Jenewa (ANTARA) - Irlandia mendesak masyarakat dunia untuk terus peduli pada meningkatnya ketegangan di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel.
"Kita harus tetap fokus pada memburuknya situasi di Tepi Barat," kata Menteri Negara Irlandia untuk Pembangunan Internasional dan Diaspora Neale Richmond dalam pertemuan tingkat tinggi (HLS) sesi ke-58 Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB di Jenewa, Swiss, pada Selasa (25/2).
Israel mengusir penduduk di tiga kamp pengungsi di wilayah pendudukan Tepi Barat sebagai bagian dari operasi militer yang telah berlangsung satu bulan.
Sebelumnya, Israel Katz, Menteri Pertahanan Israel, mengumumkan bahwa ketiga kamp itu sekarang "kosong" dan akan ditempati pasukan Israel selama satu tahun ke depan.
Menyoal konflik di Jalur Gaza yang kini meluas ke Tepi Barat, Richmond menekankan bahwa kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, diterapkan sepenuhnya, termasuk "pembebasan seluruh sandera".
"Bantuan kemanusiaan juga harus terus masuk dalam skala besar, layanan dasar harus disediakan, dan harus ada kerangka kerja bagi kepulangan penduduk yang terusir dari rumah mereka di Gaza," katanya, menambahkan.
Richmond menegaskan hanya solusi dua negara yang mampu menciptakan perdamaian abadi antara Israel dan Palestina.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menolak keras pernyataan pejabat pendudukan Israel soal niat mereka untuk tetap berada di sejumlah daerah di Tepi Barat utara yang diduduki untuk waktu yang lama.
PBB juga menentang penolakan Israel atas kembalinya rakyat Palestina ke rumah mereka.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric dalam sebuah konferensi pers mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan prihatin atas eskalasi kekerasan, serangan, dan operasi besar-besaran yang dilakukan pasukan pendudukan Israel di kota-kota utara di Tepi Barat.
Ia juga prihatin dengan peningkatan jumlah korban, termasuk anak -anak, banyaknya pengungsi serta penghancuran infrastruktur sipil.
Guterres meminta Israel agar mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional.
Operasi militer rezim zionis biadab Israel di kamp pengungsi Tulkarem, Tepi Barat bagian utara, membuat 12.000 warga Palestina mengungsi, kata seorang pejabat setempat pada Selasa (25/2).
"Tentara pendudukan masih menduduki dan mengepung kamp Tulkarem, mengusir penduduknya dengan todongan senjata," ujar Wakil Gubernur Tulkarem Faisal Salama dalam sebuah pernyataan.
"Pasukan Israel masih menghancurkan rumah, jalan, gang, dan seluruh fasilitas di kamp ini," katanya.
Menurut Salama, sejak bulan lalu, tentara Israel telah menghancurkan 40 bangunan yang menampung 100 unit apartemen di kamp tersebut.
"Militer Israel juga membakar 10 rumah dan menghancurkan hampir 300 toko di kamp ini," katanya.
Salama mengatakan Israel melancarkan operasi militer di Tepi Barat bagian utara demi kepentingan politik dan mengubah struktur demografi di kamp pengungsi itu.
Operasi tersebut telah berlangsung sejak 21 Januari, yang menewaskan lebih dari 61 warga Palestina dan memaksa ribuan lainnya mengungsi, menurut pejabat Palestina.
Ketegangan terus meningkat di seluruh wilayah pendudukan Tepi Barat. Sedikitnya 923 warga Palestina di Tepi Barat telah terbunuh dan hampir 7.000 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Militer Israel telah mengerahkan tank ke wilayah pendudukan Tepi Barat untuk pertama kalinya dalam 23 tahun, kantor berita Iran IRNA melaporkan pada Senin.
Tindakan Israel itu dikecam oleh kelompok-kelompok Palestina karena dinilai sebagai upaya "aneksasi".
Pengerahan tank itu menjadi bagian dari aksi penyerbuan dan penangkapan yang kian intensif oleh Israel, yang telah menyebabkan sekitar 40.000 warga Palestina terusir dari kamp-kamp pengungsi selama lima pekan terakhir.
Kelompok perlawanan Palestina, Jihad Islam, mengutuk tindakan Israel di Tepi Barat yang mengerahkan tank untuk pertama kalinya sejak intifada Palestina kedua berakhir pada 2005.
Jihad Islam bertempur bersama Hamas untuk menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina dan menghancurkan hampir seluruh wilayah itu.
Pertempuran untuk sementara terhenti setelah Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata bulan lalu.
Ketegangan terus meningkat di Tepi Barat sejak perang Israel melancarkan perang di Gaza. Serangan Israel di wilayah pendudukan itu pada awal Januari menewaskan sedikitnya 60 warga Palestina.
Masyarakat Tahanan Palestina pada Senin melaporkan bahwa sedikitnya 365 warga Palestina telah ditangkap di Jenin dan Tulkarem selama serangan terbaru Israel.
Wali Kota Jenin juga melaporkan adanya kerusakan besar di kamp pengungsi di kota itu. Dia mengatakan bahwa 120 rumah hancur total dan banyak rumah lainnya rusak.
Pada Minggu (23/2), Israel memerintahkan pasukannya untuk bersiap "tinggal lebih lama" di Tepi Barat.
Sumber: Anadolu, IRNA-OANA, SPA-OANA
Baca juga: Perserikatan Bangsa-Bangsa kecam rencana Israel menetap di Tepi Barat
Baca juga: Israel usir 12 ribu warga Tepi Barat