Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Terpilih Prabowo Subianto sudah selayaknya kembali menguatkan hubungan Indoenesia-Jepang, bukan hanya di level pemerintahan, tetapi juga di sektor swasta.

“Indonesia sangat butuh investasi langsung yang punya efek terciptanya lapangan kerja. Ini pasti akan menjadi pilar pertumbuhan. Agak susah membayangkan, target pertumbuhan yang dicanangkan Pak Prabowo 8 persen itu tidak bisa dicapai tanpa foreign direct investment. Dari Jepang salah satunya,” kata Pengamat Hubungan Indonesia-Jepang Zenzia Ihza Sianica, dalam keterangannya, Sabtu.

Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan investasi langsung (foreign direct investment) yang sangat dibutuhkan Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan sebesar 8 persen per tahun.

Zenzia menyebut ada kecenderungan melemahnya tren investasi Jepang ke Indonesia. Ia mengutip laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait dengan tingkat investasi Jepang di Indonesia dalam satu dekade terakhir memang relatif menurun.

Dalam catatan BKPM, nilai investasi Jepang tercatat pernah mengalami titik tertinggi pada 2016 sebesar 5,4 miliar dolar AS. Bahkan pernah hanya 2,26 miliar dolar AS yang jadi titik terendah investasi Jepang di Indonesia yakni terjadi pada 2021.

Meski begitu, pada 2023, Jepang tercatat sebagai negara penanam modal asing terbesar keempat di Indonesia dengan total investasi 3,26 miliar dolar AS berdasar data realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) per kuartal III 2023.

Karena itu, kata Zenzia, untuk meningkatkan citra Jepang di Indonesia, sebanyak 685 perusahaan Jepang yang tergabung dalam Japan Jakarta Club (JJC) gencar melaksanakan proyek netral karbon yang juga berkontribusi langsung dalam mencapai target Indonesia net zero 2060.

Dia mengatakan perusahaan Jepang di Indonesia pun aktif berperan dalam pengembangan SDM. Kini perusahaan Jepang menciptakan 7,2 juta lapangan pekerjaan. 

Pewarta: Antara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024