Bogor, (Antara Megapolitan) - Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Dimiyati mengatakan minat untuk melakukan penelitian di kalangan perguruan tinggi cukup tinggi hanya saja tidak dibarengi dengan anggaran yang memadai, sehingga banyak penelitian yang tidak terdanai.
"Tahun 2015 ini anggaran untuk riset sebesar Rp900 miliar, penelitian yang didanai dengan anggaran tersebut ada 12.598 proposal, sedangkan proposal yang masuk lebih dari itu. Tapi karena anggaran terbatas jadi yang lolos hanya segitu," kata Dimiyati di sela-sela Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2015 di Kota Bogor, Jawa Barat.
Dimiyati menyebutkan, dari 12.598 proposal yang lolos tersebut baru melibatkan 30.815 orang dosen dan hanya melibatkan 761 perguruan tinggi. Sementara, jumlah perguruan tinggi di Indonesia mencapai 4.000 lebih.
"Jadi penelitian yang terakomodir anggaran Kemeristek Dikti hanya segitu. Terlihat antara yang lolos dengan yang mengusulkan sangat jomplang sekali," katanya.
Ia mengatakan, tahun 2016 ini, jumlah anggaran untuk keperluan penelitian dan pengabdian masyarakat tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya masih berkisar Rp900 miliar lebih.
Tingginya minat penelitian ini telihat dari program pengabdian masyarakat yang baru dibuka selama beberapa minggu jumlah proposal pengajuan usulan yang masuk dari seluruh Indonesia mencapai 58 ribu. Namun yang mampu dibiayai hanya sekitar 4.000 proposal.
"Begitu banyaknya minat, tapi kita tidak punya anggaran. Ini salah satu contoh akibat rendahnya dana penelitian ini," katanya.
Dimiyati melanjutkan, contoh lain ketika Kemenristek Dikti membuka kegiatan tour ke daerah terdepan, tertinggal dan terpencil, usulan yang masuk tercatat sebanyak 30 ribu orang.
Minat yang luar biasa ini, lanjut Dimiyati, hendaknya menjadi keseriusan pemerintah untuk memberikan dukungan terhadap anggaran penelitian, karena inovasi akan membuat negara lebih sejahtera.
"Inovasi dimulai dari penelitian, kalau anggaran riset sedikit, inovasi sedikit, maka duit yang kita miliki akan kita hambur-hamburkan untuk membeli hasil riset orang lain. Kita tidak akan mandiri, harus impor, dan tertinggal dari negara-negara lain," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, perlu dukungan kuat dari pemerintah agar penelitian dapat terus dikembangkan. Saat ini penelitian yang mendominasi dari 12.593 proposal yang diterima, kebanyakan di bidang pangan dan pertanian yakni ada 785 penelitian, 672 di bidang energi, 26 bidang maritim dan hanya 20 di bidang infrastruktur.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Tahun 2015 ini anggaran untuk riset sebesar Rp900 miliar, penelitian yang didanai dengan anggaran tersebut ada 12.598 proposal, sedangkan proposal yang masuk lebih dari itu. Tapi karena anggaran terbatas jadi yang lolos hanya segitu," kata Dimiyati di sela-sela Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2015 di Kota Bogor, Jawa Barat.
Dimiyati menyebutkan, dari 12.598 proposal yang lolos tersebut baru melibatkan 30.815 orang dosen dan hanya melibatkan 761 perguruan tinggi. Sementara, jumlah perguruan tinggi di Indonesia mencapai 4.000 lebih.
"Jadi penelitian yang terakomodir anggaran Kemeristek Dikti hanya segitu. Terlihat antara yang lolos dengan yang mengusulkan sangat jomplang sekali," katanya.
Ia mengatakan, tahun 2016 ini, jumlah anggaran untuk keperluan penelitian dan pengabdian masyarakat tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya masih berkisar Rp900 miliar lebih.
Tingginya minat penelitian ini telihat dari program pengabdian masyarakat yang baru dibuka selama beberapa minggu jumlah proposal pengajuan usulan yang masuk dari seluruh Indonesia mencapai 58 ribu. Namun yang mampu dibiayai hanya sekitar 4.000 proposal.
"Begitu banyaknya minat, tapi kita tidak punya anggaran. Ini salah satu contoh akibat rendahnya dana penelitian ini," katanya.
Dimiyati melanjutkan, contoh lain ketika Kemenristek Dikti membuka kegiatan tour ke daerah terdepan, tertinggal dan terpencil, usulan yang masuk tercatat sebanyak 30 ribu orang.
Minat yang luar biasa ini, lanjut Dimiyati, hendaknya menjadi keseriusan pemerintah untuk memberikan dukungan terhadap anggaran penelitian, karena inovasi akan membuat negara lebih sejahtera.
"Inovasi dimulai dari penelitian, kalau anggaran riset sedikit, inovasi sedikit, maka duit yang kita miliki akan kita hambur-hamburkan untuk membeli hasil riset orang lain. Kita tidak akan mandiri, harus impor, dan tertinggal dari negara-negara lain," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, perlu dukungan kuat dari pemerintah agar penelitian dapat terus dikembangkan. Saat ini penelitian yang mendominasi dari 12.593 proposal yang diterima, kebanyakan di bidang pangan dan pertanian yakni ada 785 penelitian, 672 di bidang energi, 26 bidang maritim dan hanya 20 di bidang infrastruktur.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015