Bogor (Antara Megapolitan) - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Herry Suhardiyanto, MSc mengatakan pengarustamaan pertanian menjadi wujud nyata capaian IPB untuk hadir di tengah masyarakat.
"IPB harus betul-betul hadir di masyarakat melalui inovasi-inovasi yang menjawab tantangan global membantu masyarakat, mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia," kata Herry di Bogor, Senin.
Pengarustamaan pertanian selalu diingatkan Herry dalam setiap peringatan Dies Natalis IPB, tahun ini perguruan tinggi pertanian tertua di Tanah Air tersebut merayakan hari jadinya yang ke 53 tahun.
Menurut Rektor yang menjabat selama dua periode tersebut, di usia 53 tahun ini capaian yang ingin diwujudkan adalah pengarustamaan pertanian.
"Sisa satu tahun masa bakti, saya ingin pengarustamaan pertanian bisa dilaksanakan," katanya.
Ia menyebutkan IPB mampu hadir di tengah masyarakat melalui sejumlah inovasinya seperti varietas padi IPB 3S yang kini telah dikembangkan di 500 ribu hektare sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
"Kita sudah banyak petani secara mandiri memilih menggunakan varietas padi IPB 3S seperti petani di Banyuwangi," katanya.
Inovasi berikutnya FastTrex yakni mesin panen karya mahasiswa IPB yang telah diproduksi oleh BLST yakni unit bisnis milik IPB.
"Melalui unit bisnis IPB, sudah diproduksi 100 unit fasttrex yang dijual ke masyarakat, kita memproduksi 99,9 persen untuk kepentingan masyarakat," katanya.
Inovasi lainnya yang dihasilkan IPB yakni teknologi budi daya jenuh air untuk tanaman kedelai yang dapat mendorong program upaya khusus pajale (padi, jagung, kedelai).
"Budi daya jenuh air ini sudah kita kembangkan di Jambi dan juga Lampung," katanya.
Baru-baru ini, lanjut Herry, IPB sudah meluncurkan Satelit LAPAN-IPB A3 atau Lisat yang merupakan kerja sama antara badan antariksa dan kampus tersebut.
"Sebagian besar anggaran pembuatan satelit ini berasal dari LAPAN, IPB memberikan kajian rancangan kamera yang mampu menangkap citra lahan pertanian kita secara komprehensif," katanya.
Satelit tersebut, lanjutnya akan membantu pemerintah dalam mengetahui luasan sawah yang selama ini datannya kurang akurat.
"Satelit dapat membedakan antara hijauan sawah dengan hijauan ilalang," katanya.
Selain itu, Satelit juga dapat memonitor lahan hutan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan yang berdampak pada pencemaran kualitas udara.
"IPB mendorong perlu adanya kajian yang berpihak pada masyarakat dan pemangku kepentingan, lingkungan hidup, dan keluatan maupun pantai. Jangan sampai ada kebakaran hutan, atapun reklamasi pantai. Kita harus memikirkan semua kepentingan pemangku kepentingan," katanya.
Herry menambahkan sejak 2008 IPB selalu berkontribusi dalam inovasi di Indonesia, dari 100 inovasi yang dihasilkan, 21 persen atau sekitar 21 berasal dari IPB.
Tahun 2009, dari 101 inovasi Indonesia, IPB menyumbang 23,7 persen atau 45 inovasi. Tahun 2010 dari 102 karya inovasi, IPB menyumbang 96 inovasi atau 50 persen. Tahun 2011 dari 103 karya inovasi, 33,9 persen atau 131 inovasi merupakan karya IPB, di tahun 2012 dari 104 inovasi, IPB menghasilkan 179 inovasi (46,1 persen), tahun 2013 dari 105 inovasi, IPB menghasilkan 234 inovasi atau 53 persen.
"Tahun 2014 dari 106 karya inovasi, IPB menyumbang 41 persen, dan tahun 2015 dari 107 karya inovasi, 42 persennya karya IPB," kata Herry.
Puncak peringatan Dies Natalis IPB ke-53 ditandai dengan rapat senat terbuka yang akan menghadirkan pembicara kunci Prof Jimly Asshiddiqie yang kini menjabat Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
"Sebelum senat terbuka Dies Natalis IPB, pada tanggal 27 September 2016, kami (IPB) akan meluncurkan buku inovasi IPB yang berisi seluruh catatan inovasi yang telah dihasilkan oleh mahasiswa maupun para dosen," kata Meika Syahbana Rusli, selaku ketua Dies Natalis.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"IPB harus betul-betul hadir di masyarakat melalui inovasi-inovasi yang menjawab tantangan global membantu masyarakat, mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia," kata Herry di Bogor, Senin.
Pengarustamaan pertanian selalu diingatkan Herry dalam setiap peringatan Dies Natalis IPB, tahun ini perguruan tinggi pertanian tertua di Tanah Air tersebut merayakan hari jadinya yang ke 53 tahun.
Menurut Rektor yang menjabat selama dua periode tersebut, di usia 53 tahun ini capaian yang ingin diwujudkan adalah pengarustamaan pertanian.
"Sisa satu tahun masa bakti, saya ingin pengarustamaan pertanian bisa dilaksanakan," katanya.
Ia menyebutkan IPB mampu hadir di tengah masyarakat melalui sejumlah inovasinya seperti varietas padi IPB 3S yang kini telah dikembangkan di 500 ribu hektare sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
"Kita sudah banyak petani secara mandiri memilih menggunakan varietas padi IPB 3S seperti petani di Banyuwangi," katanya.
Inovasi berikutnya FastTrex yakni mesin panen karya mahasiswa IPB yang telah diproduksi oleh BLST yakni unit bisnis milik IPB.
"Melalui unit bisnis IPB, sudah diproduksi 100 unit fasttrex yang dijual ke masyarakat, kita memproduksi 99,9 persen untuk kepentingan masyarakat," katanya.
Inovasi lainnya yang dihasilkan IPB yakni teknologi budi daya jenuh air untuk tanaman kedelai yang dapat mendorong program upaya khusus pajale (padi, jagung, kedelai).
"Budi daya jenuh air ini sudah kita kembangkan di Jambi dan juga Lampung," katanya.
Baru-baru ini, lanjut Herry, IPB sudah meluncurkan Satelit LAPAN-IPB A3 atau Lisat yang merupakan kerja sama antara badan antariksa dan kampus tersebut.
"Sebagian besar anggaran pembuatan satelit ini berasal dari LAPAN, IPB memberikan kajian rancangan kamera yang mampu menangkap citra lahan pertanian kita secara komprehensif," katanya.
Satelit tersebut, lanjutnya akan membantu pemerintah dalam mengetahui luasan sawah yang selama ini datannya kurang akurat.
"Satelit dapat membedakan antara hijauan sawah dengan hijauan ilalang," katanya.
Selain itu, Satelit juga dapat memonitor lahan hutan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan yang berdampak pada pencemaran kualitas udara.
"IPB mendorong perlu adanya kajian yang berpihak pada masyarakat dan pemangku kepentingan, lingkungan hidup, dan keluatan maupun pantai. Jangan sampai ada kebakaran hutan, atapun reklamasi pantai. Kita harus memikirkan semua kepentingan pemangku kepentingan," katanya.
Herry menambahkan sejak 2008 IPB selalu berkontribusi dalam inovasi di Indonesia, dari 100 inovasi yang dihasilkan, 21 persen atau sekitar 21 berasal dari IPB.
Tahun 2009, dari 101 inovasi Indonesia, IPB menyumbang 23,7 persen atau 45 inovasi. Tahun 2010 dari 102 karya inovasi, IPB menyumbang 96 inovasi atau 50 persen. Tahun 2011 dari 103 karya inovasi, 33,9 persen atau 131 inovasi merupakan karya IPB, di tahun 2012 dari 104 inovasi, IPB menghasilkan 179 inovasi (46,1 persen), tahun 2013 dari 105 inovasi, IPB menghasilkan 234 inovasi atau 53 persen.
"Tahun 2014 dari 106 karya inovasi, IPB menyumbang 41 persen, dan tahun 2015 dari 107 karya inovasi, 42 persennya karya IPB," kata Herry.
Puncak peringatan Dies Natalis IPB ke-53 ditandai dengan rapat senat terbuka yang akan menghadirkan pembicara kunci Prof Jimly Asshiddiqie yang kini menjabat Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
"Sebelum senat terbuka Dies Natalis IPB, pada tanggal 27 September 2016, kami (IPB) akan meluncurkan buku inovasi IPB yang berisi seluruh catatan inovasi yang telah dihasilkan oleh mahasiswa maupun para dosen," kata Meika Syahbana Rusli, selaku ketua Dies Natalis.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016