Bogor, 25/7 (ANTARA) - Pedagang dan pengrajin tempe tahu di Kota Bogor, Jawa Barat, sepakat melakukan mogok sesuai dengan surat edaran dari Primkopti yang mengimbau mereka berhenti berjualan selama tiga hari.

Hal ini terbukti di tiga pasar tradisional di Bogor, yakni Pasar Anyar, Pasar Merdeka dan Warung Jambu, Rabu, tidak terlihat lagi pedagang yang berjualan.

Untuk mendukung gerakan mogok tersebut, Primkopti menggelar "sweeping" ke tiga pasar tersebut guna memastikan tidak ada yang berjualan pada hari yang ditentukan.

"Pedagang harus kompak untuk tidak berjualan mulai hari ini," kata Mualif salah satu pengrajin tempe di Kota Bogor, saat dihubungi ANTARA.

Menurut Mualif, aksi mogok dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang tidak mampu menekan harga kedele.

Selain itu juga, mogok bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat terkait kenaikan harga kedele yang menyebabkan harga tempe tahu meningkat.

Harga kedele yang mencapai Rp8.000 perkilogram telah membuat pedagang kesulitan memproduksi tempe dan tahu.

"Aksi ini untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa kenaikan bukan kerena permainan pedagang, tapi murni karena keadaan," katanya.

Aksi sweeping Primkopti dimulai Rabu dini hari, sejumlah orang melakukan pengecekan di tiga pasar yakni Pasar Anyar, Pasar Merdeka dan Warung Jambu. Mereka mengecek agar tidak ada pedagang yang berjualan hari ini.

Mogok pedagang tempe akan dilakukan selama tiga hari mulai 25 hingga 27 Juli.

Sementara itu, sejak Selasa (24/7) jumlah pedagang tempe sudah mulai berkurang di pasaran. Namun, pedagang tahu masih terlihat banyak berjualan.

Hilangnya tempe dipasaran membuat sejumlah ibu-ibu rumah tangga kewalahan.

"Biasanya dimana-mana ada pedagang tempe, tapi hari ini jarang terlihat. Kalaupun ada harganya lebih mahal dari biasanya," kata Wati warga Menteng Bogor Barat.


Laily R

Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012