Rektor IPB University Prof Arif Satria meluncurkan program Sociopreneur of IPB University 2022 untuk mendukung dan meningkatkan minat mahasiswa IPB University terhadap kegiatan wirausaha.
"Program ini berupa pelatihan, pendanaan, pengembangan usaha, coaching, dan mentoring, serta hasilnya dapat dikonversi menjadi satuan kredit semester (SKS)," kata Prof Arif Satria dalam keterangannya yang dikutip, Rabu.
Arif Satria menjelaskan, program Sociopreneur of IPB University 2022 didesain untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan mahasiswa dalam mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan bisnis, baik secara mandiri maupun mengikuti program yang ditawarkan institusi.
Baca juga: Guru besar IPB sebut permintaan produk halal dunia meningkat pesat
Asisten Direktur Pengembangan Karier dan Kewirausahaan, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier (Ditmawa PK) IPB University, Handian Purwawangsa, SHut, MSi, menambahkan,mahasiswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk mendesain produk atau jasa inovatif, dan mampu membangun jejaring dan kerja sama bisnis berkelanjutan.
Prof Arif Satria dalam sambutannya mengatakan bahwa "sociopreneurship" merupakan sebuah tren yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai persoalan di pedesaan.
Salah satu program "sociopreneurship" yang dikembangkan oleh IPB University adalah One Village One CEO (OVOC), untuk mendorong dan meningkatkan kemampuan kewirausahaan mahasiswa IPB University.
Baca juga: Botani BRI Work IPB siapkan edukasi hingga pendanaan petani
Menurut dia, mahasiswa diminta untuk turun ke desa, melakukan konsolidasi dengan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).
"Mahasiswa ini juga melakukan pendampingan teknologi, karena teknologi membuka akses pasar. Kemudian bisa memasukkan produk-produk masyarakat ke pasar modern,” jelasnya.
Menurut Prof Arif Satria, hadirnya program "sociopreneurship" yang memberikan dampak terhadap masyarakat dapat membangun optimisme masyarakat desa.
"Perguruan tinggi melalui mahasiswa menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat yang menjadi semakin percaya diri untuk bergerak ke depan," katanya.
Baca juga: Ini rekomendasi Dewan Guru Besar IPB University dalam antisipasi lonjakan harga pangan
Dalam praktiknya, "sociopreneurship" membutuhkan dua hal yakni, jiwa sosial dan kewirausahaan. “Jadi, semangat pengabdian yang ada harus didorong, semangat kewirausahaan juga harus didorong,” ujarnya.
Arif Satria meyakini bahwa adanya program "sociopreneurship" akan menghadirkan mahasiswa-mahasiswa IPB University di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Mahasiswa IPB University hadir untuk menyelesaikan berbagai persoalan dengan model-model bisnis yang dikembangkan untuk kepentingan sosial.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Program ini berupa pelatihan, pendanaan, pengembangan usaha, coaching, dan mentoring, serta hasilnya dapat dikonversi menjadi satuan kredit semester (SKS)," kata Prof Arif Satria dalam keterangannya yang dikutip, Rabu.
Arif Satria menjelaskan, program Sociopreneur of IPB University 2022 didesain untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan mahasiswa dalam mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan bisnis, baik secara mandiri maupun mengikuti program yang ditawarkan institusi.
Baca juga: Guru besar IPB sebut permintaan produk halal dunia meningkat pesat
Asisten Direktur Pengembangan Karier dan Kewirausahaan, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier (Ditmawa PK) IPB University, Handian Purwawangsa, SHut, MSi, menambahkan,mahasiswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk mendesain produk atau jasa inovatif, dan mampu membangun jejaring dan kerja sama bisnis berkelanjutan.
Prof Arif Satria dalam sambutannya mengatakan bahwa "sociopreneurship" merupakan sebuah tren yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai persoalan di pedesaan.
Salah satu program "sociopreneurship" yang dikembangkan oleh IPB University adalah One Village One CEO (OVOC), untuk mendorong dan meningkatkan kemampuan kewirausahaan mahasiswa IPB University.
Baca juga: Botani BRI Work IPB siapkan edukasi hingga pendanaan petani
Menurut dia, mahasiswa diminta untuk turun ke desa, melakukan konsolidasi dengan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).
"Mahasiswa ini juga melakukan pendampingan teknologi, karena teknologi membuka akses pasar. Kemudian bisa memasukkan produk-produk masyarakat ke pasar modern,” jelasnya.
Menurut Prof Arif Satria, hadirnya program "sociopreneurship" yang memberikan dampak terhadap masyarakat dapat membangun optimisme masyarakat desa.
"Perguruan tinggi melalui mahasiswa menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat yang menjadi semakin percaya diri untuk bergerak ke depan," katanya.
Baca juga: Ini rekomendasi Dewan Guru Besar IPB University dalam antisipasi lonjakan harga pangan
Dalam praktiknya, "sociopreneurship" membutuhkan dua hal yakni, jiwa sosial dan kewirausahaan. “Jadi, semangat pengabdian yang ada harus didorong, semangat kewirausahaan juga harus didorong,” ujarnya.
Arif Satria meyakini bahwa adanya program "sociopreneurship" akan menghadirkan mahasiswa-mahasiswa IPB University di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Mahasiswa IPB University hadir untuk menyelesaikan berbagai persoalan dengan model-model bisnis yang dikembangkan untuk kepentingan sosial.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022