The Korea International Cooperation Agency membantu Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Seoul National University (SNU) mengembangkan inovasi lingkungan dan biosains dengan adaptasi manajemen penggunaan teknologi Korea yang tinggi senilai Rp120 miliar.

"Kami memiliki kerja sama dengan KOICA selama 7 tahun dimulai tahun ini karena kick off dan akan berlanjut terus, ini kerja sama bidang lingkungan dan biosains karena ini konsen pada biosains dan lingkungan," kata Rektor IPB Arif Satria usai peluncuran Center for Agriculture Bioscience di IICC Botani Square Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/2).

Karena Korea mempunyai tujuan membantu negara dunia ketiga atau negara-negara berkembang, kata Arif, negara tersebut mempunyai dua trek yang pertama digital deal dan green deal yang saat ini menjadi arus utama keuangan Korea.

Saat ini, lanjut dia, konsentrasi Korea ingin membantu negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia. Dalam hal ini, IPB mendapatkan bantuan di sisi lingkungan ini.

Baca juga: IPB bersama PT Biolife luncurkan obat asam urat herbal

Arif mengaku langsung meminta Presiden KOICA untuk main ke IPB sebentar saja karena tahu lembaga tersebut mempunyai program yang sangat bagus mengenai biosains dan lingkungan.

Selama 5—10 menit, dia menjelaskan visi IPB dan sebagainya sehingga yang bersangkutan tertarik. Karena tertarik itulah, IPB diminta berkolaborasi dengan SNU untuk membuat proposal bersama, kemudian diajukan dan disetujui dengan nilai Rp120 miliar.

"Alat-alat yang canggih dari Korea akan masuk ke IPB untuk riset-riset," ungkapnya.

Baca juga: IPB dan Indohun kerja sama penguatan kesehatan global melalui agromaritim

Dengan ada kerja sama IPB dengan KOICA, kata dia, akan membuat pertukaran ilmu pengetahuan dan implementasi teknologi dari institut terbaik di Indonesia itu dan SUN melalui riset-riset yang dilakukan bersama.

"Nah, riset ini akan banyak beasiswa internasionalnya, dosen-dosen dari IPB dan dari Korea juga ke IPB dan juga pelatihan-pelatihan dosen IPB akan banyak ke Korea terkait dengan penguasaan alat-alat laboratorium dari Korea ini," kata dia.

Direktur Program Internasional Profesor Iskandar Zulkarnain Siregar menambahkan bahwa kerja sama KOICA dengan IPB merupakan langkah strategis karena keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia tidak dimiliki oleh Korea. Sebaliknya, teknologi canggih di Korea belum dimiliki Indonesia.

Dikatakan pula bahwa kerja sama akan dimulai dengan mengirim enam profesor dari IPB yang akan dipilih untuk ikut pelatihan-pelatihan penguasaan alat-alat laboratorium canggih di Korea.

Baca juga: IPB University bersama JAPFA meresmikan kandang penelitian unggas

Ketika penguasaan alat telah berhasil, kata dia, para profesor terpilih itu akan kembali ke Indonesia berikut bantuan alat laboratorium dari Korea.

Menurut Profesor Iskandar, dari kerja sama ini, IPB ingin mengadopsi dan mengadaptasi manajemen riset dengan penggunaan alat-alat laboratorium yang mumpuni. Hal itu karena kemampuan Indonesia maupun negara lain dalam menciptakan teknologi mungkin saja bisa. Namun, sering kali lemah dalam manajemen sehingga kurang berhasil.

Di sisi Korea, kata dia, kekayaan keanekaragaman hayati, obat-obat herbal yang dihasilkan, pangan, dan obat-obatan lain menjadi daya tarik kerja sama.

"Kita ada pangan, lalu nanti penelitian molekuler-molekuler dari bahan obat yang belum kita tahu. Dengan alat-alat laboratorium dari Korea itu, memungkinkan hal-hal yang bisa dikembangkan dalam kerja sama ini," jelasnya.

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023