Bogor (Antara Megapolitan) - Saat ini, wereng coklat  telah merusak tanaman padi di Subang, Jawa Barat. Kerusakan cukup parah tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Cipunegara, Compreng, dan  Pagaden Barat.

Kerugian serangan wereng ini diperberat karena pada musim serangan ke-3  terjadi serangan virus kerdil hampa (Rice Ragged Stunt Virus), yang membuat tanaman menjadi kelihatan hijau (seolah sehat), werengnya sedikit,  tapi anakan menjadi lebih banyak dan tidak menghasilkan malai.

Sebagai aksi tanggap cepat terhadap permasalahan tersebut, Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar Klinik Tanaman  yang melayani pemeriksaan kesehatan tanaman di tempat dan diskusi pemecahan masalah. 

Kegiatan  Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian (Faperta) serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, didukung oleh Himpunan Alumni (HA) IPB  Subang,  menggelar pelayanan Klinik Tanaman di Balai Desa  Padamulya, Kec Cipunegara Kab. Subang (14/7).

Acara ini diikuti oleh 300 orang petani dari berbagai kecamatan di Subang, puluhan petani dari Indramayu dan Purwakarta, anggota HA IPB Subang, Babinsa, Babinkamtibmas,  jajaran  Dinas Pertanian Subang, Wakil  Ketua dan Ketua DPRD Subang.

Tim IPB terdiri dari enam dosen, yakni Prof. Dr. Aunu Rauf, Prof. Dr. Dadang, Prof. Dr. Sri Hendrastuti,  Dr. Ruly Anwar,  Bonjok Istiaji, M.Si, Fahrizal M.Si dan Dr. Suryo  Wiyono. Hadir pula satu teknisi dan dua orang mahasiswa. Kegiatan dihadiri oleh Rektor IPB, Prof. Dr. Herry Suhardiyanto.

Acara dibuka dengan pemeriksaan tanaman menggunakan fasilitas mobil Klinik Tanaman dan tanya jawab tentang wereng coklat dan pengendaliannya. Dalam  tanya jawab  yang dipandu oleh Said Abdullah tersebut, terungkap bahwa serangan wereng coklat dan kerdil hampa sudah menyerang di tiga kecamatan itu 2-4 musim, sehingga menimbulkan  kerugian yang besar.  

Petani pada umumnya  sudah mengetahui tentang gejala serangan wereng coklat. Namun, untuk Virus Kerdil Hampa  (yang dalam bahasa setempat disebut Mejen atau Klowor)  petani  belum mengenal secara baik. 

Hal ini karena  tanaman terserang masih tampak hijau  dan beranak banyak, tetapi tidak menghasilkan malai,  sehingga  walaupun tanaman terserang hama tetap dipupuk, dan dirawat  sehingga  menghabiskan biaya. Cara pengendalian wereng  yang diketahui petani  hanya penggunaan pestisida.

Penyebab  ledakan wereng coklat di berbagai tempat di Indonesia tahun ini adalah musim yang cenderung basah,  penanaman padi yang terus-menerus di suatu hamparan, dan penggunaan pestisida yang tinggi (over use) serta pestisida yang seharusnya tidak diizinkan untuk  digunakan pada padi (mis-use).

Menanggapi keluhan petani dan juga kunjungan tim IPB ke lapangan, menganggap serangan wereng dan virus kerdil hampa di Subang merupakan masalah penting dan berdampak luas, sehingga harus dicari pemecahannya segera. 

Oleh karena itu, perlu dilakukan jeda penanaman pada suatu hamparan, untuk memutus siklus hama/penyakit, meningkatkan ketahanan agroekosistem dengan pengembalian jerami  dan meminimalkan penggunaan pestisida, serta penggunaan agens pengendalian hayati Lecanicillium atau Beauveria.  

Pada akhir acara, secara simbolis Rektor IPB  memberi tanda mata ke perwakilan petani berupa  agens pengendali hayati wereng coklat yaitu Lecanicillium sp. dan teh kompos formulasi khusus untuk memperkuat ketahanan tanaman.  (***/NM).

Pewarta: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017