Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Kasus kekerasan terhadap umat beragama yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia tidak saling terkait satu sama lain. Tapi ada pihak tertentu yang sengaja memutarbalikkan fakta dengan menyebarkan berita kekerasan terhadap umat beragama tersebut menjadi hoaks.
Demikian disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi Budi Gunawan, di Jakarta, Kamis.
"Satu kasus dengan yang lainnya tidak ada keterkaitan. Tetapi memang ada pihak yang memelintir ini. Dugaannya ingin membuat keresahan, dipolitisir, sehingga melemparkan berita-berita menjadi berita hoaks. Termasuk isu lama kan juga dimunculkan lagi, termasuk isu PKI," kata Budi.
Beberapa kasus kekerasan terhadap umat beragama, akhir-akhir ini terjadi di sejumlah daerah. Ia menjelaskan kronologi beberapa kasus kekerasan terjadi di Jawa Timur, Yogyakarta dan Jawa Barat.
"Contoh yang di Jatim, dia (pelaku) kan mau berobat karena memang sudah pernah berobat di situ. Karena ustad yang mengobati itu tidak ada dari pagi sampai sore, ya namanya orang ada kekurangan, sehingga dia stress lalu mengamuk, pecah kaca," kata Budi.
Di Tuban, Jawa Timur, seorang pria bernama M. Zaenudin merusak Masjid Baitur Rohim dengan memecah kaca Masjid karena terlalu lama menunggu seorang kiai yang dipercaya dapat menyembuhkan dirinya.
Sementara itu, di Bogor, kasus kekerasan yang terjadi memiliki motif yang berbeda dengan kasus di Jawa Timur.
"Di Bogor lain lagi, itu memang si penganiaya kan orang gila murni. Ada juga di Bogor kasus yang direkayasa, diganti pakai seragam salah satu ormas kemudian divideokan oleh satu kelompok dan diviralkan, ini kan beda-beda kasusnya," jelasnya.
Sementara itu, kasus kekerasan yang terjadi di Gereja Katolik St. Lidwina Sleman, Yogyakarta, Budi mengatakan pelaku kekerasan bernama Suliyono telah menjadi pantauan Densus.
"Khususnya di Jogja itu sudah kita prediksi, pelaku itu jadi pantauan kami di Densus. Dia adalah salah satu dari beberapa orang yang gagal ke Suriah, jadi dia sudah ter-brainwash untuk melakukan itu," katanya.
Dengan maraknya berita yang tersebar di media sosial mengenai kasus kekerasan terhadap umat beragama, BIN mengimbau kepada masyarakat untuk tetap berpikir jernih dan tidak terprovokasi oleh informasi yang belum jelas kebenarannya.
"Makanya, kita, masyarakat harus peka terhadap itu. Jangan sampai kita terjebak di dalam permainan ini. Kepada masyarakat juga jangan mudah terpancing, jadi harus jernih," ujarnya.