Mekkah (Antaranews Megapolitan) - Jamaah haji Indonesia banyak "tumbang" saat melakukan amalan haji melempar batu (jumrah) di Jamarat yang berbatasan dengan area Mekkah.
"Banyak jamaah tumbang karena kelelahan dan 'heat stroke'," kata anggota tim Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH), dr Pradipta Suarsyaf kepada Media Center Haji di Mina, Selasa waktu setempat.
Berdasarkan pengamatan Antara, Jamarat dengan tenda Mina tempat jamaah menginap setengah hari (mabit) berjarak sekitar 2-3 kilometer.
Umumnya, jamaah bugar saat berangkat dari tenda tetapi keletihan saat harus kembali ke tenda. Total jarak Mina-Jamarat pulang pergi adalah 4-6 kilometer dengan lintasan tergolong landai.
Akan tetapi, jamaah mengalami kendala terkena cuaca panas dan paparan cahaya matahari langsung yang terik dengan suhu lebih dari 40 derajat celcius.
Pradipta yang dalam beberapa kesempatan mendampingi pasien terkendala kesehatan mengatakan heat stroke mengancam jamaah Indonesia, sebab mereka harus berjalan jauh yang melelahkan di bawah terik matahari.
Beberapa kasus, jamaah terkena heat stroke ditangani hingga cukup bugar untuk kembali ke tendanya di Mina.
Dia menyarankan agar jamaah tidak memaksakan kehendak jika kondisi fisik tidak memungkinkan apalagi sebelum berangkat sudah mengalami gejala demam, lemas, mual, muntah dan pingsan.
Penting juga, lanjut dia, memperhatikan dan mengikuti saran dokter kelompok terbangnya.
Adapun pada 10 Dzulhijah yang bertepatan dengan 21 Agustus merupakan hari jumrah pertama dan menjadi yang terpadat.
Dalam beberapa kesempatan, jamaah nampak berdesakan untuk melakukan jumrah Aqobah.
Di tiga hari berikutnya, mereka akan melakukan jumrah di hari Tasyrik tetapi diperkirakan kepadatan jamaah di Jamarat tidak berjejal karena terdapat pilihan melempar batu di antara tiga hari yang ditentukan.
Sementara jumrah Aqobah hanya dilakukan pada 10 Dzulhijah.
Editor Berita: Sambas.
Kondisi jemaah haji Indonesia saat lempar Jumrah
Rabu, 22 Agustus 2018 2:34 WIB
Banyak jamaah tumbang karena kelelahan dan 'heat stroke'.