Antisipasi terjadinya kekeringan lahan pertanian saat puncak El Nino yang diperkirakan terjadi pada Agustus 2023, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi memaksimalkan pompanisasi untuk mengairi sawah yang ada di Kota Sukabumi, Jawa Barat.

"Dari hasil pemetaan terhadap lawan pertanian yang rawan kekeringan ada dua kecamatan yakni Kecamatan Baros dan Lembursitu. Maka dari itu untuk antisipasi dini, kami sudah memasang pompa air di beberapa titik di lahan pertanian yang bisa difungsikan jika lahan khususnya sawah sudah mulai sulit mendapatkan air," kata Kepala DKP3 Kota Sukabumi Adrian Haryadi di Sukabumi, Minggu.

Menurut Adrian, dari hasil pendataan saat ini mayoritas petani di Kota Sukabumi masih menanam padi karena sejak Januari hingga Juni, hujan masih turun baik hujan deras maupun gerimis. Bahkan pada Juli, hujan beberapa kali masih turun tetapi hanya gerimis.

Maka dari itu, dikhawatirkan pada Agustus sama sekali  tidak ada hujan dan ada laporan dari petani maupun kelompok tani (poktan) yang sawahnya sudah kesulitan mendapatkan pasokan air, maka pompa tersebut bisa langsung difungsikan untuk menyedot air dari sumber air terdekat seperti sungai.

Untuk teknis penggunaannya dan membagi pasokan air, pihaknya akan menyerahkan kepada poktan yang didampingi oleh petugas penyuluh pertanian, agar pembagian jatah airnya bisa merata.

"Meskipun kami optimistis persediaan air untuk mengairi lahan pertanian mencukupi hingga September, tetapi antisipasi dini tetap dilakukan agar tidak ada lahan pertanian khususnya sawah yang mengalami kekeringan maupun gagal panen," tambahnya.

Adrian mengatakan selain mengoptimalkan fungsi pompa, antisipasi terjadinya kekeringan pihaknya saat ini terus melakukan perbaikan saluran irigasi serta berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Sukabumi untuk segera membangun saluran irigasi di daerah rawan kekeringan.

Di sisi lain, untuk luas lahan pertanian di Kota Sukabumi saat ini tersisa sekitar 1.300 hektare di mana produktivitas gabah kering giling (GKG) setiap hektare rata-rata mencapai 6,6 hingga 7 ton dengan durasi panen setiap tahunnya dua sampai tiga kali panen.

          

Pewarta: Aditia Aulia Rohman

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023