Buah sukun dikenal sebagai salah satu makanan berkarbohidrat tinggi yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan bahan bakar ramah lingkungan. Pati buah sukun dapat diubah menjadi bioetanol. 

Penggunaan pati sukun sebagai sumber karbohidrat ini terkendala dengan masalah rendahnya kadar bioetanol yang dihasilkannya. Menjawab tantangan tersebut, peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Khaswar Syamsu, Dr. Mulyorini Rahayuningsih, dan Iftachul Farida mengkaji teknik untuk meningkatkan kadar bioetanol dari pati buah sukun. 

Prof. Khaswar dan tim mengkaji teknik proses produksi bioetanol dengan metode sakarifikasi dan fermentasi simultan (SSF) terekayasa menggunakan konsorsium mikroba. Proses produksi bioetanol ini menggunakan metode SSF dimana konsorsium mikroba hasil kerjasama antara kapang yang  menghidrolisis pati menjadi gula, kemudian gula difermentasi oleh khamir menjadi bioetanol.

Konsorsium mikroba yang terjadi pada penelitian ini adalah penggunaan kapang dan khamir dalam produksi bioetanol. Dalam proses pembuatan gula dari pati sukun, dilakukan dalam kondisi aerobik kapang sementara khamir masih dapat hidup. 

Kemudian rekayasa diberikan dengan penghentian aerasi, agar khamir mengubah gula menjadi bioetanol. Perlakuan tersebut juga bertujuan agar lebih banyak khamir yang dapat mengubah gula menjadi bioetanol dan meningkatkan kadar bioetanol yang diproduksi.

Penelitian yang menggunakan sukun varietas Lumut tersebut menghasilkan kadar pati yang tergolong tinggi yaitu 89 persen dari bobot kering. Sementara itu hasil proses pati sukun melalui SSF dapat mencapai 12,75 gram bioetanol per liter pati.

Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan produksi tanpa rekayasa yang hanya menghasilkan 11,15 gram bioetanol per liter pati sukun. 

Melalui hasil penelitian yang dipublikasikan melalui seminar nasional hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat IPB ini diharapkan menjadi salah satu inovasi yang turut memperbaiki sumber daya alam yang ada di Indonesia. (EAW/ris)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017