Institut Pertanian Bogor (IPB) segera memfasilitasi sertifikasi halal usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan fitur lebih lengkap agar Indonesia mampu menyaingi Halal Science Center Chulalongkorn University Thailand yang banyak memberikan sertifikasi halal perusahaan multinasional.
Rektor IPB Arif Satria usai menghadiri kegiatan Haq Fest yang diselenggarakan ABC Himpunan Alumni IPB di IICC Bogor, Kamis, mengatakan IPB telah mendapatkan sertifikat akreditasi sebagai lembaga pemeriksa halal (LPH) dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag).
"Baru tadi malam, kabar terbaru Alhamdulillah IPB sudah sah mendapatkan sertifikat akreditasi sebagai LPH lembaga pemeriksa halal. Sehingga IPB dapat menguji dan mengeluarkan sertifikat produk halal. Jadi sekarang sudah sah," kata Arif.
Arif menyampaikan untuk mendukung program sertifikasi yang lengkap IPB segera membangun halal center dengan enam lantai yang bisa digunakan sebagai tempat riset, pelatihan, pemeriksaan dan inkubator UMKM dalam proses sertifikasi halal.
Baca juga: Pemkot Bogor berencana membuat kawasan halal food station senilai Rp300 miliar
Sedikitnya 300 UMKM yang hadir dalam kegiatan Haq Fest saat ini, kata dia, segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan sertifikat halal dari IPB.
IPB pun telah mengajukan agar ada subsidi biaya sertifikasi halal bagi UMKM dari pemerintah dengan bekerja sama dengan universitas dan institut untuk membuat skema-skema tertentu.
"Jadi UMKM yang ingin belajar bisnis berbasis pada produk halal bisa ke IPB. Insya Allah akan segera dibangun, sudah ada anggarannya dan sudah direncanakan. Dan semoga menjadi halal center yang terbesar di Asia," kata Arif.
Dia mengemukakan, Thailand dengan slogannya world halal kitchen telah mampu menjadi rujukan sertifikasi halal perusahaan-perusahaan besar meskipun masyarakatnya bukan mayoritas Muslim. Negeri Gajah Putih itu bahkan telah berhasil mengekspor produk halal sebanyak 40 persen sementara Indonesia dengan mayoritas berpenduduk umat Muslim baru 15 persen.
Baca juga: Guru besar IPB sebut permintaan produk halal dunia meningkat pesat
Sebelumnya, Atase Perdagangan KBRI di Bangkok, Kerajaan Thailand, Flora Susan Nongsina melalui sebuah wawancara tertulis dengan ANTARA dan salah satu media nasional, Jumat (3/6) mengatakan, Thailand mendukung serta mencanangkan program menjadi salah satu negara produsen produk halal terbesar di dunia.
Negeri Gajah Putih itu memiliki visi menjadi World Halal Kitchen. Selain itu, mereka juga memiliki Halal Science Centre, yakni salah satu badan penelitian pertama di dunia dengan kekhususan di bidang sains makanan halal.
Menurut Flora, Thailand berpartisipasi menggarap bisnis berbasis produk halal mengingat potensi produk halal dunia sangat besar. Pemicunya yakni meningkatnya motivasi dan keyakinan masyarakat terhadap produk berlabel halal. Masyarakat pun meyakini kualitas produk halal lebih baik dari aspek etika, kesehatan, keamanan dan keramahan terhadap lingkungan (eco-friendly).
"Kita tidak boleh kalah, kita akan menjadi pusat sertifikasi halal dunia," ujar Arif.
Baca juga: Perguruan tinggi berperan siapkan SDM dalam pengembangan pangan halal
Menurut data BPJPH pada Maret 2022, ada tiga LPH yang telah menjalankan tugasnya dalam melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengujian kehalalan produk di dalam proses sertifikasi halal. Ketiganya adalah LPH LPPOM MUI, LPH Sucofindo, dan LPH Surveyor Indonesia.
Kemudian, ada sembilan institusi yang pengajuan akreditasinya sudah lengkap dan terverifikasi menjadi LPH. Mereka adalah Yayasan Pembina Masjid Salman ITB Bandung, Balai Pengembangan Produk dan Standardisasi Industri Pekanbaru Riau, Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah Jakarta.
Kajian Halalan Thayyiban Muhammadiyah Jakarta, Balai Sertifikasi Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu Kementerian Perdagangan, Universitas Hasanuddin Makassar, Yayasan Bersama Madani Kota Tangah Padang Sumatera Barat, Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur, dan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Dari jumlah itu, sebanyak delapan institusi sudah selesai proses integrasi sistem, sedang satu institusi masih dalam proses integrasi sistem.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Rektor IPB Arif Satria usai menghadiri kegiatan Haq Fest yang diselenggarakan ABC Himpunan Alumni IPB di IICC Bogor, Kamis, mengatakan IPB telah mendapatkan sertifikat akreditasi sebagai lembaga pemeriksa halal (LPH) dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag).
"Baru tadi malam, kabar terbaru Alhamdulillah IPB sudah sah mendapatkan sertifikat akreditasi sebagai LPH lembaga pemeriksa halal. Sehingga IPB dapat menguji dan mengeluarkan sertifikat produk halal. Jadi sekarang sudah sah," kata Arif.
Arif menyampaikan untuk mendukung program sertifikasi yang lengkap IPB segera membangun halal center dengan enam lantai yang bisa digunakan sebagai tempat riset, pelatihan, pemeriksaan dan inkubator UMKM dalam proses sertifikasi halal.
Baca juga: Pemkot Bogor berencana membuat kawasan halal food station senilai Rp300 miliar
Sedikitnya 300 UMKM yang hadir dalam kegiatan Haq Fest saat ini, kata dia, segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan sertifikat halal dari IPB.
IPB pun telah mengajukan agar ada subsidi biaya sertifikasi halal bagi UMKM dari pemerintah dengan bekerja sama dengan universitas dan institut untuk membuat skema-skema tertentu.
"Jadi UMKM yang ingin belajar bisnis berbasis pada produk halal bisa ke IPB. Insya Allah akan segera dibangun, sudah ada anggarannya dan sudah direncanakan. Dan semoga menjadi halal center yang terbesar di Asia," kata Arif.
Dia mengemukakan, Thailand dengan slogannya world halal kitchen telah mampu menjadi rujukan sertifikasi halal perusahaan-perusahaan besar meskipun masyarakatnya bukan mayoritas Muslim. Negeri Gajah Putih itu bahkan telah berhasil mengekspor produk halal sebanyak 40 persen sementara Indonesia dengan mayoritas berpenduduk umat Muslim baru 15 persen.
Baca juga: Guru besar IPB sebut permintaan produk halal dunia meningkat pesat
Sebelumnya, Atase Perdagangan KBRI di Bangkok, Kerajaan Thailand, Flora Susan Nongsina melalui sebuah wawancara tertulis dengan ANTARA dan salah satu media nasional, Jumat (3/6) mengatakan, Thailand mendukung serta mencanangkan program menjadi salah satu negara produsen produk halal terbesar di dunia.
Negeri Gajah Putih itu memiliki visi menjadi World Halal Kitchen. Selain itu, mereka juga memiliki Halal Science Centre, yakni salah satu badan penelitian pertama di dunia dengan kekhususan di bidang sains makanan halal.
Menurut Flora, Thailand berpartisipasi menggarap bisnis berbasis produk halal mengingat potensi produk halal dunia sangat besar. Pemicunya yakni meningkatnya motivasi dan keyakinan masyarakat terhadap produk berlabel halal. Masyarakat pun meyakini kualitas produk halal lebih baik dari aspek etika, kesehatan, keamanan dan keramahan terhadap lingkungan (eco-friendly).
"Kita tidak boleh kalah, kita akan menjadi pusat sertifikasi halal dunia," ujar Arif.
Baca juga: Perguruan tinggi berperan siapkan SDM dalam pengembangan pangan halal
Menurut data BPJPH pada Maret 2022, ada tiga LPH yang telah menjalankan tugasnya dalam melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengujian kehalalan produk di dalam proses sertifikasi halal. Ketiganya adalah LPH LPPOM MUI, LPH Sucofindo, dan LPH Surveyor Indonesia.
Kemudian, ada sembilan institusi yang pengajuan akreditasinya sudah lengkap dan terverifikasi menjadi LPH. Mereka adalah Yayasan Pembina Masjid Salman ITB Bandung, Balai Pengembangan Produk dan Standardisasi Industri Pekanbaru Riau, Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah Jakarta.
Kajian Halalan Thayyiban Muhammadiyah Jakarta, Balai Sertifikasi Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu Kementerian Perdagangan, Universitas Hasanuddin Makassar, Yayasan Bersama Madani Kota Tangah Padang Sumatera Barat, Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur, dan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Dari jumlah itu, sebanyak delapan institusi sudah selesai proses integrasi sistem, sedang satu institusi masih dalam proses integrasi sistem.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022