Bogor (Antara) -Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KSDAE-KLHK) bekerja sama dengan United Nation Development Programe atau UNDP untuk memulihkan populasi Harimau Sumatera.
"Proyek kerja sama ini dilaksanakan pada lanskap prioritas Sumatera, dan menggunakan pemulihan populasi harimau sumatera sebagai indikator kunci keberhasilan," kata Sekretaris Jenderal KSDAE Heri Subastiandi.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam rapat awal proyek `Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority Sumatera Landscape` di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.
Heri mengatakan, proyek kerja sama memperkuat pengelolaan kawasan konservasi di wilayah Sumatera, berlangsung selama lima tahun, didukung pendanaan hibah dari Global Environment Facility (GEF) sebesar 9 juta dolar AS.
"Proyek ini akan diimplementasikan di kawasan konservasi yang merupakan lanskap prioritas Sumatera," katanya.
Ada empat kawasan konservasi yakni Taman Nasional Gunung Leuser di Provinsi Sumatera Utara, Taman Nasional Kerinci Seblat yang membentang di empat provinsi yakni Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.
Selanjutnya, Taman Nasional Berbak-Sembilang di Provinsi Jambi, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di Provinsi Lampung.
Tujuan dari proyek ini lanjutnya, untuk meningkatkan konsevasi keanekaragaman hayati di lanskap Sumatera melalui teknis terbaik pengelolaan kawasan konservasi dan kawasan non konservasi dengan pemulihan pupulasi Harimau Sumatera sebagai indikator.
"Harapannya, proyek ini dapat memperkuat kapasitas pengelolaan kawasan konservasi secara adaptif di tingkat pusat dan daerah," katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Heri, harapan melalui proyek tersebut dapat pula meningkatkan koordinasi antar lemabaga dalam upaga konservasi khususnya dalam isu perdagangan ilegal hidupan liar, pembangunan infrastruktur, perambahan kawasan konservasi dan mitigasi konflik satwa dengan manusia.
"Proyek ini juga diharapkan dapat membangun skema pendanaan baru untuk mencukupi kebutuhan pendanaan dalam pengelolaan kawasan konservasi," kata Heri mewakili Plt Dirjen KSDAE Bambang Hendroyono membuka rapat awal kerjasama tersebut.
Perwakilan UNDP Regional Asia, Tashi Dorji mengatakan, keberadaan Harimau Sumatera sangat penting, setelah sebelumnya Indonesia kehilangan Harimau Bali (P. t. balica) tahun 1980 dan Harimau Jawa (P. t sondaica) tahun 1940.
"Keanekaragaman hayati Indonesia menjadi cagar alam dunia yang perlu dilestarikan bersama-sama. UNDP membantu Indonesia untuk memulihkan kembali ekosistem terutama di Sumatera," katanya.
Sementara itu, populasi Harimau Sumatera berdasarkan dokumen Sumatran Tiger Action Plan tahun 1994 berkisar antara 400 sampai 500 individu. Keberadaan hewan karnivora endemik Indonesia tersebut mengalami ancaman kepunahan.
Rapat awal proyek "Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority Sumatera Landscape` berlangsung selama dua hari 27-28 Februari 2017.
Rapat dilaksanakan dalam rangka menyamakan presepsi dalam memperkuat pengelolaan kawasan konservasi di Sumatera.
Kegiatan rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan Kementerian Keuangan, Bapenas, perwakilan pemerintah daerah, perwakilan kepala taman nasional di Sumatera, serta NGO atau LSM lingkungan yang ikut terlibat dalam proyek tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Proyek kerja sama ini dilaksanakan pada lanskap prioritas Sumatera, dan menggunakan pemulihan populasi harimau sumatera sebagai indikator kunci keberhasilan," kata Sekretaris Jenderal KSDAE Heri Subastiandi.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam rapat awal proyek `Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority Sumatera Landscape` di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.
Heri mengatakan, proyek kerja sama memperkuat pengelolaan kawasan konservasi di wilayah Sumatera, berlangsung selama lima tahun, didukung pendanaan hibah dari Global Environment Facility (GEF) sebesar 9 juta dolar AS.
"Proyek ini akan diimplementasikan di kawasan konservasi yang merupakan lanskap prioritas Sumatera," katanya.
Ada empat kawasan konservasi yakni Taman Nasional Gunung Leuser di Provinsi Sumatera Utara, Taman Nasional Kerinci Seblat yang membentang di empat provinsi yakni Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.
Selanjutnya, Taman Nasional Berbak-Sembilang di Provinsi Jambi, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di Provinsi Lampung.
Tujuan dari proyek ini lanjutnya, untuk meningkatkan konsevasi keanekaragaman hayati di lanskap Sumatera melalui teknis terbaik pengelolaan kawasan konservasi dan kawasan non konservasi dengan pemulihan pupulasi Harimau Sumatera sebagai indikator.
"Harapannya, proyek ini dapat memperkuat kapasitas pengelolaan kawasan konservasi secara adaptif di tingkat pusat dan daerah," katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Heri, harapan melalui proyek tersebut dapat pula meningkatkan koordinasi antar lemabaga dalam upaga konservasi khususnya dalam isu perdagangan ilegal hidupan liar, pembangunan infrastruktur, perambahan kawasan konservasi dan mitigasi konflik satwa dengan manusia.
"Proyek ini juga diharapkan dapat membangun skema pendanaan baru untuk mencukupi kebutuhan pendanaan dalam pengelolaan kawasan konservasi," kata Heri mewakili Plt Dirjen KSDAE Bambang Hendroyono membuka rapat awal kerjasama tersebut.
Perwakilan UNDP Regional Asia, Tashi Dorji mengatakan, keberadaan Harimau Sumatera sangat penting, setelah sebelumnya Indonesia kehilangan Harimau Bali (P. t. balica) tahun 1980 dan Harimau Jawa (P. t sondaica) tahun 1940.
"Keanekaragaman hayati Indonesia menjadi cagar alam dunia yang perlu dilestarikan bersama-sama. UNDP membantu Indonesia untuk memulihkan kembali ekosistem terutama di Sumatera," katanya.
Sementara itu, populasi Harimau Sumatera berdasarkan dokumen Sumatran Tiger Action Plan tahun 1994 berkisar antara 400 sampai 500 individu. Keberadaan hewan karnivora endemik Indonesia tersebut mengalami ancaman kepunahan.
Rapat awal proyek "Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority Sumatera Landscape` berlangsung selama dua hari 27-28 Februari 2017.
Rapat dilaksanakan dalam rangka menyamakan presepsi dalam memperkuat pengelolaan kawasan konservasi di Sumatera.
Kegiatan rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan Kementerian Keuangan, Bapenas, perwakilan pemerintah daerah, perwakilan kepala taman nasional di Sumatera, serta NGO atau LSM lingkungan yang ikut terlibat dalam proyek tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017