Jakarta, (Antara Megapolitan) - Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia menjadi sasaran Pertubuhan IKRAM Malaysia untuk studi banding mempelajari bagaimana mengelola jejaring penelitian yang melibatkan ratusan ilmuwan.

"Setelah menjadi contoh program transfer teknologi yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan peneliti kepada masyarakat di tingkat ASEAN, MITI kembali mendapatkan kunjungan belajar dari organisasi sekitar wilayah ASEAN, dan kali ini dari Malaysia," kata Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Dr Warsito P Taruno di Jakarta, Sabtu.

Pertubuhan IKRAM Malaysia merupakan LSM yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan. LSM yang berkedudukan di Kuala Lumpur itu didirikan pada 2009, dan memiliki banyak program pengembangan masyarakat.

Menurut Warsito kunjungan yang dilakukan oleh Pertubuhan IKRAM Malaysia itu bertujuan untuk mempelajari pengelolaan jejaring riset yang telah dilakukan oleh MITI dengan 300 ilmuwan yang dimiliki MITI di berbagai bidang.

Selain itu, kata dia, MITI juga mengelola kerja sama dengan lebih dari 80 kampus melalui MITI Klaster Mahasiswa, belasan kampus luar negeri, dan puluhan lembaga internasional serta nasional dalam membangun teknologi mutakhir yang dapat digunakan di dunia industri dan masyarakat.

Ia mengatakan MITI mengambil peran untuk menjadi promotor dan katalisator dalam upaya pemberdayaan masyarakat berbasis teknologi, yang untuk masyarakat lapis bawah yang disebut "bottom of pyramid" serta program transfer teknologi untuk menjembatani dunia riset, masyarakat, dan industri.

Pimpinan Pertubuhan IKRAM dari Negeri Kelantan, Malaysia, Dr Muhammad Bin Hamzah dalam diskusi yang dilakukan di MITI Headquarter Alam Sutera, Serpong, Tangerang, Provinsi Banten, mengatakan ini adalah kunjungan pertama kali pihaknya ke Indonesia.

"Saya berharap kunjungan untuk saling belajar ini dapat menjadi awal kerja sama yang baik antara MITI dan IKRAM," katanya.

Ia menambahkan Pertubuhan IKRAM Malaysia memiliki cabang di semua negara bagian.

Dalam kunjungan tersebut pihaknya ingin mempelajari dan saling berbagi pengalaman dengan MITI yang berhasil mengembangkan masyarakat menggunakan teknologi tepat guna hingga teknologi mutakhir.

Sementara itu, Warsito P Taruno menambahkan bahwa MITI sebagai LSM berbasis teknologi yang telah berpengalaman selama belasan tahun dalam mengelola jejaring ilmuwan, mahasiswa, dan profesional di Indonesia, ternyata tidak hanya dikenal di dalam negeri saja.

"Kerja sama yang telah dilakukan MITI dengan lembaga-lembaga internasional membawa nama MITI sebagai LSM berbasis teknologi yang disegani," kata ilmuwan Indonesia penemu alat pemindai aktivitas otak 4D Brain Activity Scanner berbasis Electrical Capacitance Volume Tomography/ECVT (tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis), teknologi yang jauh lebih canggih dibandingkan CT-Scan itu.

Karena itu, kata dia, banyak LSM saling belajar dari pengalaman MITI dalam mengelola jejaring riset dan mengembangkan masyarakat, tidak terkecuali Pertubuhan IKRAM Malaysia yang mengunjungi MITI.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015