Ketua Pembina Himpunan Pengusaha Randang Minangkabau (Hipermi) Syukriah mengatakan pihaknya membidik perluasan pasar ekspor rendang ke sejumlah negara di dunia agar makanan khas tersebut makin kenal di dunia internasional.
"Perluasan pasar terus diupayakan Hipermi dengan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak," kata Syukriah di Padang, Selasa.
Syukriah yang juga Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Barat tersebut mengatakan kerja sama yang sudah berhasil dijalin yakni bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia.
Baca juga: Kuliner sebagai pintu masuk wisata ke Indonesia
Baca juga: Dubes tantang Gubernur Sumbar buka restoran Padang di Norwegia
Beberapa waktu sebelumnya Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi juga menandatangani nota kesepahaman dengan Direktur Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia terkait ekspor rendang. Bahkan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan Sumatera Barat mengadakan pendidikan dan pelatihan gratis kepada pengusaha rendang agar produk yang dihasilkan memenuhi syarat dan diterima di pasar global.
Menurutnya, potensi ekonomi dari rendang sangat besar terhadap perekonomian masyarakat. Selain pernah dinobatkan sebagai salah satu kuliner terenak di dunia pada 2017, bahan baku utama makanan asli Minangkabau tersebut juga berasal dari sektor pertanian sehingga tergolong mudah didapatkan.
Apalagi, sekitar 70 persen lebih masyarakat di Ranah Minang menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama termasuk penyediaan bahan-bahan pembuatan rendang.
Mengingat besarnya potensi sumber daya bahan baku hingga pangsa pasar rendang, Hipermi optimistis kuliner berbahan baku daging tersebut bisa menjadi ikon utama ekspor asal Ranah Minang.
Baca juga: Wah, Rendang Indonesia "go international" di Hongaria
"Jadi Hipermi itu lagi mengurus bahan baku sampai ekspor rendang," kata dia.
Saat ini anggota Hipermi maupun pengusaha lain di luar wadah itu telah berhasil mengekspor rendang ke berbagai negara di antaranya Jerman, Norwegia hingga ke beberapa negara timur tengah.
Ke depannya Hipermi berupaya menambah dan memperluas pangsa pasar dengan menyasar negara-negara lain yang belum tersentuh ekspor rendang. Per Juli 2024 Syukriah menyebut baru sekitar 100 perandang yang tergabung padahal jumlah pembuat rendang di Ranah Minang mencapai ribuan orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Perluasan pasar terus diupayakan Hipermi dengan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak," kata Syukriah di Padang, Selasa.
Syukriah yang juga Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Barat tersebut mengatakan kerja sama yang sudah berhasil dijalin yakni bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia.
Baca juga: Kuliner sebagai pintu masuk wisata ke Indonesia
Baca juga: Dubes tantang Gubernur Sumbar buka restoran Padang di Norwegia
Beberapa waktu sebelumnya Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi juga menandatangani nota kesepahaman dengan Direktur Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia terkait ekspor rendang. Bahkan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan Sumatera Barat mengadakan pendidikan dan pelatihan gratis kepada pengusaha rendang agar produk yang dihasilkan memenuhi syarat dan diterima di pasar global.
Menurutnya, potensi ekonomi dari rendang sangat besar terhadap perekonomian masyarakat. Selain pernah dinobatkan sebagai salah satu kuliner terenak di dunia pada 2017, bahan baku utama makanan asli Minangkabau tersebut juga berasal dari sektor pertanian sehingga tergolong mudah didapatkan.
Apalagi, sekitar 70 persen lebih masyarakat di Ranah Minang menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama termasuk penyediaan bahan-bahan pembuatan rendang.
Mengingat besarnya potensi sumber daya bahan baku hingga pangsa pasar rendang, Hipermi optimistis kuliner berbahan baku daging tersebut bisa menjadi ikon utama ekspor asal Ranah Minang.
Baca juga: Wah, Rendang Indonesia "go international" di Hongaria
"Jadi Hipermi itu lagi mengurus bahan baku sampai ekspor rendang," kata dia.
Saat ini anggota Hipermi maupun pengusaha lain di luar wadah itu telah berhasil mengekspor rendang ke berbagai negara di antaranya Jerman, Norwegia hingga ke beberapa negara timur tengah.
Ke depannya Hipermi berupaya menambah dan memperluas pangsa pasar dengan menyasar negara-negara lain yang belum tersentuh ekspor rendang. Per Juli 2024 Syukriah menyebut baru sekitar 100 perandang yang tergabung padahal jumlah pembuat rendang di Ranah Minang mencapai ribuan orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024