Pakar pertanian IPB Profesor Damayanti Buchori mengingatkan potensi kepunahan hewan penyerbuk tanaman pangan di Indonesia seperti lebah, burung, kelelawar dan berbagai jenis serangga yang dapat mempengaruhi
ketersediaan pangan di masa depan.
Menurut Profesor Damayanti dalam bincang bersama wartawan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 di Resto Taman Koleksi Kampus IPB di Kota Bogor, Sabtu, mulai berkurangnya hewan penyerbuk dapat dilihat salah satunya dari serangan hama ke tanaman.
Di Indonesia, jutaan hama belalang kembara telah merusak tanaman di Sumba Timur dan sekarang bergerak ke Sumba Tengah serta Sumba Barat Daya.
Baca juga: Unik, mahasiswa IPB jadikan sarang burung sebagai indikator kualitas lingkungan
"Di Indonesia, salah satu kejadian penting yang juga menandakan adanya kerusakan lingkungan adalah dengan merebaknya hama belalang kembara di Sumba Timur," ungkapnya.
Salah satu dugaan adalah karena perubahan iklim dan perubahan ekosistem di kawasan tersebut.
Damayanti menerangkan, di beberapa negara Eropa dan Amerika telah ditemukan fakta adanya penurunan populasi lebah yang kemudian dikenal dengan "Global Pollinator Decline". Padahal lebih dari 75 persen tanaman pangan membutuhkan hewan penyerbuk untuk menghasilkan buah.
Baca juga: IPB lantik 21 Duta Lingkungan Hidup
Faktor yang menjadi perhatian semua pihak, kata dia, kekurangan tanaman pangan bisa menjadi pemicu krisis di dunia sehingga peperangan di dalam negara maupun antarnegara bisa saja terjadi karena kelaparan.
Apabila tidak ada tindakan nyata dari penduduk dunia untuk menjaga lingkungan hidup, 50 tahun ke depan dapat dipastikan akan terjadi kerusakan besar yang merugikan manusia.
Hewan penyerbuk mulai berkurang seiring habitatnya yang terganggu akibat bencana alam yang disebabkan ulah manusia, seperti banjir dan kekeringan akibat kurang bijaksana memanfaatkan air dan pembangunan yang kurang berpihak pada kelestarian lingkungan.
Baca juga: Alumni IPB Sosialisasikan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Saat ini yang lebih diperlukan adalah adanya kearifan manusia dalam menyikapi kondisi krisis di bumi.
"Yang kita perlukan adalah 'political will', kemauan untuk menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability)," katanya.
Pada 5 Juni 2022 sebagai Hari Lingkungan Hidup, Damayanti berharap seruan bumi hanya satu dan manusia mempunyai tanggung jawab memelihara bumi ini sebaik-baiknya untuk generasi ke depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
ketersediaan pangan di masa depan.
Menurut Profesor Damayanti dalam bincang bersama wartawan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 di Resto Taman Koleksi Kampus IPB di Kota Bogor, Sabtu, mulai berkurangnya hewan penyerbuk dapat dilihat salah satunya dari serangan hama ke tanaman.
Di Indonesia, jutaan hama belalang kembara telah merusak tanaman di Sumba Timur dan sekarang bergerak ke Sumba Tengah serta Sumba Barat Daya.
Baca juga: Unik, mahasiswa IPB jadikan sarang burung sebagai indikator kualitas lingkungan
"Di Indonesia, salah satu kejadian penting yang juga menandakan adanya kerusakan lingkungan adalah dengan merebaknya hama belalang kembara di Sumba Timur," ungkapnya.
Salah satu dugaan adalah karena perubahan iklim dan perubahan ekosistem di kawasan tersebut.
Damayanti menerangkan, di beberapa negara Eropa dan Amerika telah ditemukan fakta adanya penurunan populasi lebah yang kemudian dikenal dengan "Global Pollinator Decline". Padahal lebih dari 75 persen tanaman pangan membutuhkan hewan penyerbuk untuk menghasilkan buah.
Baca juga: IPB lantik 21 Duta Lingkungan Hidup
Faktor yang menjadi perhatian semua pihak, kata dia, kekurangan tanaman pangan bisa menjadi pemicu krisis di dunia sehingga peperangan di dalam negara maupun antarnegara bisa saja terjadi karena kelaparan.
Apabila tidak ada tindakan nyata dari penduduk dunia untuk menjaga lingkungan hidup, 50 tahun ke depan dapat dipastikan akan terjadi kerusakan besar yang merugikan manusia.
Hewan penyerbuk mulai berkurang seiring habitatnya yang terganggu akibat bencana alam yang disebabkan ulah manusia, seperti banjir dan kekeringan akibat kurang bijaksana memanfaatkan air dan pembangunan yang kurang berpihak pada kelestarian lingkungan.
Baca juga: Alumni IPB Sosialisasikan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Saat ini yang lebih diperlukan adalah adanya kearifan manusia dalam menyikapi kondisi krisis di bumi.
"Yang kita perlukan adalah 'political will', kemauan untuk menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability)," katanya.
Pada 5 Juni 2022 sebagai Hari Lingkungan Hidup, Damayanti berharap seruan bumi hanya satu dan manusia mempunyai tanggung jawab memelihara bumi ini sebaik-baiknya untuk generasi ke depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022