Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Karawang, Jabar, menyampaikan jumlah petani yang ikut menjadi peserta program asuransi pertanian atau Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) perlu peningkatan karena jumlahnya masih minim. 

"Pemerintah ada program asuransi pertanian yang bisa diikuti oleh para petani," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang, Asep Hazar, di Karawang, Rabu. 

Ia mengatakan program asuransi pertanian itu bertujuan untuk membantu petani yang mengalami gagal panen. Artinya jika terjadi gagal panen, maka petani bisa mengajukan klaim untuk tanam kembali. 

Dengan begitu, produksi pertanian bisa terus berlangsung dan petani akan terhindar dari kerugian.

Meski program itu cukup menguntungkan, namun belum banyak petani yang mengikuti asuransi pertanian tersebut.

"Dari sekian banyak petani di Karawang, baru 10.000 petani yang mengakses program asuransi itu," katanya. 

Pada tahun ini, Dinas Pertanian Karawang akan mengajukan 40.000 petani untuk mengikuti asuransi pertanian. 

Mengenai gagal panen di atas lahan sekitar 50 hektare di Desa Pasir Awi dan Desa Sekar Sari, Kecamatan Rawamerta, Asep Hazar menyebutkan kalau lahan itu belum terdaftar dalam asuransi pertanian.

"Untuk meringankan beban petani yang mengalami gagal panen di Kecamatan Rawamerta ini, kami akan sediakan bibit gratis bagi mereka,” katanya. 

Sementara itu, para petani di dua desa sekitar Kecamatan Rawamerta, Karawang, mengalami kerugian besar akibat areal sawahnya gagal panen.  

"Kami hanya bisa memanen 10 kilogram gabah per hektare. Padahal biasanya sampai 7 ton gabah per hektare," kata Agus, salah seorang petani di Dusun Krajan, Desa Pasir Awi, Kecamatan Rawamerta, Karawang.

Ia menyampaikan kalau areal persawahan yang gagal panen di daerahnya terjadi di dua desa, yakni di Desa Pasir Awi dan Desa Sekar Sari, Kecamatan Rawamerta.

Di dua desa tersebut terdapat 50 hektare areal persawahan yang mengalami gagal panen. 

Menurut dia, kondisinya cukup memprihatinkan. Biasanya petani bisa menghasilkan rata-rata 7 ton padi per hektare saat panen. Namun saat ini, petani di daerahnya hanya bisa memanen 10 kilogram. 

Ia mengatakan, biaya produksi untuk setiap 1 hektare sawah, mulai dai pengolahan tanah, pengairan, penyemaian, penanaman sampai perawatan dan pemberian obat-obatan, mencapai Rp10 juta per hektare.

"Sekarang modal itu tidak kembali, karena kami mengalami gagal panen,” katanya. 

Petani lainnya, Karsim menyebutkan kalau penyebab terjadinya gagal panen itu di antaranya karena perubahan cuaca yang mendadak.

Ia menceritakan, proses pengolahan tanah, penyemaian sampai penanaman padi berlangsung pada saat cuaca kemarau.

Namun, saat menjelang proses pembuahan tanaman padi, cuaca tiba-tiba berubah. Hujan saat itu turun terus-menerus selama tujuh hari. Akibatnya, tanaman padi tidak berbuah, gabah yang keluar kosong atau tidak ada berasnya. 

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023