Menteri Pertanian, H Syahrul Yasin Limpo mengatakan,  siap mengawal distribusi pupuk bersubsidi untuk mendorong ketahanan pangan.

"Hal ini mengingat pupuk itu tidak langka, tetapi kurang dari jumlah yang dibutuhkan petani untuk sektor pertanian," kata Syahrul disela Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Makassar, Senin.

Mencermati fenomena itu, ia mengatakan, maka perlu dikawal ketat sehingga peruntukannya tepat sasaran.

Keterbatasan pasokan pupuk bersubsidi itu, karena dari 67 jenis pupuk hanya 9 jenis pupuk bersubsidi dan dari jumlah tersebut yang diintervensi hanya untuk pupuk urea dan NPK.

Baca juga: Pupuk Indonesia terapkan aplikasi Rekan permudah petani dapatkan pupuk

"Pupuk urea untuk penyuburan dan NPK untuk pembuahan, tidak pakai yang lain. Kalau yang lain pakai Kredit usaha Rakyatr (KUR) BI," katanya.

Lebih jauh dijelaskan, pentingnya juga memahami jika KUR sebagai pinjaman modal petani turut disubsidi, karena bunganya 11 hingga 12 persen diambil, namun dibayarkan oleh Bank Indonesia, sehingga bunga kreditnya tinggal 6 hingga 3 persen.

Dia mengatakan, pupuk itu dibutuhkan, karena jika menggunakan pupuk maka produksi akan naik.

"Kalau satu hingga dua ton pupuk itu hanya diberikan pada ikan," ujarnya.

Baca juga: Polri ungkap sindikat mafia pupuk dengan modus membuat data fiktif penerima subsidi
 
Menteri Pertanian H Syahrul Yasin Limpo disela Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Makassar, Senin (24/10/2022). Antara / Suriani Mappong


Adapun tujuh program strategis dalam pengendalian inflasi pangan yang dilakukan Bank Indonesia bersama Kementerian Pertanian dan para mitra adalah pertama, menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga serta menjaga daya beli masyarakat.

Baca juga: Erick Thohir perintahkan BUMN pupuk garap pasar nonsubsidi

Kedua, perluasan kerja sama antardaerah. Ketiga, optimalisasi produksi pangan strategis melalui subsidi akut. Keempat, memperkuat komoditas hortikultura melalui dua program utama yakni gerakan tanam cabai di pekarangan dan implementasi best pactise dan pengembangan klaster kelas pangan secara end-to-end.

Kelima, peningkatan kemanfaatan alsintan dan saprotan dalam rangka mendukung klaster pangan secara end-to-end. Keenam, penguatan infrastruktur digitalisasi data dan juga informasi pangan.

Ketujuh, pemanfaatan, koordinasi dan senantiasa menjaga inflasi dalam bentuk pertemuan high level meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)

Pewarta: Suriani Mappong

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022