Forum Doktor Bisnis Indonesia (Fordobi) mengemukakan peluang industri pariwisata Indonesia pascapandemi COVID-19 cukup tinggi di tengah tantangan ancaman resesi, krisis pangan, krisis energi, dan sebagainya.
Dalam seminar nasional secara hybrid mengenai peluang industri pariwisata Indonesia pascapandemi COVID-19, di IICC Botani Square Bogor, Jawa Barat, Sabtu, Ketua Fordobi Naufal Mahfudz mengatakan bahwa kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan, berwisata dan sebagainya dipengaruhi oleh perilaku sosial.
Seminar yang diselenggarakan oleh Fordobi ini, juga dihadiri ketuanya Naufal Mahfudz yang sekaligus Direktur Utama PT BLST IPB, Sekjen Fordobi Antoni Ludfi Arifin, Chief Operating Officer (COO) PT Jaswita Jabar Raden Ridha Wirahman P, dan dosen sekaligus peneliti bidang pemasaran bisnis dan pariwisata Prodi Manajemen UNP Kediri Ema Nurzaenul Hakimah.
Baca juga: Menparekraf dorong sektor pariwisata dikembangkan secara inklusif dan berkelanjutan
"Sekarang sudah mulai banyak orang tidak memakai masker, Desember tahun lalu, orang-orang masuk Mal Botani ini masih diminta pakai masker, tapi sekarang sudah tidak, kecuali sedang sakit," katanya pula.
Naufal mengungkapkan kondisi perilaku sosial masyarakat juga berdampak pada ekonomi pariwisata.
Ia yang juga Direktur Utama BLST holding perusahaan dari IPB University menyebutkan, situasi kunjungan ke mal dan hotel yang dikelolanya sempat naik turun semasa puncak pandemi COVID-19.
Baca juga: Anggota MPR: Strategi kebudayaan penting untuk tumbuhkan ekonomi pariwisata
Rata-rata kunjungan per hari Mal Botani Square 15 ribu, sempat mengalami penurunan kembali paling rendah di bulan Februari 2022 sebanyak 300-an pengunjung, karena ada varian baru COVID-19 Omicron. Sedangkan pada bulan Mei di atas rata-rata mencapai 600-an pengunjung karena ada momentum Lebaran.
"Jadi kami sangat tergantung, industri-industri pariwisata itu tergantung behavior ya, society behavior," ujarnya pula.
Naufal menyakini dengan kondisi kegiatan masyarakat yang lebih longgar dari tahun ke tahun setelah pandemi COVID-19, dapat mengembalikan perilaku sosial masyarakat yang lebih berbaur di dalam dunia nyata, sehingga berdampak pada ekonomi pariwisata.
Baca juga: Membangun program pariwisata berkelanjutan di Kota Bogor
"Januari ini sudah naik lagi, jadi insya Allah optimis kita, new capter of tourism. Bahkan setelah pandemi ini new capter of life juga, bukan hanya tourism. Seluruh sendi kehidupan kita terpengaruh," katanya lagi.
Sekjen Fordobi Antoni Ludfi Arifin memandang dengan pentingnya masalah bisnis ke depan, perlu ada diskusi-diskusi antara para akademisi dan pebisnis untuk menumbuhkan ekonomi pariwisata Indonesia.
"Perlu adanya gagasan agar ide yang terinternalisasi pada tacit knowledge para akademisi dan praktisi harus dieksplisitkan dalam bentuk sharing knowledge buku dan seminar-seminar, inilah salah satu misi Fordobi," kata dia pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Dalam seminar nasional secara hybrid mengenai peluang industri pariwisata Indonesia pascapandemi COVID-19, di IICC Botani Square Bogor, Jawa Barat, Sabtu, Ketua Fordobi Naufal Mahfudz mengatakan bahwa kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan, berwisata dan sebagainya dipengaruhi oleh perilaku sosial.
Seminar yang diselenggarakan oleh Fordobi ini, juga dihadiri ketuanya Naufal Mahfudz yang sekaligus Direktur Utama PT BLST IPB, Sekjen Fordobi Antoni Ludfi Arifin, Chief Operating Officer (COO) PT Jaswita Jabar Raden Ridha Wirahman P, dan dosen sekaligus peneliti bidang pemasaran bisnis dan pariwisata Prodi Manajemen UNP Kediri Ema Nurzaenul Hakimah.
Baca juga: Menparekraf dorong sektor pariwisata dikembangkan secara inklusif dan berkelanjutan
"Sekarang sudah mulai banyak orang tidak memakai masker, Desember tahun lalu, orang-orang masuk Mal Botani ini masih diminta pakai masker, tapi sekarang sudah tidak, kecuali sedang sakit," katanya pula.
Naufal mengungkapkan kondisi perilaku sosial masyarakat juga berdampak pada ekonomi pariwisata.
Ia yang juga Direktur Utama BLST holding perusahaan dari IPB University menyebutkan, situasi kunjungan ke mal dan hotel yang dikelolanya sempat naik turun semasa puncak pandemi COVID-19.
Baca juga: Anggota MPR: Strategi kebudayaan penting untuk tumbuhkan ekonomi pariwisata
Rata-rata kunjungan per hari Mal Botani Square 15 ribu, sempat mengalami penurunan kembali paling rendah di bulan Februari 2022 sebanyak 300-an pengunjung, karena ada varian baru COVID-19 Omicron. Sedangkan pada bulan Mei di atas rata-rata mencapai 600-an pengunjung karena ada momentum Lebaran.
"Jadi kami sangat tergantung, industri-industri pariwisata itu tergantung behavior ya, society behavior," ujarnya pula.
Naufal menyakini dengan kondisi kegiatan masyarakat yang lebih longgar dari tahun ke tahun setelah pandemi COVID-19, dapat mengembalikan perilaku sosial masyarakat yang lebih berbaur di dalam dunia nyata, sehingga berdampak pada ekonomi pariwisata.
Baca juga: Membangun program pariwisata berkelanjutan di Kota Bogor
"Januari ini sudah naik lagi, jadi insya Allah optimis kita, new capter of tourism. Bahkan setelah pandemi ini new capter of life juga, bukan hanya tourism. Seluruh sendi kehidupan kita terpengaruh," katanya lagi.
Sekjen Fordobi Antoni Ludfi Arifin memandang dengan pentingnya masalah bisnis ke depan, perlu ada diskusi-diskusi antara para akademisi dan pebisnis untuk menumbuhkan ekonomi pariwisata Indonesia.
"Perlu adanya gagasan agar ide yang terinternalisasi pada tacit knowledge para akademisi dan praktisi harus dieksplisitkan dalam bentuk sharing knowledge buku dan seminar-seminar, inilah salah satu misi Fordobi," kata dia pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023