Jakarta (Antara Megapolitan) - Pengurus Besar Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) mengajak tokoh dan organisasi Islam di seluruh dunia melakukan jihad melawan terorisme menghadapi teror bom bunuh diri di Solo, Indonesia, dan sejumlah kota di Arab Saudi serta negara lain.

"Perlawanan terhadap terorisme, atas alasan apapun harus segera dimulai secara massif, sinergis dan komprehensif oleh semua pemerintah dan segenap elemen masyarakat di muka bumi ini," kata Ketua Umum Pengurus Besar Keluarga Besar PII Nasrullah Larada di Jakarta, Selasa.

Ia menegaskan gerakan jihad melawan terorisme bisa dilakukan sesuai bidang garap dan kapasitas masing-masing secara bersatu padu.

Organisasi kemasyarakatan alumni PII itu membuat pernyataan resmi yang ditandatangani Nasrullah Larada dan Sekretaris Jenderal Fajar Nursahid atas berbagai kasus teror bom bunuh diri di bulan Ramadhan ini.

Teror bom bunuh diri di Madinah, Qatif, Jeddah dan Solo, serta di berbagai tempat lain yang terjadi pada akhir bulan suci Ramadhan 1437 Hijriyah ini adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan serta pelecehan terbuka atas nilai-nilai agama dan spiritualitas.

Nasrullah menegaskan bahwa Keluarga Besar PII mengutuk keras pelaku teror bom bunuh diri, siapapun atau berasal dari apapun kelompok pelakunya.

Keluarga Besar PII meminta umat Islam tidak terprovokasi pemberitaan berbagai media yang mewartakan peristiwa tersebut dengan perspektif ideologis masing-masing pemilik media, yang tak seluruhnya bisa bersikap netral terhadap peristiwa kekerasan yang terjadi dan melibatkan kaum Muslim, baik sebagai korban maupun pelaku.

Sementara itu Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti menyatakan pelaku bom bunuh diri yang terjadi di depan Pos Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Markas Polres Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa pagi, diduga dilakukan oleh Nur Rohman (31) warga Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.

Menurut Kapolri, yang bersangkutan merupakan warga Solo diduga masuk kelompok Abu Musaf yang ditangkap di Bekasi beberapa waktu lalu. Pada waktu itu,  dilakukan penangkapan sebelum pergantian tahun baru bersama Andika dan Ali, kemudian berkembang menjadi tujuh orang.

Namun, kata Kapolri, yang bersangkutan saat penangkapan bisa melarikan diri yang diduga membawa tiga bom. (Ant).

    

Pewarta: Budi Setiawanto

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016