Bogor, (Antaranews Bogor) - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengharapkan IPB menyediakan program pendidikan khusus penanggulangan bencana di bidang pertanian.
"Kita butuh tenaga profesional, jumlah magister khusus bencana sedikit sekali apalagi menyangkut masalah pertanian," kata Sutopo dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan ke XX dan Kongres MAPIN ke VI di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan persoalan bencana tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian material. Seperti yang terjadi di Sinabung, sebanyak 2.443 orang dari 795 kepala keluarga pengungsi erupsi Gunung Sinabung membutuhkan bantuan di bidang pertanian.
Dari hasil kajian BNPB, para pengungsi beralasan tidak mau pulang ke desanya karena lahan pertanian mereka yang tidak bisa diolah akibat tertutup abu vulkanik.
"Ini menjadi tantangan dan juga kesempatan bagi IPB untuk membuka disiplin ilmu di bidang penanggulangan bencana pertanian," katanya.
Menurut dia, sejumlah perguruan tinggi sudah ikut terlibat dalam penanggulangan bencana dengan memiliki keahlian seperti UGM di bidang Gunung Merapi, ITB di bidang gempa bumi, UNSIAH Aceh di bidang Tsunami dan Universitas Jember di bidang Sosiologi.
"IPB menguasai pertanian tahu bagaimana caranya penanganan dini (recovery-red) pertanian di daerah yang terkena bencana, melakukan perhitungan kerugian dan membuat ekonomi produktif kembali," katanya.
Sutopo menambahkan BNPB siap bekerja sama dan berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam mitigasi dan penanggulangan bencana, mengingat Indonesia sebagai laboratorium bencana yang terdiri dari hidrometeorologi, geologi dan biologi, yang selama kurun waktu 2004 hingga 2014 menunjukkan peningkatan.
Data sementara, kejadian bencana tahun 2014 adalah 1.475 kejadian. Jumlah tersebut masih akan bertambah karena belum semua data terkumpul.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerja Sama IPB Prof Anas Mifta Fauzi mengatakan, masukan dari BNPB menjadi perhatian serius pihaknya untuk segera menghadirkan program pendidikan bencana bidang pertanian.
"IPB memiliki rencana membuka program magister provesi khusus Pengindraan jauh, untuk menciptakan SDM yang akan mengelola satelit LISAT yang akan diluncurkan. Untuk kebencanaan, akan kita siapkan juga," katanya.
Ia mengatakan hendaknya jika program megister provesi bidang bencana dibuka dapat diisi oleh orang-orang pemerintah daerah, sehingga mampu menerjemahkan data satelit dan menerapkannya dalam perencanaan pembangunan maupun kebencanaan.
"IPB sebenarnya sudah memiliki pusat studi bencana yang sudah terlibat dalam banyak kejadian bencana di Indonesia. Tetapi memang belum menyentuh pendidikan formal, maka itu ada baiknya saran BNPB kita tindak lanjuti," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Kita butuh tenaga profesional, jumlah magister khusus bencana sedikit sekali apalagi menyangkut masalah pertanian," kata Sutopo dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan ke XX dan Kongres MAPIN ke VI di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan persoalan bencana tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian material. Seperti yang terjadi di Sinabung, sebanyak 2.443 orang dari 795 kepala keluarga pengungsi erupsi Gunung Sinabung membutuhkan bantuan di bidang pertanian.
Dari hasil kajian BNPB, para pengungsi beralasan tidak mau pulang ke desanya karena lahan pertanian mereka yang tidak bisa diolah akibat tertutup abu vulkanik.
"Ini menjadi tantangan dan juga kesempatan bagi IPB untuk membuka disiplin ilmu di bidang penanggulangan bencana pertanian," katanya.
Menurut dia, sejumlah perguruan tinggi sudah ikut terlibat dalam penanggulangan bencana dengan memiliki keahlian seperti UGM di bidang Gunung Merapi, ITB di bidang gempa bumi, UNSIAH Aceh di bidang Tsunami dan Universitas Jember di bidang Sosiologi.
"IPB menguasai pertanian tahu bagaimana caranya penanganan dini (recovery-red) pertanian di daerah yang terkena bencana, melakukan perhitungan kerugian dan membuat ekonomi produktif kembali," katanya.
Sutopo menambahkan BNPB siap bekerja sama dan berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam mitigasi dan penanggulangan bencana, mengingat Indonesia sebagai laboratorium bencana yang terdiri dari hidrometeorologi, geologi dan biologi, yang selama kurun waktu 2004 hingga 2014 menunjukkan peningkatan.
Data sementara, kejadian bencana tahun 2014 adalah 1.475 kejadian. Jumlah tersebut masih akan bertambah karena belum semua data terkumpul.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerja Sama IPB Prof Anas Mifta Fauzi mengatakan, masukan dari BNPB menjadi perhatian serius pihaknya untuk segera menghadirkan program pendidikan bencana bidang pertanian.
"IPB memiliki rencana membuka program magister provesi khusus Pengindraan jauh, untuk menciptakan SDM yang akan mengelola satelit LISAT yang akan diluncurkan. Untuk kebencanaan, akan kita siapkan juga," katanya.
Ia mengatakan hendaknya jika program megister provesi bidang bencana dibuka dapat diisi oleh orang-orang pemerintah daerah, sehingga mampu menerjemahkan data satelit dan menerapkannya dalam perencanaan pembangunan maupun kebencanaan.
"IPB sebenarnya sudah memiliki pusat studi bencana yang sudah terlibat dalam banyak kejadian bencana di Indonesia. Tetapi memang belum menyentuh pendidikan formal, maka itu ada baiknya saran BNPB kita tindak lanjuti," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015