamakan persepsi khususnya untuk memberikan layanan yang lebih bermartabat, seperti halnya pada saat menyalurkan bantuan bagi para penyintas bencana," kata Kepala Biro Sarana dan Prasarana Markas PMI Pusat Ilham Huznul di Latihan Gabungan (Latgab) Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) PMI tingkat nasional ke III 2024 di Kabupaten Kebumen, Kamis.
Masyarakat Indonesia, lanjutnya, terkenal dengan jiwa sosial dan gotong royong sehingga jika terjadi bencana tanpa dikomandoi menyalurkan bantuan untuk para penyintas bencana. Namun bisa berdampak positif dan negatif khususnya saat masa tanggap darurat bencana.
Baca juga: BNPB sebut Sibat PMI berperan wujudkan ketangguhan bencana di masyarakat
Salah satu dampak negatifnya, kata dia, banyak bantuan yang terbengkalai karena tidak tersalurkan dan tidak sesuai dengan kebutuhan penyintas, seperti pakaian bekas layak pakai yang menggunung karena kelebihan serta makanan siap saji yang juga terbengkalai karena tidak tersedianya peralatan memasak.
Maka dari itu, kata dia, kolaborasi PMI dengan BNPB penting khususnya dalam menyalurkan bantuan agar sesuai dengan kebutuhan penyintas dan tepat sasaran. Selain itu keberadaan dapur umum pun harus bisa menyesuaikan dengan keinginan penyintas khususnya pengungsi, jangan sampai mereka bosan.
"Pelibatan masyarakat sekitar selama masa penanggulangan bencana harus dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan dari penyintas dan bisa menyesuaikan dengan kearifan lokal di lokasi bencana," tambahnya.
Baca juga: PMI dorong ketangguhan iklim melalui respon antisipatif berbasis prakiraan cuaca
Baim mengatakan pelibatan masyarakat ini sudah dilakukan oleh PMI, salah satunya membentuk Sibat yang merupakan relawan tingkat desa/kelurahan dan menjadi garda terdepan setiap kejadian bencana.
Sementara Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo mengatakan negara ini dibangun dengan tujuan yang sama untuk bermartabat salah satunya melindungi segenap bangsa dari berbagai ancaman bencana dan menjaga martabat penyintas bencana sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007, yang isinya melindungi masyarakat dari ancaman bencana dan menjamin penyelenggaraan pelaksanaan penanggulangan bencana.
Maka dari itu kolaborasi dan koordinasi dengan PMI sangat penting untuk memartabatkan penyintas, salah satunya melakukan survei keinginan penyintas guna mengurangi konflik di pengungsian.
Baca juga: Ribuan Sibat PMI se-Indonesia kampanyekan membangun ketangguhan perubahan iklim
Harus diakui, kata dia, survei ini sering dilupakan, sehingga kerap terjadi gesekan di lokasi bencana khususnya di pengungsian.
Pihaknya pun setuju dengan PMI dengan meningkatkan partisipasi masyarakat di saat penanggulangan bencana serta para relawan, organisasi masyarakat dan lainnya harus menghargai budaya lokal.
Kerja sama antara pemerintah dan swasta ini bisa mendorong semangat gotong royong. Pihaknya pun mengapresiasi PMI yang memiliki Sibat, di mana relawan ini memiliki peran penting dalam percepatan penanggulangan bencana dan bisa menjadi jembatan antara donatur dengan penyintas.
Apalagi Sibat ini berada di setiap desa/kelurahan, sehingga perannya sangat penting dan menjadi garda terdepan dalam penanggulangan bencana demi meminimalkan dampak dari bencana tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Kolaborasi multi-pihak ini sangat penting untuk menyamakan persepsi khususnya untuk memberikan layanan yang lebih bermartabat, seperti halnya pada saat menyalurkan bantuan bagi para penyintas bencana," kata Kepala Biro Sarana dan Prasarana Markas PMI Pusat Ilham Huznul di Latihan Gabungan (Latgab) Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) PMI tingkat nasional ke III 2024 di Kabupaten Kebumen, Kamis.
Masyarakat Indonesia, lanjutnya, terkenal dengan jiwa sosial dan gotong royong sehingga jika terjadi bencana tanpa dikomandoi menyalurkan bantuan untuk para penyintas bencana. Namun bisa berdampak positif dan negatif khususnya saat masa tanggap darurat bencana.
Baca juga: BNPB sebut Sibat PMI berperan wujudkan ketangguhan bencana di masyarakat
Salah satu dampak negatifnya, kata dia, banyak bantuan yang terbengkalai karena tidak tersalurkan dan tidak sesuai dengan kebutuhan penyintas, seperti pakaian bekas layak pakai yang menggunung karena kelebihan serta makanan siap saji yang juga terbengkalai karena tidak tersedianya peralatan memasak.
Maka dari itu, kata dia, kolaborasi PMI dengan BNPB penting khususnya dalam menyalurkan bantuan agar sesuai dengan kebutuhan penyintas dan tepat sasaran. Selain itu keberadaan dapur umum pun harus bisa menyesuaikan dengan keinginan penyintas khususnya pengungsi, jangan sampai mereka bosan.
"Pelibatan masyarakat sekitar selama masa penanggulangan bencana harus dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan dari penyintas dan bisa menyesuaikan dengan kearifan lokal di lokasi bencana," tambahnya.
Baca juga: PMI dorong ketangguhan iklim melalui respon antisipatif berbasis prakiraan cuaca
Baim mengatakan pelibatan masyarakat ini sudah dilakukan oleh PMI, salah satunya membentuk Sibat yang merupakan relawan tingkat desa/kelurahan dan menjadi garda terdepan setiap kejadian bencana.
Sementara Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo mengatakan negara ini dibangun dengan tujuan yang sama untuk bermartabat salah satunya melindungi segenap bangsa dari berbagai ancaman bencana dan menjaga martabat penyintas bencana sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007, yang isinya melindungi masyarakat dari ancaman bencana dan menjamin penyelenggaraan pelaksanaan penanggulangan bencana.
Maka dari itu kolaborasi dan koordinasi dengan PMI sangat penting untuk memartabatkan penyintas, salah satunya melakukan survei keinginan penyintas guna mengurangi konflik di pengungsian.
Baca juga: Ribuan Sibat PMI se-Indonesia kampanyekan membangun ketangguhan perubahan iklim
Harus diakui, kata dia, survei ini sering dilupakan, sehingga kerap terjadi gesekan di lokasi bencana khususnya di pengungsian.
Pihaknya pun setuju dengan PMI dengan meningkatkan partisipasi masyarakat di saat penanggulangan bencana serta para relawan, organisasi masyarakat dan lainnya harus menghargai budaya lokal.
Kerja sama antara pemerintah dan swasta ini bisa mendorong semangat gotong royong. Pihaknya pun mengapresiasi PMI yang memiliki Sibat, di mana relawan ini memiliki peran penting dalam percepatan penanggulangan bencana dan bisa menjadi jembatan antara donatur dengan penyintas.
Apalagi Sibat ini berada di setiap desa/kelurahan, sehingga perannya sangat penting dan menjadi garda terdepan dalam penanggulangan bencana demi meminimalkan dampak dari bencana tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024