Dosen Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) Dr. apt. Anton Bahtiar, M.Biomed menyatakan isu kesehatan reproduksi perlu dipahami oleh masyarakat terutama remaja agar mereka mengetahui pencegahannya.
"Isu-isu kesehatan yang perlu dipahami oleh masyarakat, di antaranya kesehatan reproduksi, gizi, kebersihan diri dan sanitasi, kekerasan dan cedera NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif), Infeksi Menular Seksual (IMS), Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dan penyakit menular lainnya, serta penyakit tidak menular serta kesehatan mental," kata Ketua Pengabdian Masyarakat FFUI yang juga dosen di FFUI Dr. apt. Anton Bahtiar dalam keterangannya, Kamis.
Dr. Anton menekankan pentingnya menjaga hubungan kedekatan pertemanan antara murid laki-laki dan murid perempuan agar terhindar dari perbuatan di luar batas dan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, penyakit infeksi menular seksual, sampai HIV dan AIDS.
Tim Pengmas UI yang berasal dari Fakultas Farmasi (FF) dan Fakultas Kedokteran (FK) tergerak untuk berkolaborasi mengadakan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan pelatihan kepada anggota Palang Merah Remaja (PMR) di SMPN 1 Cluring, Banyuwangi.
Selain kesehatan reproduksi pada remaja, ia mengingatkan juga terkait dengan kebersihan makanan terutama jajanan di sekolah.
Baca juga: FKM UI beri pelatihan kesehatan reproduksi remaja tunagrahita di Depok secara daring
Baca juga: BKKBN: Viralnya "childfree" dorong kesedaran edukasi kesehatan reproduksi
Berdasarkan temuan yang dilakukan pada beberapa makanan tersebut, didapat hasil yang positif bahwa ada yang mengandung boraks (pada jajanan bleng dan kerupuk gendar). Tim pengmas melakukan pengecekan menggunakan bunga ruella.
"Bunga ini banyak tumbuh di halaman SMPN 1 Cluring, sehingga menjadi ide bagi tim kami untuk memberikan pengetahuan cara deteksi boraks pada makanan atau jajanan dengan cara sederhana dan mudah diaplikasikan oleh murid-murid SMPN 1 Cluring," kata dia..
Dosen FKUI Dr. Ade Arsianti mengatakan bila boraks dikonsumsi dapat mengakibatkan gangguan fisik dan kesehatan, seperti sakit perut, pusing, mual, batuk, sakit tenggorokan, diare dan keracunan.
Serta dalam jangka waktu lama terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan kanker, gangguan tumbuh kembang pada anak, mengakibatkan kerusakan fungsi otak yang dapat menghambat aspek kognitif anak yang akan mempengaruhi nilai akademis anak usia sekolah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Isu-isu kesehatan yang perlu dipahami oleh masyarakat, di antaranya kesehatan reproduksi, gizi, kebersihan diri dan sanitasi, kekerasan dan cedera NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif), Infeksi Menular Seksual (IMS), Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dan penyakit menular lainnya, serta penyakit tidak menular serta kesehatan mental," kata Ketua Pengabdian Masyarakat FFUI yang juga dosen di FFUI Dr. apt. Anton Bahtiar dalam keterangannya, Kamis.
Dr. Anton menekankan pentingnya menjaga hubungan kedekatan pertemanan antara murid laki-laki dan murid perempuan agar terhindar dari perbuatan di luar batas dan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, penyakit infeksi menular seksual, sampai HIV dan AIDS.
Tim Pengmas UI yang berasal dari Fakultas Farmasi (FF) dan Fakultas Kedokteran (FK) tergerak untuk berkolaborasi mengadakan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan pelatihan kepada anggota Palang Merah Remaja (PMR) di SMPN 1 Cluring, Banyuwangi.
Selain kesehatan reproduksi pada remaja, ia mengingatkan juga terkait dengan kebersihan makanan terutama jajanan di sekolah.
Baca juga: FKM UI beri pelatihan kesehatan reproduksi remaja tunagrahita di Depok secara daring
Baca juga: BKKBN: Viralnya "childfree" dorong kesedaran edukasi kesehatan reproduksi
Berdasarkan temuan yang dilakukan pada beberapa makanan tersebut, didapat hasil yang positif bahwa ada yang mengandung boraks (pada jajanan bleng dan kerupuk gendar). Tim pengmas melakukan pengecekan menggunakan bunga ruella.
"Bunga ini banyak tumbuh di halaman SMPN 1 Cluring, sehingga menjadi ide bagi tim kami untuk memberikan pengetahuan cara deteksi boraks pada makanan atau jajanan dengan cara sederhana dan mudah diaplikasikan oleh murid-murid SMPN 1 Cluring," kata dia..
Dosen FKUI Dr. Ade Arsianti mengatakan bila boraks dikonsumsi dapat mengakibatkan gangguan fisik dan kesehatan, seperti sakit perut, pusing, mual, batuk, sakit tenggorokan, diare dan keracunan.
Serta dalam jangka waktu lama terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan kanker, gangguan tumbuh kembang pada anak, mengakibatkan kerusakan fungsi otak yang dapat menghambat aspek kognitif anak yang akan mempengaruhi nilai akademis anak usia sekolah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022