Bogor, (Antara Megapolitan) - Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang-KP) menggandeng sejumlah Pondok Pesantren untuk mengembangkan teknologi budi daya perikanan (akuakultur), guna menciptakan santri wirausahawan.

"Saat ini 14 pondok pesantren yang mendapat pendampingan untuk mengembangkan budidaya perikanan menggunakan inovasi teknologi yang dihasilkan Balitbang-KP," kata Kepala Balitbang KP, Achmad Poernomo, dalam acara Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (FITA) 2015, di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.

Achmad mengatakan pendampingan pondok pesantren merupakan bagian dari program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk kesejahteraan masyarakat (Iptekmas). Salah satu kegiatan Iptekmas tersebut adalah program untuk masyarakat umum dan masyarakat khusus dalam hal ini pondok pesantren.

"Guru dan satri di pondok pesantren diberikan pendampingan bagaimana mengembangkan budi daya akuakultur," katanya.

Pendampingan tersebut, lanjut Achmad bertujuan agar santri pondok pesantren dapat mengembangkan budi daya akuakultur sehingga dapat mencukupi kebutuhan santri, dan diharapkan pondok pesantren dapat hidup dari hasil budi daya tersebut.

"Diharapkan dengan pendampingan ini lahir santri-santri yang memiliki jiwa enterpreneurship (wirusahawan)," katanya.

Perekayasa Balitbang KP Enday Kusnandar mengatakan, pihaknya melihat pendidikan di pondok pesantren terfokus pada pendidikan agama dan umum. Untuk meningkatkan kemampuan santri terutama dalam berwirausaha, pendampingan tersebut diberikan.

Pendampingan budi daya akuakultur masuk sebagai ektrakurikuler. Para santri diajarkan budi daya beragam jenis ikan air tawar, seperti lele, gurami, emas, nila dan masih banyak lainnya.

"Tidak hanya pesantren, program pendampingan ini juga bisa dilaksanakan di pusat pendidikan lainnya, misalnya Seminari. Hanya saja saat ini kami melihat pondok pesantren lebih memenuhi unsur, karena memiliki tenaga sumber daya yang cukup dan juga ketersediaan lahan yang memadai," katanya.

Ia mengatakan, pendampingan dilakukan selama satu setengah tahun. Saat ini ke 14 pondok pesantren ini masih dalam pembinaan, seperti Pondok Pesantren Sunan Ampel di Lamongan diajarkan pemurnian teknologi garam yang kini sudah memiliki merk dagang sendiri.

"Pendampingan lainnya kebanyakan pondok pesantren di Jawa, satu ada di Palembang," katanya.

Enday menambahkan, ditargetkan 14 pondok pesantren yang mendapat pembinaan dapat mandiri dan mampu memproduksi serta memasarkan hasil budi dayanya ke pasar.

"Kita juga harapkan santri-santri di pondok pesantren binaan, dapat menyebarluaskan ilmu yang mereka miliki ke pondok pesantren lainnya. Sehingga kemampuan budi daya akuakultur ini menjadi berkembang di setiap ponpes," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015