Bekasi, 25/7 (ANTARA) - Mayoritas petani di Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, beralih profesi dengan berkebun timun suri guna memanfaatkan momentum selama Ramadhan serta pengaruh kemarau.
"Timun suri yang sudah matang selalu menjadi incaran warga untuk menu berbuka puasa karena segar dihidangkan dengan es dan sirup," ujar salah satu petani di Kampung Gabus Rawa, Desa Srijaya, Kecamatan Tambun Utara, Warsip, Rabu.
Karena itulah, kata dia, petani di wilayah setempat banyak yang beralih memanfaatkan momen puasa Ramadhan tersebut untuk menanamnya, karena keuntungan lebih besar dibandingkan bertani padi.
"Momentum ini juga karena bertepatan dengan musim sawah yang mulai mengering akibat kemarau," katanya.
Menurut dia, penanaman timun suri sudah dilakukan sejak hampir dua bulan lalu. Mereka menanami sawah-sawah yang telah panen padi dengan timun suri. Selain perawatannya mudah, timun suri mendatangkan keuntungan berlipat saat sawah sedang tidak dapat ditanami padi.
"Dengan masa panen usia tanaman 45 hari. Dalam sebulan bisa panen sampai 10 kali. Sedangkan padi butuh waktu 3,5 bulan baru panen. Keuntungan jelas besar timun suri, modalnya juga kecil," katanya.
Warsip dan petani lain membutuhkan modal sampai Rp2 juta untuk padi per hektare sawah, sedangkan timun suri hanya Rp500 ribu per hektare.
"Selain modal sedikit dan irit waktu, kerugian juga kecil karena hamanya hanya ulat yang mudah dimusnahkan," ujarnya.
Para petani setempat, kata dia, sudah puluhan tahun memanfaatkan momen Ramadhan untuk beralih berkebun timun suri.
Timun suri yang sudah panen dijual Rp1.500 per kilogram. Selain menyuplai kebutuhan Bekasi, petani timun suri di Tambun Utara juga menyuplai untuk daerah Jakarta dan sekitarnya bahkan hingga Bandung.
Andi F
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012
"Timun suri yang sudah matang selalu menjadi incaran warga untuk menu berbuka puasa karena segar dihidangkan dengan es dan sirup," ujar salah satu petani di Kampung Gabus Rawa, Desa Srijaya, Kecamatan Tambun Utara, Warsip, Rabu.
Karena itulah, kata dia, petani di wilayah setempat banyak yang beralih memanfaatkan momen puasa Ramadhan tersebut untuk menanamnya, karena keuntungan lebih besar dibandingkan bertani padi.
"Momentum ini juga karena bertepatan dengan musim sawah yang mulai mengering akibat kemarau," katanya.
Menurut dia, penanaman timun suri sudah dilakukan sejak hampir dua bulan lalu. Mereka menanami sawah-sawah yang telah panen padi dengan timun suri. Selain perawatannya mudah, timun suri mendatangkan keuntungan berlipat saat sawah sedang tidak dapat ditanami padi.
"Dengan masa panen usia tanaman 45 hari. Dalam sebulan bisa panen sampai 10 kali. Sedangkan padi butuh waktu 3,5 bulan baru panen. Keuntungan jelas besar timun suri, modalnya juga kecil," katanya.
Warsip dan petani lain membutuhkan modal sampai Rp2 juta untuk padi per hektare sawah, sedangkan timun suri hanya Rp500 ribu per hektare.
"Selain modal sedikit dan irit waktu, kerugian juga kecil karena hamanya hanya ulat yang mudah dimusnahkan," ujarnya.
Para petani setempat, kata dia, sudah puluhan tahun memanfaatkan momen Ramadhan untuk beralih berkebun timun suri.
Timun suri yang sudah panen dijual Rp1.500 per kilogram. Selain menyuplai kebutuhan Bekasi, petani timun suri di Tambun Utara juga menyuplai untuk daerah Jakarta dan sekitarnya bahkan hingga Bandung.
Andi F
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012