Sukabumi (Antara Megapolitan) - Musibah bencana alam pergerakan tanah yang terjadi di Desa Nagrakjaya dan Cimenteng, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat hingga kini belum terkendali walaupun sudah memasuki pekan ketiga bencana tersebut terjadi.

"Secara intensitas pergerakan tanah ini sudah mulai berkurang, tetapi belum bisa dikendalikan," kata Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Agung Citra di Sukabumi, Kamis.

Menurutnya, jika dibandingkan dalam beberapa pekan ke belakang bencana pergerakan tanah di daerah tersebut, intensitasnya sudah sangat berkurang, walaupun tidak sepenuhnya bencana tersebut berhenti.

Selain itu, pihaknya masih khawatir dengan curah hujan yang tinggi, karena di beberapa titik tanah masih terus bergerak. Bahkan, masa tanggap darurat di dua desa tersebut diperpanjang hingga Sabtu, (13/8)

Lanjut dia, masa tanggap itu sebagai salah satu langkah untuk pemulihan di lokasi dan hingga kini, Pemkab Sukabumi sudah dua kali memperpanjang status tanggap darurat.

"Yang terpenting saat ini warga yang tinggal di daerah tersebut sudah berada di tempat yang lebih aman, bantuan pun terus mengalir sehingga tidak ada permasalahan untuk logistik," tambahnya.

Di sisi lain, relokasi sampai saat ini masih dalam tahap pembahasan sehingga belum ada kebijakan yang mengikat dari pemda terkait pemindahan permukiman warga yang disebabkan hasil kajian dari Badan Geologi masih bias. Bahkan, kajian yang dilakukan lembaga tersebut dinilainya kurang memuaskan.

Sementara, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sukabumi, Usman Susilo mengatakan ada 427 rumah yang rusak. Di mana 174 rusak berat, 100 rusak sedang, 56 rusak ringan dan 97 rumah terancam. Untuk jumlah jiwa yang terdampak itu mencapai 1.236 orang dari 435 KK.

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016