Tangerang (ANTARA) - Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Pol Raden Muhammad Jauhari mengatakan tren tawuran di kalangan berawal dari saling ejek di media sosial (medsos) dan terpengaruh teman lainnya untuk
“Banyak pelanggaran berawal dari media sosial. Lalu ada tren juga di kalangan pelajar, kalau tidak ikut tawuran dianggap tidak keren. Padahal ini sangat keliru dan perlu pembinaan," kata Kombespol Raden Muhammad Jauhari saat melaksanakan kegiatan mitigasi kenakalan remaja di SMK Negeri 4 Kota Tangerang, Banten, Senin.
Kapolres menegaskan tawuran pelajar kini menjadi salah satu masalah paling meresahkan. Banyak remaja menganggap tawuran sebagai bentuk eksistensi, padahal hal itu dapat berujung pidana.
"Tawuran bukan keren, Itu kriminal. Tawuran itu berbahaya dan ada ancaman hukumannya," tegas Kapolres.
Baca juga: Polsek Koja pulangkan dua remaja ke keluarga usai diamankan cegah aksi tawuran
Maka itu, Kepolisian bersama Polri guru dan orang tua harus bersinergi mencegah. Berbagai informasi bisa disampaikan kepada kepolisian untuk segera diambil langkah mitigasi.
"Kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi ini semua. Kami ajak para guru dan orang tua bisa membantu mewujudkan keamanan," ujarnya.
Selain itu, Kapolres juga mengingatkan agar pelajar tidak ikut-ikutan ajakan demonstrasi dan bijak menggunakan media sosial.
"Jangan mudah ikut ajakan negatif, termasuk ajakan demo yang bukan tugas kalian sebagai pelajar. Fokus belajar, itu yang utama,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan pelajar untuk menghindari bullying, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, serta kegiatan yang berpotensi melanggar hukum.
"Melalui kegiatan mitigasi ini, Polres Metro Tangerang Kota berharap pelajar memiliki pemahaman lebih luas mengenai aturan hukum, bahaya kenakalan remaja, serta pentingnya menjaga sikap baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Polisi amankan lima remaja hendak tawuran di Bekasi
Kepala Sekolah SMK Negeri 4, Dedih Rutandi menyambut baik upaya kepolisian dalam menekan kasus tawuran pelajar dengan berdialog langsung dengan siswa.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Ruta Ireng Wicaksono mengatakan upaya menekan kasus tawuran telah dilakukan dengan melibatkan 1.000 pelajar sebagai agen informan di sekolah.
“Melalui pendekatan ini, para pelajar tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga belajar menghargai perbedaan, bekerja sama, dan mengembangkan empati serta kreativitas,” kata dia.
