Bogor, (Antara Megapolitan) - Pascabanjir yang menggenangi SMA Negeri 8 Kota Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (15/11), kini siswa sudah dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar kembali, setelah sempat diliburkan satu hari karena kondisi ruangan yang tidak memungkinkan.
"Setelah Senin kemarin (16/11) dilakukan kerja bakti, hari ini seluruh siswa sudah bisa bersekolah mengikuti kegiatan belajar mengajar," kata Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Kota Bogor, Atip Suherman, saat ditemui, Selasa.
Gedung SMA Negeri 8 Kota Bogor tergenang air luapan Kali Cibuluh setinggi hampir mencapai satu meter setelah hujan mengguyur wilayah tersebut Minggu (15/11) kemarin.
Untuk pertama kalinya, luapan air menggenangi 18 ruangan di sekolah tersebut dengan ketinggian yang sangat signifikan dari biasanya. Tiga tahun terakhir, sekolah juga kerap digenangi luapan air dari Kali Cibuluh, namun ketinggi di batas wajar yakni sampai mata kaki.
"Kondisi tersebut tidak menghambat aktivitas belajar mengajar, siswa masih dapat beraktivitas di sekolah," kata Atep.
Menurut Atip, luapan Kali Cibuluh terjadi, Minggu (15/11) malam sekitar pukul 18.00 WIB. Aliran air masuk ke perkarangan sekolah dari pintu gerbang, yang posisinya lebih rendah.
Air menggenangi perkarangan dan 18 ruangan yang terdiri dari ruang kelas XI dan XII, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang komite, dan masjid.
Genangan air merendam bangku dan meja belajar, karpet masjid serta buku latihan para siswa yang ada di ruang guru. Beruntung tidak ada dokumen penting yang rusak akibat banjir.
"Untungnya perpustakaan, ruang komputer dan laboratorium berada di lantai atas. Jadi aman, yang rusak hanya buku latihan sekolah yang disimpan di ruang guru," kata Atip.
Atip mengatakan, sekolah berada persis di depan Kali Cibuluh, selain itu posisinya cukup rendah dibanding jalan raya dan pemukiman warga, sehingga ketika kali meluap masuk ke perkarangan sekolah.
Selain itu juga, lanjut dia, posisi jembatan di depan gerbang sekolah yang menghubungkan gerbang dengan jalan raya juga cukup rendah, air maluap dari jembatan dan masuk ke gerbang sekolah.
Selain itu, karena tidak ada saluran pembuangan air di sekolah menyebabkan air menggenang di dalam perkarangan, kondisi tersebut berlangsung selama dua jam, air baru surut.
"Kedepan akan kita evaluasi, rencana jembatan akan kita tinggikan, begitu juga gerbang masuk. Kita akan buat saluran air dan pintu air di bagian belakang sekolah, ketika air masuk dapat dibuka tutup," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Setelah Senin kemarin (16/11) dilakukan kerja bakti, hari ini seluruh siswa sudah bisa bersekolah mengikuti kegiatan belajar mengajar," kata Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Kota Bogor, Atip Suherman, saat ditemui, Selasa.
Gedung SMA Negeri 8 Kota Bogor tergenang air luapan Kali Cibuluh setinggi hampir mencapai satu meter setelah hujan mengguyur wilayah tersebut Minggu (15/11) kemarin.
Untuk pertama kalinya, luapan air menggenangi 18 ruangan di sekolah tersebut dengan ketinggian yang sangat signifikan dari biasanya. Tiga tahun terakhir, sekolah juga kerap digenangi luapan air dari Kali Cibuluh, namun ketinggi di batas wajar yakni sampai mata kaki.
"Kondisi tersebut tidak menghambat aktivitas belajar mengajar, siswa masih dapat beraktivitas di sekolah," kata Atep.
Menurut Atip, luapan Kali Cibuluh terjadi, Minggu (15/11) malam sekitar pukul 18.00 WIB. Aliran air masuk ke perkarangan sekolah dari pintu gerbang, yang posisinya lebih rendah.
Air menggenangi perkarangan dan 18 ruangan yang terdiri dari ruang kelas XI dan XII, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang komite, dan masjid.
Genangan air merendam bangku dan meja belajar, karpet masjid serta buku latihan para siswa yang ada di ruang guru. Beruntung tidak ada dokumen penting yang rusak akibat banjir.
"Untungnya perpustakaan, ruang komputer dan laboratorium berada di lantai atas. Jadi aman, yang rusak hanya buku latihan sekolah yang disimpan di ruang guru," kata Atip.
Atip mengatakan, sekolah berada persis di depan Kali Cibuluh, selain itu posisinya cukup rendah dibanding jalan raya dan pemukiman warga, sehingga ketika kali meluap masuk ke perkarangan sekolah.
Selain itu juga, lanjut dia, posisi jembatan di depan gerbang sekolah yang menghubungkan gerbang dengan jalan raya juga cukup rendah, air maluap dari jembatan dan masuk ke gerbang sekolah.
Selain itu, karena tidak ada saluran pembuangan air di sekolah menyebabkan air menggenang di dalam perkarangan, kondisi tersebut berlangsung selama dua jam, air baru surut.
"Kedepan akan kita evaluasi, rencana jembatan akan kita tinggikan, begitu juga gerbang masuk. Kita akan buat saluran air dan pintu air di bagian belakang sekolah, ketika air masuk dapat dibuka tutup," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015